DuaPuluhEnam

4.4K 211 2
                                    

Adriell
Aku di depan rumah kamu, Len.

Mataku terbelalak kaget saat tau Adriell ada di depan rumahku, bagaimana jika mama liat? Bisa hancur sudah rencananya yang ingin menyembunyikan hubungannya dengan Adriell.

Aileen
Tungguin.

Aku langsung bergegas cepat, lalu turun ke lantai bawah. Saat kakiku berpijak di anak tangga terakhir, suara mama menginstrupsiku untuk berhenti.

"Ai," panggil Mama.

"Iya, Ma?"

"Siapa cowok yang di depan?" tanya Mama dengan raut wajah curiga.

"Ah it ... itu temen Ai," jawabku dengan gugup.

"Jangan bohongin Mama ya, Len. Awas aja sampai ketauan bohongin Mama."

Aku hanya mengangguk, sambil menunduk.

Mama menatapku sebentar, "Ya sudah, hati-hati ya."

Aku mencium tangan Mamaku, lalu keluar menemui Adriell.

"Kamu kenapa nggak bilang mau jemput?" tanyaku kesal dengan sikap gegabah Adriell.

"Loh, kok kamu kesel, kenapa?"

Astaga, aku lupa jika Adriell tidak tahu aku dilarang pacaran. Hampir saja aku keceplosan untuk bilang padanya.

"Ah, gapapa, ayo berangkat," ajakku.

Motor Adriell melesat meninggalkan perumahan Mekar Jaya, membelah jalanan Ibu Kota Jakarta pagi ini yang terlihat sedikit padat.

Sesampainya aku di parkiran sekolah. Tatapan sinis yang sudah tidak terlihat beberapa hari ini kembali menyerangku, aku harus ekstra sabar menghadapi para kakak kelas atau siswi sepantaranku.

"Aku duluan ya," ucapku denga tergesa-gesa.

"Eh, tunggu."

Tangan Adriell menyelipkan anak rambutku yang tertiup angin. Aku dibuat terpaku beberapa saat akibat perlakuan Adriell.

"Pacar aku nggak boleh keliatan berantakan dong he he."

Aku tertawa.

Lalu aku berjalan duluan ke kelas. Dengan alasan belum mengerjakan tugas, ah jika tidak memakai alasan ini mana boleh aku berjalan sendiri menuju kelas.

Tatapan sinis serta sindiran kembali memenuhi pendengaranku serta pengeliatanku.

Aku kira beberapa hari ini tatapan sinis dan sindiran itu hilang, memang akan benar-benar hilang. Namun, semua itu hanya sementara.

Kadang aku ingin berteriak bilang pada semuanya. Jika ini hidupku, mereka? Hanyalah pelengkap dalam hidupku bukan yang mengatur hidupku.

Hidup mereka saja belum tentu lebih baik dariku.

Aku mulai kesal dengan segalanya, ingin kuakhiri tapi ... ada suatu hal yang membuatku harus terus melanjuti hubungan ini, yaitu karena perasaanku yang semakin hari semakin bertambah menjadi besar.

****

Go Away [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang