Bismillahirrahmanirrahim
.
.
.Kalau senyum ke orang sambil berharap dapat balasan senyum lagi, kamu bakal ragu buat lempar senyum. Udah, senyum saja, nggak rugi, kok.
Diketuknya pintu berulangkali sambil sesekali berteriak memanggil. Tapi si pemilik rumah tak kunjung membuka.
Alden mendengar suara sesuatu. Ia melirik ke belakang, mobil pick up hitam yang terparkir di luar pagar mulai bergerak dan meninggalkan pijakan. Bola mata Alden membesar, sadar sepenuhnya bahwa orang yang pernah berjanji akan memberikan kesaksian mencoba untuk kabur.
Alden segera naik ke mobil untuk menyusul. Ban yang bergesekan dengan tanah menimbulkan debu dan partikel kecil bertebangan begitu mobil melaju. Si pengendara mulai beraksi mengejar mobil yang di dalamnya terdapat orang penting untuk pemecahan kasus yang sedang ia kerjakan.
Suara mesin mobil menderu di atas aspal kota Jakarta bersama dengan kendaraan lain yang berlalu-lalang, membelah jalan raya. Dengan dua alis menukik, tatapan setajam elang menatap ke target, rambut belah dua bagian depan yang sengaja dipanjangkan melebihi alis, Alden terus melajukan mobil dengan kecepatan kencang, menyusul apa pun yang menghalangi, ia tidak akan membiarkan saksinya lolos dan membuatnya kalah di persidangan, pun membuat kliennya harus menerima hukuman yang tidak sesuai dengan kebenaran.
Kecelakaan besar yang menimpanya hingga menimbulkan amnesia dulu tidak menimbulkan efek jera atau takut. Ada hal yang jauh lebih menyakitkan dan meninggalkan jejak jangka waktu lama daripada sekadar kecelakaan mobil.
Mobil berbelok ke kanan, Alden ikut ke kanan. Tekanan pada gas semakin diperkencang.
Begitu mobilnya berhasil menyusul, Alden membanting stir ke kiri, terdengar decitan begitu mesin mobil mati. Targetnya akhirnya berhenti secara mendadak berkat jalan yang ia blokade. Melepas sealbeat dan membuka pintu, ia berjalan dengan wajah dingin kemudian berdiri di pintu kemudi. Ia ketuk-ketuk kaca mobil supaya si pengendara segera keluar. "Pak! Anda sudah berjanji akan menjadi saksi dalam kasus ini! Jangan kabur, Pak! Buka pintunya!"
Sayangnya, si sopir tetap diam dan tidak mau membuka pintu.
"Pak, buka pintunya! Atau saya akan merusak kaca mobil ini! Pak! Buka pintunya!" Alden terus memukul kaca mobil diiringi emosi.
"Pak!"
"Pak! Berapa uang yang Anda dapatkan? Saya bisa kasih lebih! Dua kali lipat! Tiga kali lipat! Anggap ini bukan suap tapi sedekah karena saya meminta Anda untuk jujur!
"Pak!"
Tiba-tiba sebuah pisau tertodong ke lehernya. Shit, pantas saja mobil yang ia kejar lari ke jalur sepi. Ternyata untuk ini. Alden langsung paham akan situasi yang kini tengah mengepung.
Uang memang bukan segalanya, tapi segalanya pakai uang. Termasuk menghalalkan berbagai cara demi terhindar dari hukuman. Bukan hal aneh lagi ia menemukan saksi yang berubah pikiran dan memilih berada di pihak yang salah.
KAMU SEDANG MEMBACA
HEART BEAT √
Romance[Sequel Wedding Dress] "Ibarat jantung manusia yang mati, entah kapan ia akan berdetak kembali." Alden dan Aretha bekerja sama untuk menyelidiki kasus pembunuhan yang melibatkan tetangga di tempat Aretha tinggal. Aretha yang selalu blak-blakkan meny...