Bab 1

50.1K 1.5K 25
                                    

VOTE KOMEN SHARE


Seorang gadis dengan rambut cokelat keemasan dan sepasang yg mata hazel itu kini tengah sibuk membuat sesuatu yg dapat membuat tubuhnya hangat. Dia termasuk pecinta makanan jadi tidak heran jika dia sering mengikuti tutorial cara membuat berbagai makanan dari youtube maupun buku resep makanan.

Namun seiring berjalan nya waktu, uang tabungan yg hanya ia bawa seadanya dulu akibat aksi melarikan dirinya membuat ia mau tak mau harus menghemat seluruh kebutuhannya .

"Sepertinya membuat sup jamur tidak buruk" Moeza bergumam pada dirinya sendiri

Drrtt... drtttt..

Getaran ponselnya membuat Moeza menghentikan aktivitas memasaknya sebentar kemudian melihat nama penelpon yg tertera di ponselnya.

Wenny

"Halo Wenny, ada apa? Biar ku tebak, kau pasti merindukanku. Hey, ayolah kita baru satu hari tidak bertemu dan kau sudah menelpon ku lagi" ceracau Moeza seraya tertawa terbahak bahak sambil mengingat bagaimana ekspresi temannya saat ini.

"Huh berhenti bercanda Moeza, aku sedang dalam mood buruk. Aku bisa membalikkan apartement mu itu jika kau terus-menerus menggoda ku " dengus Wenny disebrang telpon.

"Dasar tempramen! Katakan, ada apa kau menelpon ku pagi-pagi seperti ini?" Tanyanya kembali.

"Aku ingin mengajak mu ber jalan-jalan . Cepat lah bersiap, 2 jam lagi aku sampai di apartement mu" titah Wenny.

"Dasar pemaksa! Selalu begitu" gerutunya tak suka.

Wenny memang satu-satunya orang yg suka semena-mena dengan Moeza. Salah satunya ini, senang membuat acara dadakan dan berakhir Moeza yg akan naik darah. Meskipun begitu, Moeza tidak akan bisa benar-benar marah dengannya. Meskipun mereka berdua hanya seorang sahabat namun bagi Moeza, dia sudah lebih dari seorang sahabat. Lagipula, Wenny sudah sangat banyak membantu hidupnya.

"Baiklah princess yg tak kalah cantik dengan marmut. Cepat kau bersiap-siap,oke, aku tutup telponnya byeee" ujar Wenny terkekeh dan langsung menutup telponnya sebelah pihak tanpa harus menunggu Moeza berbicara.

"Lihat! Selain pemaksa, dia juga senang menyamakan diriku dengan marmut" gumamnya kesal kemudian meletakkan kembali ponselnya ketempat asal.

Moeza kemudian mematikan kompornya setelah melihat sup nya yg sudah matang, tanpa membuang waktu wanita itu segera mengisi perutnya terlebih dahulu kemudian melakukan ritual mandinya dan bersiap-siap sebelum Wenny kembali memanggilnya dengan sebutan lelet seperti keong atau apapun itu.

***

"CEPATLAH SEDIKIT KAU SEPERTI KEONG YG LEMOT DALAM SEGALA HAL MOEZA" teriak Wenny yg sudah berada di apartement milik Moeza dan mengambil posisi duduk yg manis di meja makannya. Wenny menyantap sup yg tadi dibuat Moeza tanpa rasa berdosa.

Moeza yg masih berada di dalam kamar hanya bisa menghela nafasnya kasar.

"Bahkan dia berteriak sesuka hati seolah dia pemilik apartement ini. Benar-benar menyebalkan"

Sejurus kemudian, Moeza segera menuju kearah lemari pakaiannya mengambil pakaian yg simple dan tidak ribet.

Moeza memakai sweater rajut berwarna kuning, sangat kontras dengan kulit putihnya yg menutupi hingga bagian lehernya kemudian celana hot pantsnya yg berwarna putih. Rambutnya dibiarkan tergerai, tak lupa Moeza memoleskan sedikit pelembab bibirnya kemudian memakai flat shoesnya yg sudah sangat kusam.

Tapi, mau bagaimana lagi, Moeza harus menggunakan uang tabungannya untuk keperluan yg benar-benar dibutuhkan saja.

Moeza meringis ketika hendak memakainya.
"Err.. kau bahkan sudah sangat tidak layak untuk digunakan"

Moeza berjanji jika dia akan mencari pekerjaan secepat mungkin dan akan membeli sepatu yg baru serta memulai kehidupan yg baru di negara asing ini.

Moeza menuruni anak tangganya dengan sedikit cepat seraya melihat Wenny yg sedang menyantap supnya dengan nikmat di meja makan.

"Apa kau tidak punya sopan santun nyonya pemaksa, berteriak di apartemen -orang lain se-enak nya saja dan bahkan memakan sup orang tanpa seijin yg punya! " sindir Moeza sarkas.

Alih-alih marah, Wenny hanya terkikik geli. Dia tau jika Moeza tidak akan pernah bisa marah. Wenny menghabiskan supnya dengan cepat kemudian bangkit dari duduknya berjalan menuju pintu apartemen lebih dulu.

"Sudahlah. Ayo, aku sudah menunggumu lama" ujar Wenny tanpa memperdulikan tatapan berang Moeza.

Penasaran? Silahkan lanjut ke bab berikutnya.

To be continued

Sudah di revisi.

Possessive Boyfriend (AVAILABLE ON PLAYBOOK)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang