Bab 19

15.3K 860 5
                                    

Masih ada yg pengen tau kelanjutannya gak?
Masih ada yg nungguin cerita ini gak? :v
Gapapa kalo gaada yg nungguin update an ini mahh, tetep aku updatee wkwk

Sebelum baca vote dulu boleh kan

Happy reading :*

_________


"Aku tidak mungkin meninggalkan  kalian berdua disini" ucapnya sambil terisak
"Cepatlah pergi sayang, kami akan baik baik saja "
"Ta.. tapi aku tidak bisa"
"Tolong jangan korbankan nyawa kalian seperti ini kumohon"

"Ini sudah kewajiban kami nak, kau pantas mendapatkan kebahagiaan . Menikahlah dengan orang yg juga menyayangi mu sayang"

Brakkk...
Pintu di dobrak lelaki itu . Ia beserta orang orang yg memakai baju serba hitam  masuk kedalam rumah mereka dengan membawa pistol di genggamannya

"Sudah drama nya?" Lelaki itu menyeringai. "Pilihan ada di tangan mu sayang, menikah dengan ku atau kau akan melihat bagaimana mereka mati" lelaki itu mengelus rahang milik gadis cantik itu
"Diam kau bajingan,aku tidak sudi menikah denganmu cihh"
"Say good bye to them" lelaki itu menarik pelatuk pistolnya mengarahkan tepat di kepala kedua orang tua gadis itu
Dorr ...

"Mom dadd!!" Moeza terbangun nafasnya terengah engah seperti habis maraton,keringat bercucuran dari dahinya
Pandangannya kosong tanpa sadar air matanya ikut menetes
Untuk yg pertama kalinya moeza kembali bermimpi tentang hal yg selama ini mati matian moeza hindarin
Maaf karena aku kalian yg harus jadi korbannya, hatinya sakit seperti di remas remas

Ia bangkit mengambil bingkai foto keluarganya . Ia tak pernah memasangnya di dinding ia takut ia tak akan bisa melupakan kejadian itu meskipun ia memang tidak akan pernah bisa melupakannya
"Aku merindukan kalian" gumamnya

Kepingan kenangan keluarga gadis itu perlahan lahan masuk ke dalam ingatannya  kembali berputar sampai kejadian mengerikan itu dimana nyawa kedua orangtuanya di renggut paksa di depan kedua matanya sendiri

Sementara saudara nya paman bibi nya tidak ada yg berniat ingin menolong moeza
Mereka semua bersikap seolah tidak mengetahui apapun

Moeza pernah sempat tinggal di rumah paman nya adik dari ayahnya, awalnya moeza di perlakukan baik tapi lama kelamaan moeza di jadikan seperti babu . Ia dipaksa mengerjakan semua pekerjaan rumah mereka jika moeza tidak mau maka ia tidak akan dapat jatah makan malam terkadang ia di cambuk jika moeza melakukan sedikit saja kesalahan

Sampai akhirnya moeza memutuskan untuk melarikan diri, ia nekat pergi ke negara asing ini sendirian dengan membawa uang tabungan seadanya
Tekadnya juga sudah bulat untuk pergi menjauh dari negara kelahirannya, ia ingin menjalani kehidupan normalnya lagi seolah olah ia tidak memiliki beban apapun meski sebenarnya ia sangat rapuh

Moeza juga pernah sempat depresi selama 3 bulan
Setiap kali ia teringat kejadian mengerikan itu ia akan bereaksi seperti orang gila menangis teriak bahkan menyakiti dirinya sendiri tidak ada yg mengetahui nya kecuali wenny, tapi pada saat itu wenny sudah beda negara dengan moeza

Wenny yg selalu menyemangati moeza. Mengutus dokter psikolog untuk membantu temannya itu sembuh dari shock meskipun awalnya ia menolak dan sempat marah kepada wenny tapi akhirnya ia mengikuti saran wenny hingga ia berhasil menjalankan terapi pengobatan dan bisa sembuh seperti sekarang tapi bukan berarti tidak akan bisa kambuh lagi. Sewaktu waktu penyakit ini bisa kambuh

Dering telpon membuat moeza keluar dari lamunannya
Ia menarik nafas kemudian menghembuskannya . Mengusap air matanya menetralkan suaranya seolah tak terjadi apa apa
Semua hanya mimpi moeza
Semua sudah lewat, jangan kembali seperti dulu . Kau hebat bisa mengalahkan ketakutan mu selama ini
Moeza menyemangati dirinya seperti yg sudah ia lakukan selama tiga tahun belakangan ini

Wanita itu mengangkat ponselnya yg sedari tadi berbunyi minta di angkat
"Sayang are you okay?"
Lama moeza terdiam sebelum ia menjawab,"I'm fine gavin. Ada apa kau menelpon? Ini masih jam 2 pagi" moeza terus merapalkan doa di dalam hati semoga gavin tidak curiga dengan perubahan suaranya yg sehabis nangis
"Entahlah aku terbangun dan spontan menelpon mu, aku takut kau kenapa kenapa"
Moeza terkekeh berusaha menghibur gavin menenangkan lelaki itu jika itu hanya perasaannya saja meskipun sebenarnya apa yg di takutkan gavin itu benar
Ia rapuh benar benar rapuh . Ia berusaha sekuat tenaga agar tidak memecahkan benda di sekitarnya terutama kaca riasnya yg sedang menggantung cantik di dinding kamarnya

Air matanya sekarang sudah mengalir sangat deras seperti kran bocor
Ia berusaha sebisa mungkin agar tidak terisak dengan menggigit kuat bibir bawahnya
Moeza merasa bibirnya saat ini sudah sedikit berdarah karena kelakuannya barusan tapi ia tak peduli karena yg terpenting gavin tidak akan tau betapa kacaunya kondisi moeza saat ini

Lama mereka berdua hening tidak ada yg membuka percakapan apapun . Gavin dan moeza sibuk tenggelam di pikirannya masing masing
"Tidurlah kembali, besok pagi aku akan menjemput mu sayang" gavin membuka suara memecahkan keheningan
"Sleep tightly babe" moeza hanya menjawab seadanya saja kemudian mematikan sambungan telpon

Moeza menangis sejadi jadinya dengan menekuk kedua kakinya dan menumpukan kepalanya di atas tekukan kakinya itu
Mengapa kalian harus berkorban sebesar ini?
Mengapa harus nyawa taruhannya?
Mengapa kalian tega membiarkan ku sendirian di kota sebesar ini?
Aku rindu segalanya mom, aku rindu semua momen keluarga kita
Mengapa tuhan membiarkan ku tetap hidup?

Kadang kau harus benar benar merasa sakit sebelum akhirnya benar benar merasakan puncak kebahagiaan
Tuhan punya alasan mengapa kita diciptakan di hidupkan di beri ujian dari yg paling mudah hingga yg tersulit

Termasuk alasan mengapa moeza tetap dibiarkan hidup meskipun harus merasakan kehilangan sosok kedua malaikatnya, itu karena ada hal yg lebih hebat yg sedang menunggunya saat ini
Namun lagi lagi semua memiliki proses, entah itu cepat atau lama tergantung dengan apa yg ingin kau capai

Moeza benar benar tidak tahan untuk tidak menyakiti dirinya
Sekali saja tidak akan membuat kecanduan,pikirnya

Moeza kembali menyimpan foto keluarga nya ke laci nakas kemudian jalan menuju dapur
Sejenak moeza melihat sekeliling dapurnya, ia sudah berjanji tidak akan memecahkan barang
Ia berjalan ketempat penyimpanan pisau, ia mengambil salah satu pisau yg tertata rapi disana
Tangannya bergetar keringat dingin membasahi telapak tangannya
Suara tembakan,teriakan,jeritan,tangisan beradu jadi satu di dalam kepala moeza, moeza tetap menggenggam pisau dan diarahkan ke salah satu telapak tangannya
Menikahlah dengan orang yg juga menyayangi mu sayang

Kata kata ibunya terus mengiang di ingatan moeza
Moeza menjatuhkan pisaunya ke lantai hampir saja ia melukai telapak tangannya
Ia jatuh terduduk lemas di atas lantai yg dingin itu, ia memeluk dirinya sendiri menangis dalam diam
"Mom,I'm sorry" gumamnya di sela sela isakannya sampai ia tidak sadar jika ia ketiduran di dapur dengan posisi terduduk di lantai sambil menyender di pintu kulkasnya akibat kelelahan menangis

__________________

Tbc

Thank you buat yg vote yg masih mau baca jugaa

Possessive Boyfriend (AVAILABLE ON PLAYBOOK)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang