Bab 10

17.6K 943 3
                                    




Lelaki dengan setelan formalnya berjalan dengan tegas membuat setiap langkahnya berdentum, dan mata tajamnya yg kini hanya menatap kesatu arah yaitu Moeza.

Moeza yg menyadari nya sebenarnya cukup ciut tetapi dia berusaha sekuat mungkin untuk tetap tenang dengan berpura-pura melihat kearah yg lain sampai akhirnya Moeza merasakan ada yg menarik tangannya dengan kasar.

"Apa-apaan kau?! Lepaskan"

"Masuk" perintahnya saat sudah berada di depan mobil.

"Tidak"

Gavin membuka pintu mobil kemudian tubuh Moeza yg didorong begitu saja setelahnya Gavin ikut duduk disebelah Moeza.

"Jalan" titahnya pada supir.

"Kau pikir kau siapa? Menarikku se‒enaknya saja! Kau tidak lihat jika aku sedang memesan makanan" Moeza menatap Gavin sengit.

"Aku hanya embutuhkan penjelasanmu. Mengenai makan siangmu, aku bisa membelikan makanan mahal yg lebih enak" Moeza mengernyit heran bukan karena kata-kata angkuh Gavin tetapi mengenai penjelasan. Memangnya penjelasan apa?. Moeza bahkan tidak merasa jika dirinya sudah menyakiti kucing Gavin. Itupun kalau pria itu memeliharanya.

"Dasar gila. Penjelasan apa? Memangnya aku berbuat apa hingga kau menuntut penjelasan" gerutunya kemudian Moeza memilih membungkam mulutnya. Ternyata ketenangannya hanya berlaku beberapa jam saja

Setelah perjalanan 30 menit, mereka sampai di salah satu restoran mahal membuat emosi Moeza seketika itu kembali bangkit. Haruskah Gavin mengajaknya lagi ke tempat ini? Moeza berpikir jika lelaki itu memang tidak memiliki hati atau mungkin hatinya sudah mengeras seperti batu.

"Kenapa kau sangat hobby membuat ku malu?" Cercahnya tak habis pikir dengan Gavin.

"Aku tidak merasa begitu" sahutnya cuek

"Kau hanya perlu menjelaskan apa yg harus ku jelaskan. Tidak perlu membawa ku ketempat seperti ini lagi bodoh" Moeza mengacak-ngacak rambutnya sebal sekaligus frustasi tidak tau sebenarnya dendam semacam apa yg sedang Gavin balaskan kepadanya.

Moeza merasa tangannya di genggam kemudian dengan terpaksa Moeza mengikuti langkah lelaki yg berada di sebelah nya ini. Genggaman tangan mereka terlepas saat mereka berdua sudah berada di salah satu meja yg kosong dan Gavin yg sudah duduk lebih dulu membiarkan Moeza yg masih setia berdiri.

"Pesan lah" Gavin menyodorkan buku menu makanan.

"tidak" Moeza masih dengan keras kepalanya, saat ini Moeza sedang menatap Gavin berang masih tidak terima dengan perlakuannya di kantin. Errrrr entah apa yg akan pegawai lain pikirkan mengenai aksi tadi.

"Yasudah terserah kau saja" ucap Gavin kemudian dia memesan pesanannya. Hanya pesanannya saja.

Tidak ada yg membuka suara diantara mereka sampai pesanan Gavin datang dan tanpa menunggu lama Gavin langsung menyantap makan siangnya dalam diam. Moeza yg melihatnya hanya bisa menahan air liurnya agar tidak tumpah melihat makanan mewah tersaji didepannya dengan harum yg sangat wangi tetapi bukan untuk dia melainkan untuk si Billionaire.

Benar-benar kejam.

Kruk ... kruk...

Demi apapun Moeza ingin tenggelam sekarang juga, perutnya mengeluarkan suara yg sangat memalukan akibat gengsinya yg tidak ingin memesan makanan.

Gavin yg ikut menyadarinya hanya melirik Moeza sekilas kemudian melanjutkan makannya dengan santai, sebenarnya dia ingin tertawa melihat betapa keras kepalanya Moeza.

Benar-benar wanita keras kepala

Gavin telah menyelesaikan makan siangnya dan Moeza masih seperti awal tadi bersedekap melipat kedua tangannya di depan dada dengan raut wajah datarnya hanya saja sekarang Moeza sudah duduk di kursinya. Jauh di dalam lubuk hatinya saat ini ia ingin berteriak di depan wajah Gavin karena benar-benar tega membiarkan dia kelaparan. Well.. meskipun semuanya salah Moeza tapi tetap saja lelaki di depannya ini tidak peka.

"Cepatlah katakan apa maumu dengan menculikku seperti ini?" Moeza berdehem memulai pembicaraan.

"Penjelasanmu" Gavin mengulang perkataannya.

"Aku tidak merasa harus menjelaskan apapun"

"Kenapa kau mendadak menjadi diam?"
Moeza membelalakkan matanya. Gavin sudah membuat ia kehilangan jam makan siangnya hanya karena pertanyaan konyol itu. Ingin rasanya Moeza melempaskan vas bunga yg berada di sudut tempat ini kepada Gavin.

"Kurasa kau tak perlu tau Mr wellington" sahutnya sinis

"Aku bossmu" Gavin tak mau kalah

"Hanya boss. Bukan siapa-siapa" desis Moeza mulai tersulut emosi.

"Kalau begitu mulai detik ini kau menjadi siapa-siapa ku" jawab nya santai.

Moeza menampilkan senyum remehnya, "In your dream,Sir"

"Jangan harap aku mau menjadi jalangmu selanjutnya", bisiknya sarkas kemudian pergi dari restoran itu sebelum emosinya meledak-ledak didalam sana.
Moeza pulang berjalan kaki. Dia tidak memiliki uang untuk menaiki taksi selain itu dia juga tidak tau saat ini berada dimana tapi ia tidak peduli Moeza terus saja berjalan.

Perkataan Gavin yg ingin menjadikan ia siapa-siapa nya masih terus terngiang di kepala Moeza.

Sebegitu rendahnya aku ? Sampai ia ingin aku menjadi the next bitchnya.

Moeza tertawa miris melupakan rasa laparnya yg sedari tadi ia tahan sampai kemudian dia disadarkan dengan suara klakson mobil yg begitu nyaring membuat Moeza siap untuk mengeluarkan sumpah serapahnya kembali.

"Miss Fernandez" ucap lelaki di dalam mobil itu saat menurunkan kaca mobilnya.

"Kau? Sedang apa kau disini?" Moeza masih ingat lelaki ini adalah lelaki yg waktu itu sangat buruk dalam hal berbasa basi

"Seharusnya aku yg mengatakan seperti itu" lelaki itu terkekeh. "Ayo masuk. Aku akan mengantar kan mu kembali ke kantorr" David menawarkan tumpangan kepada Moeza.

Setelah menimang-nimang akhirnya Moeza memilih masuk daripada ia akan nyasar nantinya dan di pecat Gavin. Bagaimanapun juga ia masih membutuhkam pekerjaan itu walaupun sebgai clining service.

Suasana dalam mobil hening hanya suara radio yg terdengar di dalam mobil.

"Mengapa kau bisa berada disini?" Lelaki itu berdeham memecahkan keheningan.

"Ahh tidak. Itu tadi aku hanya sedang kesal sampai tidak sadar sudah berjalan sejauh itu" ucap Moeza mencari alasan.

Dia tak mungkin menyebutkan alasan yg sebenarnya apa lagi ia baru dua kali bertemu dengan lelaki ini.

Tidak terasa, mereka sudah sampai di depan gedung Wellington Company. Tanpa membuang waktu Moeza melepaskan seatbelt nya dan membuka pintu mobil tak lupa mengucapkan terima kasih.

"Terima kasih atas tumpangannya Mr‒?" Ucap Moeza bingung karena tidak tau nama lelaki tampan ini.

"David" ucapnya tersenyum

"Baiklah,Mr. David" balas Moeza tersenyum kemudian keluar dari dalam mobil.

"Miss Fernandez"

"Ahh iya Mr.David, apa ada sesuatu yg lain?" Moeza terkesiap ketika namanya disebut kembali.

"Semoga kita bisa bertemu lagi" ucap David dengan tatapan teduh nya

Moeza yg mendengar ucapan yg seperti permohonan itu hanya mengagguk kan kepala nya kemudian segera berlalu masuk kedalam gedung tempat dia bekerja.

VOTE KOMEN SHARE

Makasih udah mau mampir ♥
Follow ig : dwiiramadani11

Sudah di revisi.

Possessive Boyfriend (AVAILABLE ON PLAYBOOK)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang