Bab 13

18.2K 904 10
                                    

Selamat membaca, jangan lupa vote★

Gavin hanya mengajak Moeza duduk di taman yg tidak jauh dari apartemen Moeza. Setelah mengajak wanita itu tadi berlari pagi di sekitar apartemennya meskipun dengan sedikit susah payah karena Moeza yg keras kepala lebih ingin memilih tidur dibanding lari pagi dengan Gavin.

"Kuharap ini yg terakhir Tuhan" lirihnya.

Setelah tadi Gavin pamit katanya ingin membeli sarapan pagi untuk mereka berdua. Tidak mengerti bagaimana jalan pikiran lelaki itu. Moeza tidak peduli kalau bisa Gavin jangan kembali lagi agar ia bisa melanjutkan tidurnya di apartemen. Moeza hanya bisa menarik nafas kemudian menghembuskannya ketika melihat Gavin yg datang dari kejauhan sambil menenteng 2 kantong plastik yg sepertinya sarapan mereka, masih mempertahankan senyumannya yg sedari tadi dia tunjukkan.

Moeza semakin tidak mengerti dengan perubahan Vavin membuat moeza bertanya tanya dalam hati

Kurasa dia habis kebentur pintu kamar mandi makanya dia jadi berubah manis seperti ini, bahkan setia mempertahankan senyumannya yg sudah seperti orang gila itu. Batin Moeza kemudian terkekeh sadar dengan pikiran konyolnya barusan. Tapi bisa jadi benar kan???

"Kenapa kau tertawa sendirian?" Tanya Gavin bingung saat sudah berada di depan Moeza.

"Ah tidakk, itu, emmm itu anak-anak disana lucu makanya aku tertawa" tunjuk Moeza kearah sekumpulan anak-anak yg sedang bersenda gurau. Moeza gugup takut ketahuan apa yg ia pikirkan bisa-bisa Gavin yg manis kembali berubah menjadi iblis

Well ... Gavin penguntit sih.

Gavin hanya ber oh-ria kemudian menarik pergelangan tangan Moeza dan membawanya pergi dari tempat itu. Moeza hanya bisa pasrah seperti tawanan yg di bawa kemana-mana. Mereka memutuskan untuk berjalan kaki karena jarak taman dengan apartemen tidaklah jauh. Hitung-hitung olahraga sekalian, Gavin masih menggenggam tangan mungil Moeza. Mereka berdua sama sekali tidak sadar dengan hal ini.

"Moeza.." panggil Gavin yg justru membuat Moeza tersentak kaget.

"Iya. Kenapa Vin?"

"Kau kenapa?"

Moeza mengerutkan dahinya tidak mengerti, "Aku? Kenapa?"

"Dari tadi kau melamun, cantik" ucap Gavin gemas kemudian tanpa sadar mengacak rambut Moeza, membuat pipi Moeza memerah bahkan ritme jantungnya saat ini diatas rata-rata seperti habis dikejar setan.

Entahlah Gavin jugak tidak mengerti semua yg barusan terjadi diluar dugaan, semua terjadi begitu saja bukan karena keinginan Gavin namun itu murni kejadian alami. Awalnya Gavin hanya berencana mengganggu Moeza agar wanita itu teriak lalu mengumpat di pagi hari sepertinya itu tidak buruk pikir Gavin namun yg terjadi berbanding terbalik 180 derajat dari yg di rencana kan nya. Tapi Gavin tidak menyesal justru ia menikmati kejadian ini.

Ternyata yg bar-bar seperti mu bisaa blushing juga

"Hei, lihat pipimu Moeza"

Tiba-tiba Gavin berhenti, Ia berniat menggoda Moeza yg sedang blushing. Pasti akan sangat menyenangkan.

"Pipiku? Katakan ada apa dengan pipiku?" Tanya Moeza polos seraya memegang kedua pipinya.

Gavin mengambil ponselnya membuka aplikasi kamera kemudian menunjukkan ke arah Moeza seraya berkata,"Pipi mu merah persis seperti tomat"

Gavin terkekeh melihat ekspresi Moeza yg saat ini malu bercampur marah. Merah padam seperti kerang rebus.

Astaga. Kenapa bisa blushing begini sih.

Moeza tidak tau harus menyembunyikan wajahnya kemana, setelah ia ketahuan kalau pipinya saat ini sedang merah padam. Moeza akhirnya memilih untuk tidak perduli, lagipula dia sudah tertangkap basah dengan Gavin. Dan itu karena ulah Gavin yg mengacak rambutnya tiba-tiba. Ohh ya ampun, tapi bagaimana mungkin hanya karena perlakuan kecil itu sampai ber efek ke pipi Moeza bahkan sampai ke jantungnya.

Moeza tidak tau harus berkata apa karena jelas yg dikatakan Gavin barusan tidak bisa Moeza sangkal karena memang itu faktanya. Moeza hanya memukul lengan Gavin sekuat mungkin menyalurkan rasa kesalnya, kemudian ingin pergi mendahului nya tapi lagi-lagi sebuah tangan kekar menarik tangannya saat ia sudah jalan beberapa langkah membuat Moeza terlonjak kaget refleks berbalik dan

Cupp...

Gavin mencium pipi Moeza. " Jangan kemana-mana tikus bar-bar. Tetaplah bersama ku okee" bisiknya membuat Moeza hanya bisa mengangguk mengiyakan permintaan Gavin tanpa marah sedikitpun.

Moeza masih terlalu shock, semua yg terjadi serba tiba-tiba ini membuat otak cantiknya itu susah mencerna hal yg baru saja terjadi. Ingatkan Moeza untun menghajar Gavin habis-habisan di apartemen nanti saat kesadarannya telah kembali. Saat ini semua pasang mata hanya menatap kesatu arah yaitu Moeza dan Gavin.

Sesampainya di apartemen, mereka berdua duduk agak berjauhan di sofa Moeza tidak ada yg membuka suara diantaranya

"Mau sampai kapan kau menjadi pura-pura bisu?" Gavin membuka percakapan.
Moeza hanya mendelikkan kedua bola matanya

Apa katanya? Bisu. Oh ya Lord. Sibodoh ini benar-benar sudah membuat ku malu tadi. Umpatnya dalam hati.

"Aku tidak bodoh!" seru Gavin tidak terima.

Kau memang bodoh Gavin. Dengan membuat pertunjukkan kecil seperti tadi . Mampuslah kau namamu akan segera jelek. Moeza berdecih tersenyum mengejek

"Hanya karena adegan tadi namaku jelek? Oh ayolah sayang kau terlalu mengkhawatirkan ku" goda Gavin dengan seringainya.

Diam kau iblis! Jangan memanggil ku dengan sebutan menjijikkan itu

Gavin terkekeh sembari berjalan mendekati Moeza kemudian berbisik, "Suatu hari nanti panggilan menjijikkan ini akan menjadi panggilan favoritmu Moeza" kemudian segera menjauhkan badannya dari Moeza

Cihh percaya diri sekali kau.

Begitu seterusnya. Gavin saat ini seperti orang gila yg berbicara sendiri tanpa ada yg mengajaknya berbicara. Bagaimana tidak dianggap gila karena ia dari tadi terus menjawab isi kepala Moeza. Suasana kembali hening sampai kemudian Moeza menyerang Gavin secara tiba-tiba. Wanita itu memukul tubuh Gavin

Gavin yg kemudian mendapat serangan tiba-tiba itu tentu tidak bisa langsung mengelak, Moeza ingat kejadian yg paling membuatnya malu tadi saat Gavin mengecup pipi nya di taman dan alhasil menjadi tontonan pengunjung disana. Gavin bersusah payah menghentikan aksi gila Moeza yg tak tanggung-tanggung menghajar Gavin. Memukul dada bidangnya kemudian menendang tulang kering kakinya sampai akhirnya Gavin dapat menghentikan Moeza dengan mendekap wanita itu. Awalnya, Moeza terus memberontak namun lama-kelamaan dia berhenti berganti dengan isakan kecil yg membuat Gavin khawatir.

"Kau kenapa tikus bar-bar, hei?" Gavin menangkup pipi Moeza memaksa wanita itu untuk menatap Gavin. Sementara Moeza hanya memejamkan kedua matanya tidak berani menatap Gavin. malu.

"Tatap aku saat aku berbicara" suara Gavin berubah menjadi dingin.

Moeza yg mendengar suara dingin Gavin perlahan membuka kedua matanya takut Gavin akan semakin marah. Moeza memberanikan diri untuk menatap kedua bola mata Gavin yg tajam kemudian mengatakan penyebab dia menangis dengan satu tarikan nafas.

"Aku malu saat kau menciumku tadi" ucapnya kemudian segera menenggelamkan wajahnya di dada bidang Gavin.

Gavin hanya bisa terdiam dan merasa semakin gemas dengan tingkah Moeza, dia semakin mengeratkan pelukan mereka berdua seraya mengecup puncak kepala Moeza bertubi-tubi.

VOTE KOMEN SHARE

Makasih udah mau mampir. Uwi seneng :)

Follow ig : dwiiramadani11

Sudah di revisi.

Possessive Boyfriend (AVAILABLE ON PLAYBOOK)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang