Brak... brak... brak...
"KAKAKKK BANGUNNNN" teriak Putra keras sambari menggedor pintu kamar Kyla keras.
Kyla yang tadinya terpulas dengan nyaman, akhirnya langsung terperanjat mendengar jeritan Putra yang menusuk tajam gendang telinganya.
"Bangunn woyyy.... astaga..., brak..brakk.." teriak Putra lagi. Kali ini lebih halus, karna ia tahu bahwa jeritan pertamanya sudah mampu membuat kakaknya membuka matanya lebar lebar.
Cklek...
BUK....
Sebuah bantal mendarat mulus di wajah Putra. Dengan menghela nafasnya datar, Putra menyingkirkan bantal tersebut dari wajahnya.
Dan nampaklah wajah kakak perempuannya, dengan penampilan acak acakan. Belum lagi Kyla hanya mengenakan kaos oblong sepanjang paha.
Pasti kakaknya itu tidak mengenakan short! Sudah menjadi kebiasaan Kyla untuk menggunakan pakaian yang sangat minim ketika tidur.
Bahkan beberapa kali Putra memergokinya hanya menggunakan sinlet dan celana dalam ketika membangunkannya di pagi hari. Dan itu auto membuatnya menutup mata.
"BERISIKKKKKK" teriak Kyla keras, setelah melempar wajah adiknya dengan bantalnya. Wajah kesal Kyla sangat tampak nyata saat ini.
Ia baru saja tidur pukul 03.00 pagi dini hari karna menyelesaikan latihannya. Ini kebiasaan kedua Kyla. Yaitu giat latihan sampai lupa waktu. Sering kali, ia latihan hingga seharian penuh tanpa makan dan minum.
Saat di tanya Afkar kenapa ia seperti itu? dengan enteng Kyla tersenyum kecut sambil mengatakan jika ia tidak sadar sudah latihan selama itu.
Dan ketika itu juga, kakaknya akan menjewer telinganya hingga Kyla setengah menangis. Tapi Kyla tahu kakaknya berbuat seperti itu agar dirinya kapok dan tidak akan mengulangi kesalahan yang sama dua kali.
Putra menghela nafasnya lelah. "Di bangunin malah di marahin.. hahh.. susah!" keluh Putra mendengus kesal.
Suara langkah kaki kakaknya terdengar dari arah tangga. Dan benar saja, lelaki dengan setelan jas itu sedang berjalan ke arah mereka, dengan wajah datar.
"Sarapan!!" pinta Afkar memanggil mereka dari tangga, dekat kamar Kyla.
Sontak Kyla dan Putra menatapnya tajam. Tapi Afkar cuek dan kembali turun menuju ruang makan. Ia sedang malas beragumen dengan kedua adiknya saat ini. Jadi ia meminimalisir interaksi dengan mereka sebisa mungkin.
Kyla dan Putra bertatapan sebentar sambari mengerutkan dahi dan segera menuju meja makan untuk sarapan. Tentu saja dengan balapan menuruni tangga, seperti biasanya.
Putra dan Kyla langsung duduk, dan mulai menyantap makannya. Sambil mengunyah makanannya Kyla memainkan ponselnya membuat Putra menatapnya tajam.
"Hpnya tuh di taruh dulu, gak sopan! Orang lagi makan juga, dasar" omel Putra membuat Kyla menatapnya kesal.
"Iya tante" sahut Kyla menaruh ponselnya dan melanjutkan makannya dengan tenang, tanpa menghiraukan sorot mata tajam dari Putra.
"Tante... tante.. emang gue tante lo apa" gerutu Putra kesal. Namun Kyla tidak mendengarkannya, ya.. kakak laknatnya itu sedang mengacuhkannya dengan sengaja saat ini.
Kyla menatap ke arah Afkar yang menyantap makannnya dengan snagat tenang. Bahkan hawa keberadaannya sampai tidak terasa, sangking tenangnya kakaknya itu makan.
"Kak anterin ke sekolah ya??" pinta Kyla hanya di lirik oleh Arkar sekilas.
"Emang mobil kamu kemana??" tanya Afkar cuek. Sudah di bilang Afkar sedang malas beragumen hari ini, jadi wajar jika dirinya menyalakan mode cueknya.
"Mobil?? Dibengkel, belum selesai kata montirnya" jelas Kyla dengan polos.
Afkar menghela nafasnya penat, dan sedikit melonggarkan dasinya. "Gue gak bisa ada rapat di kantor, bareng Putra aja"
Note : Afkar ini CEO di perusahan keluarga. Selain menjadi mahasiswa jurusan hukum! Afkar juga sudah memiliki posisi yang lumayan tinggi di perusahaan.
Jadi Afkar ini tipe cowo perfect ya.. tajir, ganteng, otak ada! Cuman yang gak ada itu sifat pekanya doang wkwkwk.. mungkin pas Tuhan sedang membagikan rasa kepekaan, Afkar bangun kesiangan dan akhirnya dapet sisa, karna telat!
Kyla menatap adiknya yang sedang asyik memakan sarapanya. Kyla sudah ragu untuk meminta tolong padanya, karna sudah pasti Putra akan menolaknya.
"Put, bareng ya"
Putra meliriknya "GAK, naik angkot sana" jawabnya dingin.
Kan, apa gue bilang! Pasti di tolak. Emang Putra itu paling pas buat kandidat adik laknat kalo semisal ada pemilu Saudara terlaknat se Jakarta nanti.
"Huh...rendang buat makan malam deh" tawar Kyla membuat adiknya lagi lagi meliriknya tajam.
Niatnya mau negosiasi, eh malah dapet tatapan membunuh! Nasip nasip..
"GAK" bantah Putra, kali ini dengan lebih mantap.
Akhirnya Kyla menghelan nafasnya lelah! Ia menyerah lebih awal untuk membujuk Putra, karna sudah pasti keputusannya itu tidak akan bisa di ganggu gugat.
"Hiih...nyebelin banget sih" Kyla mengambil tasanya dan lekas berjalan keluar rumah dengan menghentak hentakkan kakinya kesal.
"Huh...sial banget sih mereka, untung sekolah gue cuma 3 km, belon lagi keluar perumahan 1 km. Totalnya 4 km anjir. Tapi tetep aja jauh kalo jalan kaki! Gue lupa minta uang saku lagi sama kakak. Sial banget sih gue, mana dingin lagi. Hihhh.. kesel!"
Kyla berjalan di atas terotoar dengan menghadap langit sesekali, melihat embun pagi yang membuat pagi itu terasa semakin dingin tapi juga sejuk. Berulang kali Kyla menghela nafasnya lelah, karna mengingat betapa malang nasipnya pagi ini.
Bahkan jalanan masih terlihat sangat sepi. Untung saja komples rumahnya ini sangat asri dan rindang oleh pepohonan di pinggirnya. Jadi suasana sejuk itu benar benar dapat di rasakan oleh Kyla.
Kalian tahukan, bagaimana padatnya kota Jakarta ini? Sudah padat jarang ada pohon lagi di pinggir jalannya. Jadi jika siang sudah datang, Kyla enggan membayangkan bagaimana panasnya saat itu.
Tin...tin...
Sebuah mobil sport merah berhenti tepat di sebelahnya. Sontak Kyla menghentikan langkahnya dan menengok ke arahnya.
Kaca mobil itu di buka dari dalam, membuat wajah seorang perempuan bermata bulat terlihat "Kyla bareng yuk" kata perempuan itu dengan tersenyum manis.
Fariba Ayuningtyas Setiawan, kerap di sebut sebagai Tasya. Tasya adalah CS Kyla, mereka sudah berteman sejak masih berada di taman kanak kanak, bahkan sekarang mereka berdua adalah siswa teladan di SMA KAMSA.
Bukan hanya itu saja, bahkan mereka berada di kelas yang sama. Walau seperti itu mereka tetaplah rival jika mengenai pelajaran maupun exschool di sekolah.
Mereka tidak pernah pandang bulu, mau kawan, sahabat, keluarga atau apalah itu! Jika tentang kebaikan dan kesuksesan mereka tetap akan menjadikan rival. Tentu saja cara bertarungnya dengan benar dan jujur.
Kyla menghela nafasnya lega dan segera masuk ke dalam mobil sahabatnya itu "Gue kira siapa, ternyata elo" ucap Kyla sambari mengenakan sabuk pengaman.
Tasya memperlihatkan senyum tengilnya. "Hehehe, kok jalan?? Mobil lo belum selesai ya??" tanya Tasya mulai menjalankan mobilnya.
Kyla mengangguk singkat sambari mendekatkan wajahnya di dekat AC. "Hahh.. ademm" gumamnya menikmati dinginnya AC yang menerpa permukaan kulit wajahnya.
*
****
Hai, terimakasih sudah membaca cerita ini. Aku benar-benar bersyukur memiliki kalian disini. Terimakasih...
IG : @otvianasofie
See you next time All.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You Kyla
Teen Fiction(We Love My Sister. Judul aku ganti karena persiapan diterbitkan) Punya kakak yang kayak lemari es berjalan and punya adik yang kayak bawelnya ngalahin pak khatib yang lagi ceramah dimasjid, pak khatib mah berguna ceramahnya, lah ini...hadeh nambahi...