Ternyata

191 7 0
                                    

"Ehh tempat apa ini?" gumam Debora sambil melihat berbagai macam bunga yang begitu cantik dan mempesona perhatiannya. Tiba-tiba sebuah kupu-kupu bewarna kuning terbang ke arah wajahnya, tapi beruntung dia bisa menghindarinya.

"Kau yang mengajariku tentang arti pentingnya mengampuni, tapi kenapa kau sendiri tidak bisa mempraktekkannya?" tanya Kelly dengan pakaian serba putih yang entah sejak kapan berdiri di hadapan Debora.

Debora tersenyum sinis. "Sudah mati, tapi masih aja banyak bacot!" ejek Debora pada Kelly.

Kelly membalas senyum sinis itu dengan senyuman manis. Sehabis itu Kelly mengambil sebuah botol berisi pasir dengan lubang yang cukup kecil. Kelly menunjukkan botol itu kepada Debora. "Kau tahu? Beginilah kebahagiaan yang mengisi hati orang yang melakukan kejahatan dan tertawa atas penderitaan orang lain," kata Kelly. Setelah mengucapkan hal tersebut, Kelly menumpahkan seluruh pasir yang ada di dalam botol sampai tak ada satupun yang tersisa. "Lihat? Tak ada satupun pasir yang tersisa dalam botol ini," kata Kelly.

Debora menyilangkan kedua tangannya di depan dada. "Kau yang bego! Ngapain kau tuang semua pasir yang ada di dalam botol itu?" tanya Debora.

"Kau tak mengerti apa maksudku," kata Kelly. "Kau hanya melihat orang bahagia dari tawanya saja, tapi apa kau melihat hatinya?" tanya Kelly.

"Duh bikin mood aku rusak aja kamu!" keluh Debora.

"Lihatlah! Ibaratnya botol ini adalah hati orang dan pasir adalah kebahagiaan orang yang telah melakukan kejahatan. Mereka boleh saja dari luar tampak senang, tampak tertawa, tampak orang paling bahagia di dunia. Namun semua kebahagiannya hanyalah semu. Dalam berjalannya waktu, kebahagiaan itu pergi dari hatinya. Hatinya menjadi kosong lagi. Dia isi lagi kebahagian hatinya dengan berbagai macam hal yang semu, tapi semua kebahagiannya lenyap dalam kesia-siaan. Akhirnya? Hanyalah kekosongan yang mereka dapat," jelas Kelly.

"Sekarang aku bertanya padamu. Apa kau bisa merasa bahagia ketika membunuh orang dan melihat mereka menderita?" tanya Kelly.

"Ohh jelas aku bahagia melihat mereka menderita! Semakin mereka menderita, maka ada sesuatu kesukaan dalam hatiku," kata Debora.

"Apakah besoknya kau masih bisa merasakan kesukaan atau kebahagiaan yang sama?" tanya Kelly yang membuat Debora bungkam. Kelly tersenyum, lalu membuang botol di tangannya. "Kau sudah menyadarinya Deb! Tapi kenapa kau masih terus bertanya seakan-akan kau adalah orang paling menderita di dunia ini?" tanya Kelly lagi.

"Kau tidak bisa memakai alasan melakukan kejahatan hanya karena orang lain telah berbuat jahat padamu di masa lalu. Jika seperti itu aku yakin dan percaya bahwa hidupmu kelihatannya sudah sukses, tapi hatimu masih berputar-putar pada dendam yang tak berujung," kata Kelly.

"Bacot!" balas Debora.

"Cobalah ingat masa dimana kau bisa mengampuni Papamu dahulu! Aku yakin kau juga bisa mengampuni orang-orang yang telah menyakitimu, termasuk kepada Mamamu yang sudah menganggap kau bukan anaknya sendiri," kata Kelly.

Debora tertawa kecil. "Duh aku gak ngerti sama sekali dengan jalan pikiranmu, Kel," kata Debora.

Kelly tersenyum sambil menyentuh bahu kiri Debora, tapi Debora menggoyangkan bahu kirinya agar tangan Kelly tidak menyentuh bahunya. "Deb, apakah aku menyimpan dendam pada orang yang telah membunuh aku?" tanya Kelly yang membuat Debora jadi bungkam. Sekelebat memori ketika Debora membunuh Kelly langsung muncul di otak Debora. "Justru aku berterimakasih atas segala fitnah dan kebengisanmu dalam membunuhku. Jika aku tidak kau bunuh mungkin aku tidak akan melihat indahnya surga saat ini," kata Kelly sambil tersenyum.

Future Show: Werewolf Party GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang