Permainan Werewolf?

583 44 4
                                    

Pagi hari pertama game dimulai.

Reiza Pov

Sedikit demi sedikit cahaya mulai memasuki kornea mataku. Aku segera menutup mataku karena masih belum siap menerima intensitas cahaya yang langsung menyerang kedua mataku dengan beringas. Berselang beberapa detik, aku membuka mataku yang sudah bisa beradaptasi dengan kondisi cahaya di sekitarku. Pertama kali yang aku lihat adalah Yudha sedang terbaring lemah di sebelahku dengan posisi kepalanya berada di atas lengan kiriku. Aku mengangkat kepalanya dengan hati-hati dari lengan kiriku dan menaruhnya perlahan di atas lantai, lalu aku mengubah posisiku menjadi duduk dan terkejut melihat beberapa teman baruku di SMA (termasuk Bima dan Lidya) terbaring di depanku seperti ikan pindang yang lagi dijemur. Selain itu aku merasakan ada sesuatu yang janggal di tubuhku. Aku melirik ke bawah, aku melihat diriku masih mengenakan seragam SMA yang baru saja dipakai di MOS kemarin, tapi sudah lusuh. Apa aku dan teman-temanku sudah tertidur cukup lama di sini?

Dengan cepat, aku membangunkan Yudha di sebelahku sampai dia bergumam. "Ehh?" gumam Yudha yang terkejut melihat diriku. Dia segera duduk dan memandang sekitar seperti orang yang lagi hilang ingatan di tengah-tengah hutan.

"Hoyy!" pekikku sambil menepuk bahunya yang membuat Yudha terkejut.

"Ehh? Tempat macam apa ini?" tanyanya sambil berdiri tanpa menoleh ke arahku sama sekali. Apa jangan-jangan dia beneran lupa ingatan kali ya?

"Yudha!" panggilku keras sampai Yudha menoleh ke arahku.

"Reiza? Apa-apaan ini?" aku melihat Yudha makin bingung dan panik, "Bima? Lidya?" tanyanya lagi seperti lagi absen. "Ehh kok ada dia juga tuh ehh ... sapa namanya kemarin?" Yudha mulai bicara sendiri ketika melihat seorang cowok penampilan berandalan terbaring di sebelah kananku.

"Daripada kau absen tak jelas mending kau bangunkan mereka satu persatu, lalu cari tahu apa yang sedang terjadi," perintahku. Namun Yudha tak menggubris perintahku. Ya emang keras kepala tuh anak. Yudha malah berjalan ke pintu dan membukanya perlahan, sedangkan aku membangunkan yang lainnya satu persatu. Ekspresi pertama mereka semua sama seperti dengan Yudha. Mereka semua terkejut dan heran, kecuali Kevin yang malah ketawa pas aku bangunin seperti orang yang habis keluar dari RSJ.

"Reiza, cepat kemari!" perintah Yudha di daun pintu ruangan ini. Aku memutar bola mataku dan segera menghampirinya, tapi aku merasakan hal yang janggal dan kulirik kedua kakiku ternyata aku sama sekali tak memakai sepatu sekolah. Apaan ini? Masa iya yang membawa kita kesini itu maling sepatu?

"Apa?" tanyaku penasaran saat hampir mendekati Yudha. Dia hanya mendorong dagunya, lalu aku melihat ke arah mana dagunya terarah. Aku melihat ada sebuah meja bundar dan kursi yang ditaruh mengelilingi meja bundar tersebut. Selain itu di seberangnya ada kursi besar dan meja seperti kursi dan meja di ruang kantor ayahku. Kursi besar itu sedang membelakangi kami berdua serta aku bisa mendengar ada seseorang lagi bernyanyi di balik kursi tersebut.

"Ada konser boyband apa nih kok rame-rame," celetuk Banis yang cukup keras hingga menimbulkan respon dehaman dari seseorang di balik kursi besar tersebut.

"Akhirnya kalian sadar juga! Selama tiga hari kalian pingsan di ruangan tersebut," kata orang di balik kursi besar tersebut yang dari suaranya seperti seorang cewek. Apa? Cewek? "Ayolah gak usah sungkan dengan aku. Aku gak gigit kok," ucapnya lagi.

Banis adalah orang yang pede dan pertama kali berani keluar dari ruangan tempat kami pertama kali sadar tadi menuju meja bundar tersebut. "Wehh disini kayaknya bakal ada tumpengan nihh," celetuknya lagi sambil duduk santai di salah satu kursi dengan gayanya seperti bos. Anak lainnya termasuk aku hanya bisa memutar bola mata melihat Banis.

"Ayo semuanya sini merapat," kata orang dibalik kursi besar tersebut. Awalnya kami ragu, tapi melihat Banis disana gak diapa-apain, akhirnya kami memberanikan diri untuk menuju meja bundar tersebut. "Duduk di sana!" perintahnya lagi. Akhirnya kami semua duduk di meja bundar ini dan melihat satu sama lain. Sebenarnya kami tidak bisa untuk tidak tertawa karena melihat wajah kami begitu kusam seperti tersesat di hutan dan gak jadi bertahun-tahun.

Future Show: Werewolf Party GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang