Ada 4 anak kecil sedang bermain asyik di taman bermain. Mereka sedang asyik bermain pesawat-pesawatan. "Ayoo ya yang kena pesawat ini berarti nanti besar bakal jadi jodohnya Yudha," teriak Bima pada sahabat-sahabatnya.
"Ihh apaan sih kok pakai jodoh-jodoh gini!" kata Yudha tak terima.
"Biarin pokoknya yang kena ini bakal jadi jodohmu," kata Bima pada Yudha, lalu Bima menerbangkan pesawat kertas buatannya ke sembarang arah. Namun pesawat itu justru kena om-om yang sedang nongkrong sama teman-temannya di pinggir taman bermain. Mereka berempat kecuali Yudha tertawa terbahak-bahak melihat kemana pesawat itu mendarat. "Wahh Yud ternyata jodohmu anu," kata Bima, lalu dia tidak bisa menahan tawanya lagi.
"Apaan sih!" kata Yudha dengan wajah cemberut, lalu mengambil alih pesawat kertas dari tangan Bima. "Yang kena pesawat ini bakal jadi jodoh Bima," teriak Yudha, lalu menerbangkan pesawat kertas dari tangannya ke sembarang arah. Namun pesawat itu mendarat tepat di kepala gadis kecil yang tak lain adalah adiknya Reiza.
"Wah makasih Yud," kata Bima sambil menepuk bahu kanan Yudha.
"Dasar pesawat gak adil!" teriak Yudha.
"Ehh Mini kamu ngapain di sini?" tanya Reiza menghampiri adik perempuannya yang sudah lama pisah. Reiza memeluk adiknya dengan mata berkaca-kaca karena dia sendiri rindu dengan adiknya.
"Mini tadi diajak Mama ke sini dan ketemu kakak deh," kata Mini dengan wajah yang masih polos.
"Mini! Gak usah dekat-dekat sama Reiza!" teriak mamanya Reiza dan Mini kepada Mini, lalu menggendong Mini. "Dia sama kejamnya dengan papamu!" katanya lagi dengan tatapan penuh emosi pada Reiza.
"Mama?" tanya Reiza sambil mata berkaca-kaca. Tak lama mamanya Reiza dan Mini pergi meninggalkannya lagi, Reiza berlari mengejar mereka, tapi sayang dia tersandung batu, lalu tak lama semuanya menjadi gelap.
***
"Rei?" tanya Debora ketika melihat Reiza sudah sadarkan diri.
"Mama?" gumam Reiza.
"Ehh aku bukan Mama kamu!" kata Debora.
"Mini?" tanya Reiza sambil bangkit berdiri dengan tergesa-gesa. Dia mengedarkan pandangannya. "Mini? Kemana kamu?" tanya Reiza makin keras. Dia menoleh ke kanan, tiba-tiba host berlutut di samping kanannya, lalu menangkup kedua pipi Reiza. Reiza bingung dengan apa yang dilakukan oleh host. Namun entah mengapa dia pernah merasakan kedua tangan dingin ini di pipinya waktu kecil dulu. Host menggeleng-gelengkan kepalanya, lalu bangkit berdiri. Reiza dan lainnya bingung dengan tingkah host.
"Cepat kembali ke posisi kalian masing-masing," perintah host. Kelly, Evelyn, dan Lina balik ke posisi terakhir tadi. Namun Reiza masih duduk dengan menatap di hadapannya dengan tatapan kosong. Debora menampar pipi kanan Reiza, baru itu Reiza kembali ke alam sadarnya. Debora membantu Reiza berdiri dan menuntunnya untuk berdiri di bongkahan es.
"Kalian sudah capek kan ditampar Debora? Aku mau menantang Debora. Jikalau temanmu menjawab dengan benar, maka kau menamparku. Jika mereka menjawab salah, maka aku akan menamparmu, bagaimana?" tawar host pada Debora.
Debora menaikkan alisnya. "Menarik. Boleh dah dicoba," jawab Debora antusias.
"Oke pertanyaan ketujuh! Jika kalian tahu ada tetanggamu yang habis maling ayam tetangga lainnya. Apa yang akan kalian lakukan?" tanya host.
"Jelas kami akan melapornya ke pihak berwajib agar ditindak lanjuti lewat jalur hukum. Bagaimanapun juga kita tidak boleh main hakim sendiri karena kita semua tak jauh beda dengan maling itu dan hanya menunjukkan kebodohan kita jika kita main hakim sendiri," jawab Kelly pada host.
KAMU SEDANG MEMBACA
Future Show: Werewolf Party Game
Tajemnica / Thriller12 remaja terjebak dalam sebuah gedung yang mengharuskan mereka untuk bermain werewolf party game. Mereka harus menemukan dengan segera siapa di antara mereka yang memegang kartu werewolf lalu membunuhnya untuk bisa menyelesaikan permainan ini atau...