"Dan, aku punya perasaan kalau ada yang nguping pembicaraan kita," kata si cewek.
"Ohh ya?" tanya si cowok sambil mengedarkan pandangannya. "Kalau betul kita tembak aja si penguping itu," kata si cowok sambil mengambil pistol dari saku celananya. Akupun meneguk ludahku dengan kasar. Jujur aku gak tahu apa yang harus aku lakukan saat ini? Dalam kepanikan ku, aku berusaha bersembunyi di balik pohon besar sambil mengamati gerak-gerik mereka berdua. Mereka berdua terus berjalan pelan dan mengecek satu persatu pohon yang ada di sekitar mereka. Seandainya ada alat teleport di sini, aku bisa pindah tempat langsung dari sini.
Tiba-tiba suara sirine menggaung keras, mereka berdua berhenti melakukan aktivitas pencariannya. "Dasar! Kenapa sudah jam 6 saja?" keluh si cowok.
"Balik aja deh. Biarin kalau seandainya siswa-siswi SMA gak berguna itu ada yang menguping pembicaraan kita. Toh pada akhirnya nasib mereka bakal mati di tangan lembaga ini," kata si cewek sambil berjalan makin menjauhi tempat persembunyianku. Si cowok mengikuti cewek ini dari belakang. Hufft! Beruntung sirine itu berbunyi, tapi kenapa sih daritadi ada suara sirine? Maksudnya apaan ya?
Aku menghampiri tempat aku membaringkan Kelly tadi, lalu menepuk-nepuk pelan kedua pipi Kelly lagi. "Ehmm?" gumam Kelly sambil tangan kanannya memegang kepalanya dan raut wajahnya tampak kesakitan. "Bunuh aku, Deb!" katanya seperti orang menginggau.
"Ehh? Apa maksudmu?" tanyaku bingung.
Kelly membuka kedua matanya dengan sempurna, lalu tersenyum padaku. "Percuma kau bawa aku balik ke tempat permainan kita! Jika pada akhirnya nanti aku bakal kamu bunuh juga," jelas Kelly yang membuatku makin bingung.
Plak
Aku mendaratkan tamparan keras di pipi kirinya. Sungguh ngaco omongan dia. "Terus aja tampar aku," katanya dengan lembut sambil memegang pipi kirinya. "Biar kamu puas," lanjutnya sambil tertawa yang mengerikan--menurutku--.
"Ngaco!" teriakku. Kelly tertawa kecil, tapi dia tiba-tiba berteriak keras, lalu Kelly mulai duduk dan mual. "Kel? Kamu gak apa?" tanyaku sambil menatap kedua matanya yang sedang menatap di hadapannya dengan kosong.
"Deb? Barusan aku ngapain?" tanya Kelly bingung. Akupun jadi ngeri mendengar kata Kelly barusan. Nih anak habis kerasukan apa?
"Kamu pingsan," jawabku bohong.
"Ohh aku merasa ada sesuatu masuk ke dalam tubuhku tadi," katanya yang membuat bulu kudukku berdiri.
"Kel! Cepat buruan kita pergi dari tempat ini!" kataku mengalihkan suasana yang makin mencekam seperti ini. Aku segera bangkit berdiri, lalu menarik bahunya agar dia bangkit berdiri. Dengan kedua tanganku yang masih di bawah ketiak Kelly, aku mulai menuntun Kelly pelan-pelan entah mau kemana. Namun aku dan Kelly segera pergi dari tempat ini.
***
Author Pov
"Yudha?" teriak Reiza sambil mengerjap kedua matanya untuk beradaptasi dengan cahaya kunang-kunang yang begitu silau di atasnya. "Dimana aku?" tanya Reiza bingung. Dia hendak bergerak, tetapi tubuhnya terikat dengan tali yang diikat dengan pohon besar di belakangnya. Dia mengedarkan pandangan ke sekitar, dia melihat di samping kirinya ada seorang laki-laki dengan seragam SMA sepertinya yang masih tak sadarkan diri. Reiza menoleh ke kanan yang dia dapat hanya tali-tali tambang yang berceceran.
"Reiza?" teriak Lina tak percaya. Reiza menoleh ke arah sumber suara. Akhirnya Lina, Yudha, dan Kevin menemukan Reiza.
"Lina?" gumam Reiza dengan mata berbinar-binar. Bukan! Bukan berbinar-binar karena kehadiran Lina, tapi karena melihat Yudha tersenyum lega melihatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Future Show: Werewolf Party Game
Misterio / Suspenso12 remaja terjebak dalam sebuah gedung yang mengharuskan mereka untuk bermain werewolf party game. Mereka harus menemukan dengan segera siapa di antara mereka yang memegang kartu werewolf lalu membunuhnya untuk bisa menyelesaikan permainan ini atau...