Reiza Pov
Sang mentari telah bersembunyi malu di ufuk barat sana. Seperti inilah harapan kami yang perlahan mulai mengikis dan terbenam bersama udara mencekam di sini. Sekali-kali canda yang sedikit nyeleneh dari Kevin yang sekarang duet sama Theo menghibur kami semua di sini. Tak ada lagi yang berniat untuk mencari jalan keluar dari gedung ini. Toh percuma saja semua terkunci dengan rapi dan tak ada celah bagi kami untuk keluar dari gedung ini. Satu-satunya harapan kami adalah mengacaukan permainan ini selicik mungkin.
"Sekarang kita bikin kesepakatan aja! Keluarkan kartu roleplay kita masing-masing agar kita semua saling tahu apa yang menjadi roleplay kita," usul Yudha.
"Enak aja," sahut Bima. "Sekarang kalau sudah saling tahu roleplaynya apakah ada jaminan kita bisa keluar bareng? Huh?" tanya Bima.
"Iya sekarang misal nih kalau kita tahu siapa yang werewolf. Untuk kita menang game ini berarti kita harus membunuh werewolf itu bukan? Sekarang apakah mau orang yang punya roleplay werewolf itu berkorban untuk dibunuh agar team civilian bisa menang dan lolos dari game ini?" kata Kelly.
"Ya gimana lagi? Mendingan mana korban cuma tiga orang atau lebih dari itu?" tanya Yudha.
"Kamu juga gak bisa egois sih, Yud! Ingat kita di sini ingin supaya bisa keluar bareng bukan satu team atau mungkin hanya satu orang aja yang bisa keluar dari sini," kata Lidya.
"Bentar! Aku justru curiga loh kalau yang gak mau nunjukin kartu roleplay nya itu adalah werewolf," kataku sambil memicingkan mata pada Lidya.
"Aku sih gak apa untuk nunjukin kartu roleplay ku tapi apa mau nih yang werewolf untuk berkorban dan dibunuh? Gitu aja," jawab Lidya dengan raut wajah sesantai mungkin.
"Tapi ya mau gimana lagi? Itu udah satu-satunya jalan buat kita bisa meminimalisir korban kan?" tanya ku dengan nada tinggi.
"Tapi kau juga gak bisa egois!" balas Lidya dengan nada lebih lebih tinggi 1 oktaf dari teriakanku tadi.
Tiba-tiba Yudha menggebrak meja. "Udah kalau kalian emang gak sepakat buat nunjukin kartu roleplay nya ya sudah!" tegas Yudha, lalu dia meninggalkan meja makan dan pergi keluar.
Aku terkejut dengan sikap Yudha yang berubah drastis seperti ini, terutama Lidya yang malah memusuhi aku dan Yudha.
"Sudah daripada kalian berantem mendingan sekarang kita masak. Om ganteng udah lapar nih," kata Kevin manja.
"Tante cantik juga dong," kata Lidya dengan nada manja. Sontak perkataan Lidya barusan membuatku jijik.
"Kayaknya kalian pasangan serasi deh," sindir Kelly.
Akupun memutar bola mataku, lalu pergi keluar hendak ke kamar mandi. Saat aku ke kamar mandi betapa terkejutnya aku dengan banyak kecoak di lantai kamar mandi. "Ada kurma!!!" teriakku. "Ehh kecoak!!!" teriakku ralat sambil langsung kabur dari kamar mandi.
"Ada apa? Ada apa?" teriak Kevin panik. "Cerita sama Om ganteng, ada apa?" tanya Kevin padaku yang justru menurutku terkesan alay.
Akupun memasang wajah panik lagi sambil menunjuk ke arah kamar mandi. "Ada banyak kecoak di sana!!!" teriakku.
Seketika Bima dan Theo pergi berlari ke kamar mereka masing-masing, lalu Banis dan Kevin pergi ke kamar mandi yang aku tunjuk tadi. "Anjir itu kecoak apa peyek? Sampai segitu banyaknya?" tanya Kevin saat melihat banyaknya kecoak di lantai dan dingding-dinding bak kamar mandi.
"Ehh liat tuh ada buntut coklat di lubang kamar mandi," teriak Banis. "Bunuh gih kecoaknya!" perintah Banis panik sendiri sambil mendorong-dorong Kevin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Future Show: Werewolf Party Game
Misterio / Suspenso12 remaja terjebak dalam sebuah gedung yang mengharuskan mereka untuk bermain werewolf party game. Mereka harus menemukan dengan segera siapa di antara mereka yang memegang kartu werewolf lalu membunuhnya untuk bisa menyelesaikan permainan ini atau...