Mereka Semua Aneh

221 27 4
                                    

"Bisakah kalian diam sedikit?" tanya seorang wanita tiba-tiba dari kegelapan gudang ini. Aku dan Jonathan pun terkejut, lalu melirik kemana arah suara tadi.

Tiba-tiba seseorang dari kegelapan muncul. Ternyata dia adalah host tadi yang masih mengenakan topeng Minion di wajahnya. "Kalian semua menganggu permainanku saja. Kalau begitu kalian berdua harus melihat permainanku," katanya sambil mengenggam erat lengan kami berdua. Dia membawa kaki pada kegelapan tersebut, hingga satu sorot lampu putih tajam menerjang mata kami. Aku bisa melihat ada sepuluh laki-laki seperti bodyguard yang kedua tangan dan kakinya diikat tali tambang, lalu mulutnya disumpal dengan kain kumal. Mereka sedang meronta-ronta untuk dibebaskan.

"Kau tahu? Aku sendiri yang akan membunuh mereka semua, hebat bukan?" tanyanya seperti anak kecil yang sedang membanggakan sesuatu. Langsung tanpa basa-basi, host atau wanita sialan ini menembak semua laki-laki tersebut tepat di jantungnya tanpa melenceng sedikitpun. "Ini sudah orang ke 30 yang tewas di tanganku," katanya bangga, lalu diikuti tawa menggelegar yang cukup menyeramkan menurutku.

"Aku mulai mual," jawab Jonathan, lalu pergi meninggalkan aku dengan host sialan ini.

"Psikopat," komentar ku.

"Bagus," katanya dengan bangga. "Salah mereka juga yang telah tidak bisa menjalankan tugasnya."

Akupun mulai bersiap-siap untuk mundur karena akupun takut mengalami hal yang sama dengan mereka. "Tak perlu khawatir. Akupun juga enggan membunuhmu karena permainannya hampir mau mulai dan ...," katanya sambil menepuk tangannya, "Ohh aku tak sabar siapa yang akan dieliminasi dan dibunuh pada siang hari ini."

Tanpa aba-aba aku mulai lari keluar dari gudang ini dan segera menemui teman-temanku lainnya.

"Ehh Yudha makanan udah siap nih," kata Bima saat aku sudah berada tepat di depan pintu gudang. Akupun mengangguk dan menuju dapur. Sesampainya di dapur, aku melihat semua asyik menyantap kentang rebus dan tersedia tempe tahu bacem di tengah-tengah meja makan.

"Sini gabung," ajak Reiza sambil memakan kentang rebus nya dengan lahap. Jujur pasti mereka sedang kelaparan. Akupun mengambil kursi kosong di ujung, lalu Bima duduk di sebelah kiriku dan Reiza berada di seberang ku. "Ayo makanlah," perintah Reiza antusias. Akupun makan kentang rebus di hadapanku dengan ragu. Beruntung kentangnya udah dikupas kulitnya dan dipotong agar pas masuk di mulut. Saat kentang rebus itu masuk ke mulutku, aku merasakan rasa asin, sedangkan aku sangat suka dengan makanan asin.

"Enak kan?" tanya Reiza lagi.

"Iyalah kalau orang udah lapar banget semua makanan terasa enak, apalagi yang masak kamu," celetukku. Reizapun tak bisa untuk tidak tertawa. "Ehh aku mau ngomong sesuatu nih sama kamu," kataku sambil mengunyah potongan kentang rebus di sendokku.

Tiba-tiba Bima berdesis, lalu meletakkan jari telunjuknya di depan bibirnya. Ahh dia mulai lagi. Bima emang seperti itu orangnya kalau lagi makan selalu gak boleh rame-rame, apalagi berbicara pada saat masih mengunyah makanan. Akupun melihat Reiza mulai mengalihkan pandangannya ke luar jendela. Aku rasa Bima emang punya pengaruh yang besar terhadap Reiza. Akhirnyapun makan pagi ini begitu hening, hanya terdengar dentingan sendok dan piring.

***

Setelah makan pagi, aku sedang duduk santai di taman belakang. Entah kenapa di sini udaranya begitu sejuk dan enak juga pemandangannya. Reiza, Bima, dan Lidya mungkin sedang beristirahat di ruang pribadi mereka masing-masing.

"Ehh kamu ngapain di sini sendirian?" tanya Jonathan tiba-tiba duduk di sampingku.

"Gak apa cuma aneh aja kenapa kok si penculik ini bisa membuat taman rumah yang bagus seperti ini ya?" kataku sambil terkagum. "Coba liat dinding tamannya aja berisikan berbagai macam tanaman hias maupun tanaman gantung," kataku sambil melihat lekat-lekat dinding di sekitar taman ini.

Future Show: Werewolf Party GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang