Chapter 2: Keyakinan

9.5K 803 211
                                    

Berkendara di malam hari menelusuri jalanan kota bangkok untuk menuju kerumahnya itu yang kini Krist lakukan saat ini. Mobilnya memasuki sebuah gerbang rumah mewah dengan halaman yang cukup luas. Krist menepikan mobilnya setelah itu keluar dari mobil.

Langkah kaki Krist berjalan memasuki rumahnya. Pemandangan yang pertama kali di lihatnya saat memasuki rumahnya sungguh membuatnya ingin mengumpat seketika itu juga.

"Apa kalian tidak punya malu berciuman di ruang tamu?" Protes Krist pada kedua pria duduk di sofa tidak jauh dari tempatnya berdiri saat ini.

"Nong Krist sudah pulang?" Tanya seseorang pria dengan perawakan yang mungil dan juga mempunyai wajah yang sangat imut.

"Jangan berbicara basa - basi padaku kutu. Apa kau tidak punya malu bermesraan di ruang tamu orang lain. Dan kau juga P' jika pho tahu kau pasti akan habis" Ujar Krist pada kedua pria itu.

"Anak kecil sepertimu itu jangan pernah sesekali mencampuri urusanku. Pergi saja sana minum susu lalu tidur. Kau mengganggu saja" Usir pria yang duduk di sebelah pria mungil tadi.

"Memang aku bayi apa? Lihat saja P'Off pasti akan aku adukan pada pho" Ancam Krist.

"Kau itu tukang mengadu. Tidak bisakah membiarkan kakakmu ini hidup tenang sehari saja" Ujar pria bernama Off yang ternyata adalah kakak dari Krist.

"Tidak. Aku akan terus mengganggu hidup P' sampai kapanpun juga" Sahut Krist.

"Dosa apa aku bisa punya adik sepertimu" Cela Off.

"Harusnya aku yang berkata seperti itu. Dosa apa yang ku perbuat di masa lalu sampai punya kakak seperti P'Off" Cibir Krist.

"Kau itu" Ujar Off sambil bangkit dari duduknya dan ingin memukul kepala Krist.

"Papi jangan!!!" Ucap pria mungil yang duduk di samping Off tadi. Membuat Off mengurungkan niatnya.

"Jika si kutu saja yang berbicara P' akan langsung menurutinya. Dasar kalian berdua itu menggelikan" Sindir Krist sembari berjalan pergi meninggalkan mereka berdua.

"Dengarkan ini P' yakin kau nanti juga akan suka pada pria. Biar kau tahu rasa nanti" Ujar Off.

"Papi tidak baik berbicara seperti itu. Karena itu sama saja menyumpahi Krist" Ingatkan Gun.

"Biarkan saja. Lagipula siapa wanita yang akan mau dengan pria sepertinya. Laki - laki saja berpikir dua kali" Ujar Off dengan kesal sembari menatap kearah adiknya yang tidak tahu sopan santun.

"Bagaimanapun diakan adikmu" Ingatkan pria mungil itu.

"Biarkan saja Gun jangan membelanya. Untuk apa kau membelanya padahal dia selalu saja sinis padamu" Sahut Off tidak habis pikir pada Gun.

Off saja yang kakak Krist sangat tidak tahan dengan tingkah laku adiknya yang sangat mengesalkan itu. Berdekatan dengan Krist itu hanya membuat orang yang tengah berbicara padanya kesal saja. Adiknya itu suka sekali membuat orang lain naik darah.

________

Hal pertama yang Krist lakukan saat memasuki kamarnya adalah merebahkan dirinya di atas tempat tidurnya. Hari ini sangat melelahkan untuknya. Di tambah Krist harus menyediakan tenaga ekstra untuk menghadapi pria gila bernama Singto yang selalu mengejarnya itu.

Krist saja tidak habis pikir bisa bertemu pria itu tadi. Kenapa pria itu hobi sekali mengikutinya sama seperti seorang penguntit. Dan kenapa juga pria itu tidak pernah jera dan menyerah untuk mengejarnya.

Saat mengingat bagaimana keadaan Singto tadi Krist tertawa. Rasakan saja itu. Memang enak tersiram air dan basah kuyup. Harusnya tadi Krist memukulnya lebih keras lagi supaya pria itu sadar.

[5]. This Love [ Singto x Krist ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang