Chapter 1: Perpustakaan

12.2K 948 141
                                    

Krist P.O.V

Aku mengerjapkan kelopak mataku beberapa kali sebelum mataku terbuka sepenuhnya. Ku pandangi setiap sudut ruangan yang ada di hapadanku. Sebelum mengumpulkan semua memoriku. Aku berjingkrak kaget saat sadar aku ada dimana.

Astaga!! Sudah berapa lama aku tidur di perpustakaan?
Kenapa suasananya sangat sepi?

Dengan terburu - buru aku memasukan barang - barangku kedalam ranselku. Setelah itu pergi dari perpustakaan. Ku menatap langit di atasku yang sudah menggelap. Hari sudah mulai malam. Aku tidak habis pikir dengan teganya kedua temanku meninggalkanku yang tertidur di dalam perpustakaan sendirian.

Bagaimana jika ada yang menculikku nanti?

Sungguh aku tadinya ingin mengerjakan tugas. Tetapi belum satu halamanpun buku itu selesai kubaca mataku sudah lelah dan aku langsung tertidur begitu saja. Aku memang tidak cocok dengan buku ataupun perustakaan.

Ku langkahkan kakiku berjalan di kondidor fakultasku yang saat ini sepi dan cukup gelap. Bahkan aku tidak melihat satupun orang kecuali diriku sendiri.

Entah perasaanku saja atau sungguhan. Aku merasa ada yang mengawasi gerak - gerikku dan mengikutiku dari belakang. Reflek ku tengokan kepalaku kebelakang.

Tidak ada satu orangpun.

Jangan - jangan itu hantu penunggu perustakaan?

Tiba - tiba aku mendengar suara langkah kaki seseorang menghampiriku. Membuat bulu di tubuhku berdiri dan tubuhku gemetaran.

Aku melihat ke asal suara disana ada seseorang yang berjalan dari arah kegelapan. Menuju ke arahku. Ini mengingatkan ku dengan film yang kemarin baru ku tonton. Tentang pembunuh berantai yang memangsa korbannya di dalam kegelapan. Membuatku langsung merinding ketika mengingatnya.

Tanpa membuang waktu aku langsung berjalan menghindari orang tersebut untuk mendekatiku. Lebih tepatnya aku berlari dengan ketakutan.

Aku bukan pengecut. Bisa saja aku melawannya.
Tapi jika ia membawa senjata tajam bagaimana?
Tamat sudah riwayat hidupku saat itu juga.

Langkah kakiku terhenti di depan toilet. Aku langsung masuk ke salah satu bilik dan menguncinya rapat. Kakiku tidak sengaja menginjak ember yang berisi tongkat pel. Membuat sebuah ide terbersit di pikiranku.

Tok. Tok. Tok.

Suara ketukan pintu dari luar bilik yang ku masuki barusan. ini pasti dari orang yang mengikutiku tadi. Perlahan ku buka pintu bilik ini setelah aku bersembunyi di belakang pintu saat orang itu masuk aku langsung menyiramnya dengan ember yang sudah ku isi air tadi. Kemudian memukulinya dengan brutal memakai tongkat pel.

"Krist hentikan ini aku" Teriak orang itu.

Sepertinya aku mengenali suara orang itu? Ku hentikan tanganku yang memukulnya. Aku menatap seseorang yang baru saja ku siram dengan cermat. Ternyata yang ku kira orang jahat itu adalah pria gila yang selama ini mengganggu hidupku.

"P'Singto" Ujarku kaget tidak menyangka ternyata ini adalah dirinya. Aku bahkan menyiramnya dan juga memukulinya.

"Iya Ini aku. Kenapa kau menyiram dan memukulku?" Tanya P'Singto kesal padaku.

"Siapa yang menyuruh P' untuk mengikutiku? Itukan salah P' sendiri ku kira tadi orang jahat" Jawabku tidak mau di salahkan.

"Apa kau tidak bisa membedakan orang jahat dan Aku?" Tanya P'Singto padaku.

"Tidak. P' dan orang jahat itu sama. Sama - sama berbahaya. Sudah aku mau pulang dulu. P' hanya membuang waktuku" Keluhku sebelum berjalan meninggalkannya yang masih terjatuh di kamar mandi.

Aku tidak perduli padanya itukan salahnya sendiri siapa yang menyuruhnya untuk menakut - nakutiku?

Tangan P'Singto dengan cepat menahan lenganku. Membuatku berbalik kearahnya. Aku tidak bisa untuk tidak tertawa saat ini. Sungguh ia sangat lucu saat ini. P'Singto persis sekali seperti anak kucing yang terjatuh ke dalam selokan.

"Kenapa kau tertawa apa aku lucu?" Tanya P'Singto padaku.

"Lihatlah dirimu P' kau seperti kucing yang terjatuh ke selokan" Jawabku.

"Ini semuakan karena kau" Ujar P'Singto padaku.

"Jangan salahkan aku. Itu salahmu sendiri kau yang mengikutiku seperti seorang penguntit" Jawabku tidak mau disalahkan.

"Kau mau pulang? Apa mau ku antarkan?" Tanya P'Singto padaku.

Pria gila itu sekarang berlagak sok baik di depanku sekarang. Aku tidak akan tertipu dengan tingkah baiknya itu.

"Tidak perlu. Aku bisa pulang sendiri. P'Sing apa yang kemarin itu masih belum jelas? Apa harus ku tekankan lagi? Jawabanku akan tetap sama" Ujarku padanya.

Aku sudah terlalu sering menekankan jika aku tidak menyukainya. Dan tidak akan pernah bisa menyukainya. Aku itu masih normal dan akan tetap selamanya begitu.

"Sekarang kau boleh berkata seperti itu. Tapi nanti aku yakin kau akan bertekuk lutut padaku" Jawab P'Singto dengan percaya diri.

"Cih. Percaya diri sekali kau itu. Ingat ini aku bukan gay dan tidak akan pernah jadi seorang gay" Ujarku.

"Aku juga" Sahut P'Singto.

"Siapa orang gila yang akan percaya itu? Jika P' tidak gay kenapa kau bisa menyukaiku?" Tanyaku tidak percaya.

"Hanya karena menyukaimu bukan berarti aku jadi gaykan Krist" Jawab P'Singto santai.

"Apa itu masuk akal?" Tanyaku tidak percaya.

"Tentu tidak. Tapi semua akan masuk akal jika kau menjadi milikku" Jawabnya dengan santai.

Bagaimana bisa ia berbicara seperti itu dengan mudah dan santainya. Sementara aku yang mendengarnya. Hampir tidak percaya seseorang seperti ia bisa berbicara menggelikan seperti itu.

"Dasar gila?" Celaku padanya.

"Iya aku memang gila ... Tergila - gila padamu"  Ucap P'Singto yang langsung membuatku merinding sementara ia hanya menatapku dengan manis.

Benarkan jika pria ini selalu membual padaku? Apa ia tidak punya malu? Padahal sudah jelas - jelas aku menolaknya. Menghinanya bahkan sering mengutukinya tetapi ia tidak ada lelahnya mengejarku. Justru aku yang lelah karena terus melawannya.

"Apa bisa aku muntah sekarang?" Sindirku padanya.

"Kenapa kau sudah muntah lebih dulu padahal kita belum berbuat sesuatu" Ujar P'Singto padaku.

Sialan! Aku memandangnya dengan kesal.

"Ahhh bicara padamu sungguh membuat kepalaku pusing" Keluhku sambil berjalan pergi meninggalkannya tidak memperdulikan panggilannya padaku.

Ku jalankan kakiku dengan cepat menuju parkiran mobil. Dan segera memasuki mobilku. Dekat dengan pria gila itu sungguh membuatku tidak bisa berpikir normal. Sungguh aku merasa tekanan darahku naik drastis hanya karena melihat wajahnya.

'Jangan termakan oleh bualan recehnya okay. Kau itu normal. Dan akan tetap selamanya begitu' Ingatkanku pada diriku sendiri.

Tbc.

[5]. This Love [ Singto x Krist ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang