Beberapa hari telah berlalu, namun tidak ada perubahan yang cukup berarti pada Krist, pria manis itu tetap sama seperti sebelumnya, meskipun sekarang sedikit lebih tenang tidak seperti beberapa waktu lalu.
Mungkin itu semua karena terapi dan juga obat yang dokter berikan padanya, juga dukungan dari semua orang untuknya.
Singto mendekati Krist yang saat ini duduk termenung di jendela kamarnya, pria tampan itu mengambil sebuah kursi single dan meletakannya di samping Krist, lalu mendudukan dirinya di sana.
Pria tampan itu menatap ke arah yang saat ini di tatap kekasihnya tersebut, Singto tersenyum lalu memulai mengajak Krist berbicara.
meskipun pria tampan itu tahu jika Krist tidak akan pernah menjawab apapun yang di tanyanya, tetapi ini merupakan hal rutin yang selalu Singto lakukan saat bersama dengan Krist.
"Apa kau merindukan teman - temanmu? Apakah kau tahu jika setiap hari mereka menerorku, untuk memberitahu bagaimana kabarmu." Ujar Singto.
"Aku tahu jika kau juga merindukan pengganggu - pengganggu itu, apa kau ingat jika aku mencela mereka, kau pasti akan marah kepadaku, dan membela mereka. Kau selalu jahat padaku, suka sekali memarahiku, memukulku, dan juga memakiku. Krist, aku merindukanmu, merindukan semua sikap kasar yang kau berikan padaku, bukanya sekarang aku tidak menyukaimu, sekarang aku justru lebih menyukaimu lagi, tapi aku ingin kau berbicara padaku seperti dulu, hanya itu." Tambah Singto sambil membelai rambut Krist dengan lembut.
Singto menatap Krist yang kini hanya terdiam, pria tampan itu tahu jika Krist tidak akan menjawab apapun yang di tanyanya, tapi berada di samping Krist seperti ini saja sudah cukup untuknya. Bisa menjaganya dan juga melihatnya saja Singto sudah sangat bersyukur sekarang.
Yang terpenting Krist baik - baik saja sekarang, itulah yang terpenting untuk Singto saat ini, tidak ada yang lainya lagi.
"Apakah kau tahu saat aku kerumahmu waktu itu dan ternyata rumahmu itu kosong, dan tidak berpenghuni, itu sungguh membuatku takut. Bahkan sangat takut, aku takut jika tidak bisa lagi bertemu denganmu, tetapi aku beruntung bisa bertemu lagi dengamu disini. Jadi kau tidak perlu takut pada tanggapan orang lain nanti, kau tidak perlu takut pada apapun yang terjadi kedepannya, karena meskipun semua orang menjahuimu, tetapi aku akan tetap berada di sampingmu dan mendukungmu. Jadi jangan merasa sendirian lagi, sayang." Ucap Singto mulai berbicara lagi pada Krist.
Tanpa mereka sadari di ambang pintu kamar Krist, diam - diam Off dan Gun menatap, kemudian mendengarkan apa yang kedua orang itu lakukan. Gun memeluk Off yang saat ini berdiri di sampingnya dengan erat.
"Mereka sangat maniskan? Papi, jika Krist sembuh nanti. Biarkan mereka berdua bersama, kau tidak kasian pada adikmu itu? Dia sangat menderita sekarang dan pria itu juga merasakan hal yang sama, dia sangat baik, dia bahkan selalu menomor satukan Krist daripada dirinya sendiri. Dia membiarkan tanganya yang terluka, demi mengobati jari Krist yang sedikit tergores, dan kata - kata yang di ucapkannya untuk menyemangatinya, itu membuatku sadar jika dia sangat menyayangi Krist." Ungkap Gun dengan berbisik.
"Aku tidak tahu harus apa." Ujar Off sambil terus menatap keduanya.
"Apa yang membuatmu bingung?" Tanya Gun tidak mengerti.
"Ada sesuatu hal, yang tidak bisa aku katakan padamu." Jawab Off.
"Kau bisa mengatakan apapun padaku, aku akan mendengarkan semua masalahmu." Kata Gun sambil tersenyum.
"Gun, terima kasih karena kau mau menjaga, dan merawat adikku, padahal yang di lakukannya padamu selama ini sudah keterlaluan, tapi kau tetap baik padanya." Ungkap Off saat mengingat kelakuan buruk Krist pada kekasihnya, tetapi Gun selalu diam saja, dan justru membela Krist.
KAMU SEDANG MEMBACA
[5]. This Love [ Singto x Krist ]
Fanfiction[ Completed ] Ini kisah tentang Krist pria manis yang keras kepala dan juga kasar yang bertemu dengan Singto pria dingin dan pendiam yang tiba - tiba entah ada angin apa bilang jika dia menyukai Krist. Cast utama : Perawat Sangpotirat ( Krist ) Prac...