Hyunjoo menatap total biaya pada bill tagihan di tangannya. Dengan lesu, ia kemudian berjalan menuju kasir.
"Permisi, aku ingin mengembalikan handuk ini dan sekalian membayar tagihan." ujar Hyunjoo lalu memberikan bill tagihan beserta selembaran uang saat tiba di depan kasir. Sang karyawan menerimanya lalu memberikan kembalian uang senilai seribu Won.
"Terimakasih." ucap sang karyawan setengah membungkuk. Hyunjoo membalasnya.
Gadis itu pun dengan cepat mengambil uang kembaliannya. Dengan langkah berat seraya mengamati uang di genggamannya, Hyunjoo berjalan pelan keluar restoran.
"Apa yang bisa kubeli dengan sisa uang ini? Mungkin hanya cukup untuk membeli kimbap segitiga? Ah, uangku sekarang sudah habis. " keluh Hyunjoo. Ia segera memasukkan uangnya ke dalam saku seragam saat tiba di depan pintu restoran. Tampak Yoongi sudah menunggunya di teras.
Yoongi mendekat ke arah Hyunjoo. Lelaki tersebut menunjuk dengan dagunya ke arah keranjang payung. "Kalau kau ingin pulang sekarang, bawalah payungnya. Ini masih sedikit gerimis. Bus di halte sini akan tiba sebentar lagi."
Yoongi memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. Hyunjoo membalas dengan anggukan.
"Ba-bagaimana dengan sunbae? apa tidak pulang juga dengan menaiki bus?" tanya Hyunjoo ragu - ragu.
"Jarak rumahku agak jauh. Aku akan naik taksi saja. Kau pergilah ke halte." jelasnya.
"Ah, begitu." balas Hyunjoo kikuk. Gadis itu kemudian mengambil payung yang semula ia taruh ke dalam keranjang.
"Kalau begitu bawalah payungmu, sunbae. Terima kasih telah meminjamkannya padaku tadi." Hyunjoo tertunduk seraya mengulurkan payung tersebut pada Yoongi. Yoongi menatap payung plastik transparan miliknya yang disodorkan oleh Hyunjoo.
"Tak perlu, kau bawa saja." tolak Yoongi secara halus.
Hyunjoo segera mengangkat wajahnya. "Tidak perlu, ini kan milik sunbae."
Yoongi mengeratkan tas ranselnya. "Aku pulang duluan."
Lelaki tersebut mengangkat telapak tangannya sebagai ucapan selamat tinggal pada Hyunjoo.
"Sunbae... Bawalah payungmu." ujar Hyunjoo.
Yoongi tak menggubris perkataanya sama sekali. Sifat keras kepalanya kembali terlihat. Padahal, Hyunjoo ingin Yoongi membawa payung tersebut. Lelaki itu pasti membutuhkannya nanti saat turun dari taksi dan berjalan menuju rumahnya. Mengingat awan gelap masih menggantung di langit serta gerimis, hujan deras sepertinya akan turun lagi. Hyunjoo hanya tak ingin Yoongi kehujanan seperti tadi.
Yoongi pergi menuju pinggir jalan untuk mencoba menghentikan taksi yang sedang melaju lalu menumpangnya. Gadis itu kini hanya bisa memandang Yoongi yang sedang membuka pintu taksi lalu masuk ke dalamnya. Ia mengehela napas lalu menatap payung yang ada di genggamannya.
###
Hyunjoo membuka pintu rumahnya kemudian menaruh payung yang tampak basah ke dekat pintu. Ia lalu melepas ikatan tali sepatu.
"Aku pulang." ucapnya.
Ibu Hyunjoo pun datang menyambutnya. Lalu mengamati keadaan puterinya. "Kau sudah pulang. Apa tadi kehujanan? Payungmu tertinggal di rumah." ujar ibunya khawatir.
"Tidak eomma, aku memakai payung yang dipinjamkan seseorang kepadaku." jelas Hyunjoo lalu tersenyum. Mengatakan bahwa dirinya baik - baik saja.
"Syukurlah. Kalau begitu cepat ganti bajumu dan makan. Ibu akan menyiapakan makanan dulu." tandas ibu Hyunjoo lalu hendak pergi ke dapur. Namun, Hyunjoo dengan cepat menahan lengan ibunya.
"Eomma, tidak perlu. Aku tadi sudah makan tteokbokki setelah pulang sekolah. Aku ingin beristirahat saja di kamar."
"Begitukah? Baiklah. Istirahatlah."
Ibu Hyunjoo mengusap pelan kepala puterinya tersebut. Hyunjoo tersenyum lalu berjalan menaiki tangga untuk menuju kamarnya yang terletak di lantai dua.
Gadis itu membuka pintu kamarnya lalu melempar asal tasnya ke arah tempat tidur. Ia lalu menghempaskan tubuhnya ke atas kasur dan memejamkan kedua matanya rileks. Pikirannya tiba - tiba langsung teringat pada Yoongi. Seperti dugaan Hyunjoo sebelumnya, benar saja. Hujan kembali turun dengan derasnya saat ia menaiki bus saat pulang tadi. Setelah turun dari bus, Hyunjoo pun berjalan menuju ke rumahnya dengan lagi - lagi memakai payung milik Yoongi untuk menghindari derasnya rintikan hujan.
Saat ini, Hyunjoo terpikirkan bagaimana nasib Yoongi. Apa lelaki itu sudah sampai di rumahnya? Jika iya, sepertinya lelaki itu harus kehujanan lagi. Menurut Hyunjoo, Yoongi seharusnya tak menolak untuk membawa payung itu tadi. Padahal, payung tersebut juga milik Yoongi. Jadi, untuk apa lelaki itu malah menolak untuk membawanya. Hyunjoo merasa harusnya ia kehujanan juga agar impas dengan apa yang dirasakan Yoongi.
Gadis itu kemudian membuka resleting terdepan tasnya. Ia mengambil ponsel. Hyunjoo menggeser layar ponselnya lalu mencari sebuah kontak.
윤기 선배 (Yoongi sunbae)
Sebuah nama dan nomor tertera di layar. Hyunjoo mengigit kuku jarinya karena merasa ragu. Haruskah ia menelpon atau mengirim pesan pada Yoongi untuk sekedar menanyakan keadaan pemuda itu.
"Apa aku kirim pesan saja?" tanyanya pada dirinya sendiri. Ia pun menekan ikon pesan lalu mengetik sebuah teks.
To : 윤기 선배 (Yoongi sunbae)
Sunbae, apa kau sudah tiba di rumah?Saat selesai mengetik teks pesan tersebut, niat Hyunjoo ragu - ragu lagi untuk menekan send. Tangannya bahkan terasa bergetar.
"Bagaimana ini? Ah. Haruskah kukirim?" ucapnya seraya berguling - guling di atas kasur. Ia kemudian kembali hanya mengamati teks pesan tersebut tanpa mengirimnya.
###
Yoongi menekan empat digit angka sebagai password pintu rumahnya. Dengan keadaan seluruh tubuh yang basah kuyup, pemuda itu lalu membuka pintu rumahnya dan masuk ke dalam.
Di dalam rumah, begitu gelap dan sepi. Ia pun segera menyalakan sakelar lampu. Yoongi memang tinggal sendirian di rumah minimalis sederhana ini. Keluarganya tinggal di Daegu. Hanya ia sendiri yang tinggal di Seoul. Setelah lulus sekolah menengah pertama, Yoongi memang mantap melanjutkan jenjang pendidikan ke Seoul.
Awalnya, kedua orang tua Yoongi menentang keputusannya mengingat tidak ada sanak saudara mereka yang tinggal di kota Seoul. Sehingga, jika lelaki itu pergi ke sana artinya tidak akan ada yang mengurusnya. Tetapi, dengan sikap keras kepalanya. Yoongi berusaha meyakinkan bahwa ia bisa mengurus hidupnya sendiri di kota besar seperti Seoul. Terbukti, Yoongi merupakan pribadi yang cukup mandiri dalam melakukan semua kegiatan selama pindah ke Seoul. Untuk masalah finansial, biasanya orang tuanya juga mengirim uang dalam jumlah yang tidak besar setiap bulannya. Sehingga, Yoongi pun harus rajin berhemat untuk memenuhi kebutuhan sehari - hari.
Yoongi menuju kamarnya lalu mengambil handuk yang menggantung di sudut kamar. Sembari mengeringkan tubuhnya menggunakan handuk, Yoongi berjalan menuju meja. Ia menatap ponsel yang tadi diletakkan di sana. Yoongi lalu mengambilnya untuk mencari sebuah kontak.
내 개 (Anjingku)
Lelaki berkulit putih pucat itu mengamati kontak tersebut cukup lama. Yoongi lalu berniat menelpon kontak itu. Tetapi, segera mengurungkan niatnya.
"Untuk apa aku mengkhawatirkannya?" racau Yoongi. Ia kemudian kembali menaruh ponselnya ke atas meja dan berlalu ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
To be Continued

KAMU SEDANG MEMBACA
YOU'RE SO COLD [SELESAI]
FanfictionMin Yoon Gi, siswa tingkat akhir yang bertanggung jawab menjadi kapten tim basket untuk sekolahnya. Di sisi lain, siswi tahun pertama bernama Yoo Hyun Joo merupakan seorang stalker Yoongi yang bersekolah juga di sana. Bagaimanakah kisah mereka? ©2016