"Gue gak tau apa yang salah, kak Yaya pms apa gimana sih?"
Nanta udah ribut aja dari tadi. Mulutnya emang gak bisa diem. Suka banget nyirnyirin orang. Seperti sebuah hobi.
"Diem aja deh, Nan. Berisik elu mah." Ahsan kesel juga lama-lama.
"Eh tapi, apakah ada sesuatu yang terjadi sama kak Adi, kak Yoga, kak Wicak, sama kak Yaya? Kayaknya mereka tadi bahas soal kepemimpinan gitu kan. Mana tadi kak Wicak bilang semua salahnya, sebenernya ada apa sih?"
Jelas Yasa gak bisa nahan rasa penasarannya.
"Mana gue tau." Ahsan udah mulai males.
Harusnya kan sekarang mereka bahas soal dekor buat besok pensi. Ini malah gosip. Jiwa lambe turahnya dia baru mode off nih. Dia itu baru khawatir sama keadaan Yaya. Khawatir juga sama keadaan karang taruna.
"Heh mau kemana lo?"
"Mau ke rumah kak Yaya."
Dan semua orang ngikutin Ahsan.
...
"Gak ada yang mau ngomong? Gue capek nunggu nih."
Masih gak ada suara. Di pekarangan rumah Yaya sekarang lagi duduk lima orang. Duduk melingkar di atas tikar. Sengaja tadi dia gelar tikar buat acara dadakan ini.
Yaya di sampingnya nunduk, tangannya ngeremat kausnya. Gemes sih, tapi bukan saatnya buat gemes. Wicak di samping Yaya hela napas. Dia ngeraih jemarinya Yaya terus natap Adi sama Yoga yang duduk bersisian.
"Gue minta maaf," ucap Wicak.
"Kenapa jadi lo sih yang minta maaf!" sela Yaya. Dia dongak cuma buat natap tajam pacarnya.
"Gue yang bilang sama Yoga kalo mau kontak buat donasi itu ke Nakul, bukan kamu." Dia natap lembut ke Yaya, "Gak taunya itu malah bikin kamu makin banyak pikiran."
"Gue juga minta maaf." Yoga bicara. "Gue cuma kesel karna lo anggep kita gak becus kerja. Padahal kan lo harusnya tau kita gak pernah main-main kalo ada acara gini."
"Gue juga, maaf." Adi ikutan ngomong.
Ijal hela napas lega. "Menye-menye lu pada." Dia ketawa, habis itu noleh ke gerbang rumah Yaya dan nemu si Ahsan dateng sama yang lain.
"Kak, gapapa kan?" tanyanya.
"Noh liat, adek-adek lu sampe pada khawatir. Udah ah, gue mau beli kulin dulu. San, ikut yuk!"
"Tapi..."
"Ikut aja udah."
...
"Mereka emang sering banget kayak gitu, santai aja."
Ahsan diem di samping Ijal yang udah sibuk sama es gud dai kulin kesukaannya. Di depan Ahsan sendiri udah ada es cocolatos. Mereka lagi di angkringan sekarang.
"Iyakah?"
"Dulu pernah lebih parah dari itu, sampai si Yoga sama Yaya hampir jotos-jotosan."
Fyi, Ahsan ini anak pindahan. Jadi dia gak terlalu tau masa lalu temen-temennya di karang taruna. Orang nama tetangganya aja dia masih suka lupa.
"Kok ngeri?"
"Haha takut lo, dek?"
"Aku gak suka liat kerasan kak, mereka debat di gc aja aku udah ketar-ketir."
"Lucu banget sih kamu dek."
Ijal dengan entengnya ngusap kepala Ahsan. Ahsannya sih biasa aja. Lagian Adi sering gitu juga sama dia. Tapi pas dia noleh dan ketemu sama senyumannya Ijal, jantungnya deg-deg an.
"Itu yang lain ikut lo semua, gak jadi bahas soal dekor dong?"
"Eh iya ya? Ihhh kenapa juga mereka harus ikut sih? Kepo banget."
"Kayak lo kan?"
"Ihhh kak Ijaall!!"
...
Ketika yang lain jalan ke rumah Yaya, si Kris malah melipir ke rumah Nakul yang gak jauh dari rumah Yaya. Gak perlu khawatir soal para tetua itu, karna dia udah sering liat yang gituan. Secara dia termasuk jajaran tetua juga.
Sampai di rumah Nakul, dia langsung disambut sama bundanya Nakul.
"Sore bunda, Nakulnya ada?"
"Eh Kris, ada kok di kamarnya. Masuk aja."
"Kris masuk ya bun."
Jangan tanya kenapa dia bisa dengan mudahnya masuk ke rumah Nakula, disambut baik pula sama bundanya. Ya karena emang Kris sering ke rumah Nakul. Orang tua Nakul ini sering ke luar kota, Nakul sering sendiri di rumah. Dan berhubung orang tua Kris sama orang tua Nakul temenan, Kris sering diminta jagain Nakul di rumah. Maklum Nakul kan anak tunggal.
"Nakul."
Masuk ke kamar, dia liat Nakul baru sibuk ngitung duit. Saking sibuknya sampai gak denger sapaannya Kris.
Nakul duduk di kasur, uang berceceran di atas sprei, terus kerutan keliatan jelas di keningnya. Gemes banget Kris jadinya.
"Serius banget sih."
"Aduh lupa kan tadi ngitung sampai berapa."
Kris ketawa dong. Lucu banget kerucutan bibirnya Nakul tu. "Maaf deh, habis kamu serius banget sih. Sini sini biar kakak bantuin."
"Ih kak Kris dateng gak bilang-bilang."
"Hehe biar surprise."
"Udah sini bantuin Nakul itung ulang. Kalo salah bisa dimarahin kak Yaya nanti."
"Iya iya, lucu banget sih kamu tu."
Kris ngusap rambut hitamnya Nakul. Yang diusap kepalanya mejamin mata, menikmati. Ya kalo kayak gitu gimana Kris bisa tahan coba? Manis overload Nakul mah.
...
"Eh dek, kayaknya gue harus pergi deh."
"Loh terus ini es buat anak-anak siapa yang bayar?"
Ijal ketawa, "Udah gue bayar kok. Lo bisa bawa ke rumah Yaya gak? Kalo gak gue chat Nur biar bantuin bawa."
Ahsan manyun.
"Yaudah deh. Chat Nur suruh kesini deh kak."
"Oke, gue duluan ya. Pacar udah nunggu nih."
Iya, Ijal ini emang udah punya pacar:))
Bukan anak kampung situ. Ahsan udah tau kok. Makanya dia gak boleh deg-deg an lagi kalo liat senyumnya kak Ijal.
...
tbc
tadinya mau post kemarin tapi keburu bobok
btw, sebenernya ini book ada peminatnya gak sih?
KAMU SEDANG MEMBACA
Karang Taruna; The Boyz
Fanfic[complete] kalau the boyz jadi anak karang taruna.... local!au, non-baku, bxb cover by @kevhwall