Gua menghela nafas gusar, mengunci ponsel dan meletakkannya di atas nakas. Merebahkan diri di kasur dengan tangan yang merentang luas. Astaga, padahal sudah menginjak hari ke 3 liburan sekolah, tapi rutinitas gua tiap hari selalu kayak gini.
Ekspetasi gua saat liburan adalah jalan-jalan, buat snapgram, mem-posting foto di Instagram dan lainnya. Tapi realitanya, gua hanya bergelut dengan dunia kamar ditemani bantal, guling, laptop dan juga ponsel.
Gabut everyday
Gua melirik sebentar ke arah mama yang masuk sambil membawa baju yang sudah disetrika dan kembali terbengong seperti sedia kala.
"Nggak ada yang ngajak main apa, Va?" tanya mama sambil memasukkan baju ke dalam lemari.
"Nggak. Semuanya pada liburan, Iva doang yang di rumah kayak orang goa," jawab gua dengan sedikit meng-kode.
"Itu di depan ada kolam ikan. Anggap aja Seaworld," kata mama.
Gua memutar bola mata. "Dikata Ancol kali ah."
Mama terkekeh pelan dan masih melakukan aktifitas yang sama.
"Ma."
Mama menyahut dengan deheman kecil.
"Jalan-jalan yuk. Kemana kek gitu," ajak gua niat meminta.
"Kemana?"
"Korea," celetuk gua asal.
"Oke," sahut mama pelan. Senyum gua merekah. "kamu jual ginjal dulu, kalo udah laku hubungin mama. Deal?"
"Ish!" gua mendesis kecewa dengan raut wajah yang kembali menekuk.
Pintu kamar gua terbuka dan ada tuyul yang menyembulkan kepalanya dari luar. Maksud gua Kiky, hehehe...
"Ma," panggil Kiky.
"Apa?"
"Kiky mau liburan," gua menjentikan jari dan mendukung Kiky.
Mama mendesah pelan lalu berdiri. "kemana?"
Kiky mengerutkan keningnya seraya berfikir. Begitupun gua melakukan hal yang sama.
"Ke pantai aja!" seru Kiky semangat diikuti oleh gua yang menyetujuinya lagi.
Astaga, ternyata ini anak sepemikiran dengan gua.
Mama menghela nafas berat lalu mengangguk pelan. "Nanti mama omongin sama papa mu," final mama. Gua dan Kiky bersorak kegirangan lalu mama keluar kamar yang sebelumnya menggelengkan kepala keheranan.
.
.
"Va, udah sholat Dzuhur?" tanya mama dari luar kamar.
Tepat saat gua selesai berdoa, gua mengusap wajah seraya menyelesaikan doa. "Udah. Kenapa?" tanya gua sambil membuka mukenah dan melipat sajadah.
"Ada Chanyeol nih," kata mama. Mata gua membulat.
"Oke."
Dengan cepat, gua merapikannya, menguncir rambut asal menjadi gumpalan mengingat sekarang siang hari yang terbilang panas. Kemudian keluar kamar berjalan menghampiri Chanyeol yang sudah terlihat duduk sambil berkutat dengan ponselnya.
Chanyeol yang sadar akan kedatangan gua pun tersenyum simpul. "Va, sini duduk samping gua," ajaknya.
Gua manggut-manggut lalu duduk di sofa panjang ruang keluarga di samping Chanyeol.
Lelaki itu melirik gua sepersekian detik, kemudian memalingkan wajahnya sesaat setelah gua pandangi balik. Aneh! Gua mendelik ke arahnya lalu menoyor kepala Chanyeol pelan. Bukannya meringis, anak itu malah menyeringai lebar dan membalas dendam dengan menarik rambut gua yang tadinya menggumpal menjadi tergerai acak. Gua mendengus kesal lalu menarik telinganya yang sudah caplang menjadi tambah besar kayak kuping gajah. Dia meringis dan gua tertawa lepas melihatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Annoying Neighbor -Park Chanyeol
Fanfiction|•TAMAT•| |•SUDAH DINOVELKAN•| |•Beberapa part sudah dihapus untuk kepentingan penerbitan•| Novel 'My Annoying Neighbor -Park Chanyeol' dapat kalian pesan langsung di WeShinePub dengan format: MAN_nama pemesan_noWA/Idline pemesan **** "Cintaku akan...