Pagi ini gua memutuskan untuk sekolah daripada bergelut dengan dunia kamar yang lama-kelamaan bikin gua suntuk sendiri. Ya, yang pasti pagi-pagi buta harus adu cekcok dulu dengan mama dan pada akhirnya mama mengizinkan dengan syarat, tiap hari membawa bekal dan nggak boleh jajan di kantin atau makan junk food manapun. Mungkin karena penyakit gua ini, ah, nggak kok, kalau gua sakit apapun itu pasti larangannya nggak boleh makan yang sembarangan. Alibi, kah?
10 menit lebih gua berdiri di depan gerbang menunggu Chanyeol yang belum datang juga. Wajar, karena pas gua telpon dia masih tidur dan ujung-ujungnya gua disuruh untuk menunggu.
"Naik."
Titah anak itu tiba-tiba sesaat setelah berhenti di depan gua. Wajahnya kusut kayak belum mandi, matanya juga merah kelihatan seperti orang yang kurang tidur.
Chanyeol ikut siskamling?
"Chan, lu ken—"
"Jangan banyak tanya. Gua cape!" tukasnya dengan suara datar dan dingin.
"Iya." Gua kembali diam hingga sampai di sekolah.
Oke, mungkin Chanyeol benar-benar lelah dan ngantuk sekarang ini. Jangan diganggu, Va. Ini sama kayak lu pas dikuasai oleh kekuatan kebo yang maha kuat jika ia benar-benar datang.
"EH, IVA!" pekik Jennie kencang saat gua masuk ke dalam kelas.
Semua pasang mata serempak menatap gua dan mungkin kaget dengan teriakan Jennie yang melengking tinggi.
Gua mendelik ke arah Jennie tanpa menyahutinya. Kemudian duduk di tempat gua.
"Udah nggak sakit lo?" tanyanya sambil menyikut lengan gua.
"Nggak. Kan bawa obat," jawab gua pelan.
"Lo nggak boleh kecapean. Berarti nggak ikut olahraga dong?"
Gua mengangguk ragu. "Mungkin."
Ia berdecak. "Enak."
Gua mengangkat bahu acuh dan memilih nggak membalas ucapannya.
"INTAN, MAKARONI PEDES SATU!"
Sumpah, ya, Jennie. Agh— bacotnya itu lho gede banget. Kalau bukan sahabat gua, sudah gua sumpal mulutnya dengan papan tulis.
Pandangan gua beralih menatap Chanyeol yang sedang tidur di atas mejanya. Rambutnya acak-acakan, bajunya pun seperti belum disetrika, tapi ganteng. Kasihan juga tapi...oke, gua labil.
*****
Kringgg kringgg
Bel istirahat berdering, selepas pelajaran kimia barusan, kepala gua rasanya sedikit berat. Bukan vertigo, tapi dengan materi yang semakin lama semakin sialan.
"Kantin nggak?" tawar Jisoo.
Gua menggeleng. "Lu aja, Nek. Gua bawa bekal," jawab gua dan Jisoo mengangguk paham kemudian berjalan keluar menuju kantin bersama dengan Jennie, Rose dan Lisa.
Gua membuka bekal yang di siapkan mama pagi tadi dan seterusnya akan seperti ini. Ada nasi putih, ayam goreng dan juga capcay.
"Nggak ada sambel?" gumam gua kecewa saat melihat menu yang tersedia.
Gua menghela nafas pasrah dan mulai memakannya sembari merutuki keadaan ini.
"Oi!"
"Ngapa?"
Belum menjawab. Anak itu duduk terbalik di kursi depan menghadap ke arah gua.
"Bawa bekal, nih ceritanya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Annoying Neighbor -Park Chanyeol
Fiksi Penggemar|•TAMAT•| |•SUDAH DINOVELKAN•| |•Beberapa part sudah dihapus untuk kepentingan penerbitan•| Novel 'My Annoying Neighbor -Park Chanyeol' dapat kalian pesan langsung di WeShinePub dengan format: MAN_nama pemesan_noWA/Idline pemesan **** "Cintaku akan...