34. Felly dan Jendral Tawuran

2.1K 266 9
                                    

SIDER= CANTENGAN YAA
.
.
.
Hari ini adalah hari dimana semua calon peserta didik baru datang untuk mendapat pengarahan dari OSIS sekolah gua untuk persiapan MOS nanti.

Gua sengaja bangun lebih awal meski masih libur. Gua mandi, pakai baju seragam dan juga almamater OSIS gua yang berwarna abu-abu. Hari ini hari yang sangat mengesankan untuk gua, karena ini pertama kalinya gua ngurusin MOS. Berbeda dengan Samuel dan Dio yang sudah pernah merasakan momen ini saat mereka menjadi OSIS di SMP dulu.

Setelah selesai sarapan, gua berpamitan sama mama dan bergegas keluar rumah yang sudah ada Chanyeol siap dengan motornya. Ia tersenyum ramah saat gua keluar gerbang. Ia terlihat lebih fresh pagi ini hanya dengan memakai kaos oblong hitam dan celana jogger abu-abu miliknya.

"Kalo ada apa-apa bilang ke gua ya. Telpon gua, nanti gua langsung susul lu ke sekolah," ujar Chanyeol di tengah perjalanan.

"Iya."

Setelah sampai di sekolah, gua segera turun dan memberikan kembali helmnya ke Chanyeol. Saat gua merapihkan rambut yang sedikit berantakan, Chanyeol malau mencubit pipi kanan gua.

"Aw! Sakit, bodoh!" ringis gua.

"Gemes banget abisan," katanya dengan cubitan yang semakin menjadi-jadi.

Gua menepis tangan Chanyeol dan menarik telinganya. Barulah dia melepaskan cubitannya dari pipi gua. Sambil mengelus pipi yang sedikit memerah, gua mengerucutkan bibir sembari mengumpatinya terus-terusan.

"Yaudah, sono!"

"Iya. Makasih ya," ucap gua dan Chanyeol manggut-manggut.

Gua beranjak masuk menuju ruang OSIS. Melewati koridor yang mulai dipenuhi oleh anak-anak baru dan para orang tua yang menemaninya. Yang gua lakukan saat itu, sepanjang perjalanan hanyalah tersenyum canggung dan bergumam kata permisi setiap ada orang. Berasa jadi santri secara nggak langsung.

Di depan ruang kepala sekolah, gua melihat Daniel  di depan mading yang sepertinya sedang menempel entah kertas atau selebaran apa itu.

"Niel, pagi," sapa gua ke Daniel.

Orang yang gua sapa hanya melirik sedetik, berdehem kecil sebagai sahutan lalu memalingkan wajahnya kembali ke kegiatan semula.

Melihat responnya tersebut, gua hanya menghela nafas kasar dan melanjutkan jalan gua dan meninggalkan Daniel disana.

"Aduh!" pekik seorang perempuan yang baru saja nggak sengaja gua tabrak.

Mata gua melotot kaget dengan mulut yang terbuka sedikit saat melihatnya tersungkur ke lantai.

"Ya ampun, saya minta maaf ya. Tadi saya nggak tau kalo ada kamu," ucap gua sambil membantunya bangun. Namun dengan angkuhnya, dia menolak.

"Jalan jangan lupa pakai mata. Bukan dengkul!" bentaknya sambil mengacungkan jari telunjuknya.

Gua mengernyitkan dahi tak percaya. "Ya, kan saya udah minta maaf, kok kamu ngelunjak?"

Tanpa membalas, perempuan yang gua ketahui dia adalah anak baru karena masih berseragam putih biru itu hanya mendengus kesal, lalu bangun dengan sendirinya. Kemudian berjalan meninggalkan tempat kejadian.

Mata gua mengikuti arah dia berjalan pergi entah kemana, sesaat kemudian gua menghembuskan nafas seraya membuang emosi yang bisa saja keluar jika nggak gua tahan tadi.

Setelah sampai di ruang OSIS, gua mengambil berkas-berkas yang harus dikasih dan diisi oleh peserta MOS.

"Oke, 15 menit lagi kita kumpulkan semua peserta baru di lapangan berdasarkan kelas yang sudah diatur. Mentor-mentor kelas jangan lupa selalu ada di samping barisan kelasnya," tutur Samuel dan semua anggota mengangguk serempak.

My Annoying Neighbor -Park ChanyeolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang