44. Retjeh Anjir

1.9K 201 19
                                    

Sepulangnya gua dari rumah sakit dan bertepatan pula dengan hari Minggu, Chanyeol memilih untuk main dulu di rumah gua. Mau menemani gua dulu, katanya.

"Udah makan?" tanyanya sesaat setelah menutup pintu kamar dan menghampiri gua.

Gua menggeleng. Chanyeol berdecak. "Mau makan apa?"

"Terserah. Yang penting bisa di makan."

"Batu, mau?"

"Ih, Chanyeol!" Chanyeol malah terkekeh pelan lalu mengacak rambut gua.

Ia mengambil ponselnya dari saku celana, membuka aplikasi ojek online untuk memesan makanan. Canggih dan praktis memang. "Eh, iya. Lu nggak boleh makan yang sembarangan, Va."

"Ih, kenapa?"

"Kan sakit," katanya. "Gua pesenin bubur sama salad aja, ya," tanpa menatap gua, ia memutuskan sepihak.

Gua mengerucutkan bibir dan merutuki segala ketidakberuntungan ini. Apa rasanya jika cuma makan bubur dan salad? Dikata gua kambing apa?

Sekitar 20 menit menunggu, pesanan kami sudah sampai. Chanyeol membuka styrofoam putih yang berisi bubur dengan porsi yang lumayan banyak dan terbilang komplit. Ditambah satu cup salad dengan mayonais yang terpisah. Ini enak, jika gua sehat dan mulut gua nggak sepahit sekarang ini.

"Ayo, makan," ujarnya dengan sesendok bubur yang sudah siap masuk ke mulut gua.

Gua membuka mulut, membuka akses jalur makanan yang nantinya akan mengisi perut gua yang laparnya bukan main. Maklum aja, sekarang sudah jam 2 siang dan gua belum makan dari pagi karena menyiapkan diri untuk pulang ke rumah. Mungkin juga susternya yang menganggap bahwa gua akan segera pulang, makanya gua nggak dapat jatah sarapan. Hm...

"Phanash, hau!" kata gua pelan dengan mulut yang penuh bubur. (Panas tau!)

Chanyeol menyeringai kecil. Ia kembali menyendok bubur tersebut, kali ini meniupnya terlebih dahulu agar nggak sepanas tadi. Barulah ia memasukkannya ke dalam mulut gua.

"Udah ah. Kenyang," kata gua.

"Tanggung."

"Salad aja. Nggak mau bubur."

Chanyeol mendelik malas. Menutup styrofoam tersebut, menaruhnya di atas nakas, lalu mengambil salad yang sudah diaduk dengan mayonais. Ia menusuk sepotong apel dan menyodorkannya pada gua.

"Enak?" tanyanya.

Gua mengangguk dan kembali mengunyah. Tak lama setelah menelan, dua potong buah ditambah sayuran entah apa itu namanya, yang jelas berwarna hijau, sudah siap di depan wajah gua.

"Banyak banget," keluh gua.

"Biar cepet habis," balasnya.

Terpaksa gua membuka mulut lalu melahapnya habis-habisan. Chanyeol menyuapinya juga kayak orang kesetanan. Alhasil, pipi gua menggembung kayak tupai.

"Lucu banget masa," ucap Chanyeol yang malah tertawa tanpa rasa bersalah.

Gua membuang muka, mengunyahnya perlahan-lahan dan kemudian menelannya. Sial, perut gua rasanya mau meledak.

"Kenyang..." rengek gua.

Chanyeol manggut-manggut dan beralih meraih obat yang ada di atas nakas. Ia membuka obat tersebut sesuai resep. Jika kalian ingin tau, obat gua itu cukup banyak, sekitar empat sampai lima tablet dan kapsul dengan berbagai warna namun satu rasa. Pahit.

"Nggak bisa satu-satu?"

"Nggak." Ketusnya. "Minum cepet." Ujarnya dengan nada dingin.

Ya ampun, Chanyeol kenapa, sih?

My Annoying Neighbor -Park ChanyeolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang