JANGAN LUPA VOTE!!!
//VOTE\\VOTE//VOTE\\VOTE//Seseorang menghentikan motornya tepat di samping gua dan hampir menabrak jika gua nggak segera menjauh. Orang itu membuka kaca helmnya dan matanya menyipit membentuk bulan sabit. Dia cengengesan.
"Woi!" Gua memukul lampu motor. "Pelan-pelan, anjing! Untung gua nggak ketabrak!" omel gua dan lagi-lagi dia hanya terkekeh tanpa rasa bersalah.
"Ayo," ajaknya.
Berhubung hari ini gua nggak akan pulang sampai Kamis, barang bawaan gua terbilang sangat banyak sampai-sampai naik ke motornya aja susah luar biasa.
"Udah, Va?"
"Udah, Lin. Ayo jalan!" seru gua dan Guanlin melajukan motornya.
Oke, kalian jangan takut dan heran kenapa gua bareng Guanlin pagi ini, bukan dengan Chanyeol.
Lelaki itu ngambek dari semalam dan gua nggak tau alasannya kenapa. Chat gua nggak dibalasnya sama sekali, telpon pun nggak diangkat. Pagi-pagi gua buka lagi roomchat-nya, Chanyeol menyuruh gua untuk berangkat dengan Guanlin aja hari ini. Gua sudah bertanya kenapa dan apa dia nggak marah jika gua bareng Guanlin, dan dia cuma balas 'G'.
Kan sialan, ya orang kayak gitu. Belum aja rumahnya gua bom berhubung sampingan.
Guanlin segera memarkirkan motornya yang mulai cukup ramai dengan motor-motor anak OSIS lainnya. Saat gua beranjak turun dari motor, pandangan gua menuju ke dua orang yang berada di taman belakang sekolah.
Gua menyikut lengan Guanlin seraya menyuruhnya mengikuti arah pandang gua.
Daniel? Vernon? Gumam gua dalam hati dengan alis yang bertubrukan.
Plak!
Vernon menampar Daniel dengan kencang hingga gua bisa mendengar suara tamparannya walau jaraknya cukup jauh dari tempat gua berdiri. Sesaat itu juga, Guanlin menarik gua untuk keluar dari sana dan bergegas menuju ruang OSIS.
Pandangan gua kosong, masih terbayang-bayang dengan perlakukan Vernon tadi kepada Daniel. Dan lagi-lagi gua nggak tau apa penyebabnya. Guanlin pun ditanya hanya diam bahkan sempat membentak gua dan mengatakan jangan dipikirkan lagi karena itu masalah mereka.
Gua hanya bisa bungkam seribu bahasa tanpa menyahutinya lagi.
Astaga, kenapa hidup gua sedramatis ini sih?
"Va, cepetan!" ujar Jisoo yang masih menunggu gua di ambang pintu ruang OSIS.
"Iye, sabar!" Gua meletakkan barang-barang di sana, mengambil almamater dan memakainya sembari berlari bersama Jisoo menuju lapangan yang sudah siap untuk apel.
Di barisan belum ada tanda-tanda kedatangan Daniel. Kepala sekolah masih memberikan sambutan yang sebenarnya tidak begitu penting. Mata gua mengedar kemana-mana mencari sosok lelaki yang baru saja ditampar tadi pagi itu.
"Ah, itu dia!" gumam gua saat melihatnya berjalan sedikit lari menghampiri gua.
Gua menghembuskan nafas lega, lalu tersenyum simpul. Namun sepersekian detik kemudian senyuman gua memudar saat melihat pipi Daniel yang memerah bahkan ujung bibirnya yang lecet.
Siapa lagi jika bukan Vernon pelakunya.
Kalau bicara siapa yang paling benar ya nggak ada. Vernon memang salah karena membuat Daniel seperti ini. Tapi di sisi lain, Daniel sendiri yang mencari mati tanpa melihat dulu siapa dan apa yang akan terjadi nantinya.
Salah besar. Fatal, jika kalian berurusan dengan Vernon yang notabene-nya adalah jendral tawuran.
Setelah sedikit arahan dari ketua panitia pelaksana MOS, para peserta didik segera berhamburan meninggalkan lapangan untuk memasuki kelasnya masing-masing. Sementara anggota OSIS ada sedikit briefing di ruang OSIS.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Annoying Neighbor -Park Chanyeol
Fanfic|•TAMAT•| |•SUDAH DINOVELKAN•| |•Beberapa part sudah dihapus untuk kepentingan penerbitan•| Novel 'My Annoying Neighbor -Park Chanyeol' dapat kalian pesan langsung di WeShinePub dengan format: MAN_nama pemesan_noWA/Idline pemesan **** "Cintaku akan...