27. Pantai

2.6K 261 17
                                    

Setelah 5 jam perjalanan dari Jakarta, kami sampai di Villa yang sudah di pesan malam kemarin oleh orang tuanya Chanyeol. Ya, kami berangkat bersama-sama menggunakan satu mobil yang sama, yaitu mobil papa gua.

"Nih, barang-barang lu!" Chanyeol memberikan koper berwarna biru langit dan juga sekantong plastik besar berisikan makanan milik gua.

"Makasih," ucap gua sembari terkekeh pelan.

Gua dan Chanyeol masuk ke Villa bareng-bareng yang setelahnya diikuti para orang tua kami dan juga Kiky. Selangkah kaki gua memasuki Villa yang terbilang besar dan mewah. Di lantai bawah ada lobby yang dilengkapi billiard, ruang tamu, ruang karaoke, dapur dan juga satu kamar mandi. Sementara di lantai atas hanya ada 3 kamar tidur yang dilengkapi kasur berukuran king size.

Gua melangkah menuju tangga dan berjalan memasuki kamar. Berhubung belum ada siapapun yang mendahului, gua memasuki kamar pilihan gua dengan bebas.

Gua mengerutkan dahi seraya berfikir lalu menjentikkan jari dan menunjuk kamar paling pojok, kamar yang jauh dari tangga sebagai pilihan gua.

Gua membuka pintu kamar dan terpesona melihat luasnya kamar ini. Bahkan dilengkapi TV LED pula lho. Gila, anak sultan parah keluarganya Chanyeol tuh.

Tak henti-hentinya gua memandangi tiap sudut ruangan dengan senyuman yang terus merekah di wajah. Meletakkan koper dan kantong plastik berisi makanan dengan asal, kemudian berjalanya menuju teras untuk melihat pemandangan pantai yang begitu asri di tambah desiran angin dan ombak yang melebur jadi satu menciptakan suasana damai dan bebas. I love it!

Ceklek

Pintu terbuka oleh seseorang, gua menoleh kebelakang dan betapa terkejutnya gua saat melihat Chanyeol yang masuk dengan membawa barang-barangnya.

"Chan?!" seru gua ke Chanyeol yang belum sadar akan kehadiran gua di sini.

Pintu tertutup olehnya, lalu ia menengok dan barulah kami memandang bingung satu sama lain.

"Kok lu di sini?" tanya Chanyeol keheranan.

Gua mengernyit. "Harusnya gua yang nanya. Kok lu di sini? Kan ini kamar gua," tuding gua.

Chanyeol belum menjawab, ia berjalan masuk lebih dalam sambil menarik koper hitam miliknya. Pandangannya masih terkunci ke arah gua dengan tatapan penuh pertanyaan.

"Justru itu—" ucap Chanyeol. "Gua udah dua kali salah masuk kamar dan saat gua masuk ada orang tua gua dan orang tua lu di kamar yang satunya. Makanya gua pikir kamar ini kosong," jelasnya lalu mendudukkan diri di pinggir kasur.

Mata gua terbelalak tak percaya mendengar pernyataan Chanyeol. Bayangkan, dalam tiga hari dua malam kedepan gua harus tidur sekamar dengannya. Bukannya ini menyenangkan—eh, maksud gua, bukannya ini aneh?

"Terus gimana?" tanya gua lagi.

Chanyeol hanya melirik gua sepersekon lalu mengangkat bahunya acuh. Ia berjalan menuju teras dan melakukan aktifitas yang sama seperti gua tadi sebelum anak ini masuk dan membuat otak gua menjadi pusing seketika.

Gua menghela nafas panjang dan memutuskan untuk bermain ponsel. Gua merogoh saku celana, membuka ponsel, menyalakan data dan sialnya sinyal disini 'E'.

Astaga! Gimana mau buat snapgram dan upload foto sementara sinyal disini aja nggak ada satu batangpun. Gua meletakkan ponsel diatas kasur sembarangan dan memutuskan untuk keluar kamar.

"Mau kemana?"

"Ke bawah." singkat, padat, jelas tanpa menoleh atau memandangnya sedikitpun.

Gua menuruni tangga dan berjalan ke belakang Villa yang terdapat se-petak kolam renang berukuran sedang, sebuah saung bambu dan juga taman kosong di sekelilingnya. Ini tempat terbaik yang pernah gua kunjungi setelah lama tidak pernah liburan lagi. Sumpah.

Sesampainya di pinggir kolam renang, gua mengambil posisi duduk dan menyelupkan kaki ke air. Gua menghela nafas lepas lalu tersenyum menikmati suasana yang damai ini. Asli ih gua norak banget, hahaha...

"Oi!" seru Chanyeol yang ada di belakang gua.

Tanpa menoleh, gua membalasnya hanya dengan deheman kecil.

"Mau ikut gua ke pantai nggak?" tanya Chanyeol niat mengajak.

Gua mengerutkan dahi lalu mengangguk setuju. Gua bangkit dari duduk dibantu oleh Chanyeol lalu berjalan menuju pantai yang ada di dataran lebih rendah dari Villa ini. Mengetahui keadaan pemetaan tempat yang seperti ini, gua dan Chanyeol harus rela turun dengan tangga yang hanya disusun oleh batu-batu kasar dan tajam.

"Siniin tangan lu, gua pegangin," ujarnya yang sudah turun terlebih dahulu.

Gua meraih tangannya yang sudah terulur dan menapak ke atas batuan yang lebih rata dan tidak tajam. Anjir lah, mau ke pantai aja harus outbound dulu.

"Chan, lepasin," kata gua dan berusaha melepaskan genggamannya yang masih terikat dengan tangan gua sejak turun tadi.

Chanyeol berdesis. "Diem aja, biar dikata pacaran," dan anak itu hanya tersenyum jahil.

Gua merotasikan bola mata malas dan mengikutinya saja.

Tak terasa, gua dan Chanyeol sudah berjalan-jalan cukup jauh dari Villa dan memilih duduk di batu yang berukuran besar. Berhubung ombak yang pasang karena sekarang sudah sedikit sore, gua memilih untuk tidak bermain air di pantai dulu, takut keseret dan hanyut. Mana gua nggak bisa berenang 'kan. Yang ada ngapung kayak paus terdampar.

Chanyeol mendesah panjang. "Gua suka ini," ia bersuara.

"Hm?"

Chanyeol membalas tatapan mata gua lalu tersenyum lebar.

"Iya, gua suka pantai," kata Chanyeol lebih jelas.

Gua ber-oh kecil dan manggut-manggut.

"Gua juga suka pantai dari kecil," sahut gua dengan pandangan ke depan melihat lautan.

"Kalo lu, suka pantai dari kapan?"

"Gua?" lalu gua mengangguk. Chanyeol menghela nafasnya.

"Sekarang."

"Ha?"

Chanyeol terkekeh. "Iya, sekarang. Gua suka pantai sejak sekarang," katanya. "Bersama orang yang gua suka juga."

Pupil gua melebar, senyuman gua mendadak pudar dan beralih pandang ke arahnya.

Apa tadi gua salah dengar? Atau memang dia baru aja bilang kalau—

dia menyukai gua?

Chanyeol terkekeh geli melihat gua yang melihatnya datar tanpa ekspresi.

"Kenapa? Baper?"

Gua gelagapan, meneguk saliva dan berusaha bersikap biasa saja.

"Apaan sih! Nggak jelas banget lu, Chan!" sarkas gua lalu memukul lengannya hingga ia mengaduh.

"Gua nyaman sama lu, Va. Gua bahagia sama lu."

Hening.

1 detik.

2 detik.

3 detik.

"Dan jangan salahin siapapun kalau gua sayang sama lu."

Chanyeol tersenyum manis lalu menggenggam tangan gua erat. "Jangan tinggalin gua. Karena gua akan sangat sedih jika orang yang gua sayang itu pergi. Janji?"

Ia menaikkan kelingkingnya di hadapan gua. Gua mengangguk dan mengaitkan kelingking gua dengan miliknya.

"Janji."

.

.

.

.

TBC

HELLO GAISSS!!!! WAH WAAHHHH UDAH ADA ROMANTISNYA YA.. MUNGKIN IVA SAMA CHANYEOL BAKAL.......*EitssRahasiawkwkw..

SEMOGA DAPET YAA FEEL-NYA ❤❤❤AAMIIN❤❤❤ TETAP DUKUNG FANFIC INI YAAA... THANK YOOOUUU

JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENTNYA YA GAISSSS,, HAPPY READING!!!!!!!!!!!

My Annoying Neighbor -Park ChanyeolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang