33. Rapat

2.3K 286 18
                                    

Happy Reading!!!!

SIDER = CANTENGAN PERMANEN!

.

.

.

LINE!
LINE!
LINE!
LINE!

Dio: Ivaa
Dio: O
Dio: P*
Dio: Va, bsk tlng bw berkas-berkas utk rapat yg gua titipin ke lo ya.

Iva: Iye. Gabakal lupa dih.

Dio: Jaga-jaga. Duit kas aja lo lupa ml.

Iva: Bacot deh kamu.
Read

*******

Perasaan baru banget merem dan sekarang sudah pagi lagi aja. Setelah kegiatan mengumpulkan nyawa, gua langsung beranjak bangun dari tempat tidur, mengambil handuk dan mandi. Setelah rapi, gua diajak sarapan sama Mama. Tapi gua menolaknya karena sudah agak telat untuk datang rapat hari ini. Jadi gua mengambil satu lembar roti sama mengambil susu kotaknya Kiky di kulkas dan memakannya sembari menunggu bang Nain di depan gerbang.

Iya, gua berangkat bareng bang Nain hari ini. Sebenernya semalam Chanyeol menawarkan mau diantar atau nggak, tapi lagi-lagi gua menolak dan mengatakan kalau gua diantar papa hari ini. Padahal niat gua cuma nggak mau merepotkan Chanyeol terus.

Btw, sudah lama banget nggak rapat selama sibuk ulangan dan liburan. Kalau boleh sedikit sombong, gua tipe orang yang kalau rapat OSIS itu suka debat, dan sering pula menang. Nggak tau deh keahlian gua berkurang atau nggak.

Siap-siap berdebat, Eun Iva. Batin gua.

Lima menit kemudian gua sudah sampai di depan sekolah yang sangat sepi. Saat gua masuk ke dalam, ternyata sudah ada Dio yang lagi duduk sendirian di depan TU yang matanya fokus ke ponselnya.

"Yo!" panggil gua. Anak itu mengangkat kepalanya dan terlihatlah wajah datar dan dinginnya kayak alas frezzer kulkas.

Gua menghampiri dan duduk disampingnya. Mengeluarkan ponsel dari saku celana lalu menyambungkan Wi-Fi sekolah.

Wuih... mentang-mentang libur, Wi-Fi-nya kuat banget lho. Waktunya memanfaatkan keadaan ini untuk men-download beberapa drakor dan film yang belum gua tonton sama sekali.

"Oh iya, Va. Mana." Dio menyenggol lengan gua.

"Apaan?" sahut gua tanpa menoleh ke arahnya

Ia berdecak. "Berkas OSIS."

"Oh, iya!" sentak gua sambil menepuk jidat.

Dio menghela nafas gusar, matanya membulat sempurna dan wajahnya mulai tak bisa diajak berbicara baik-baik dulu sepertinya.

"Tapi bo'ong..." Gua menyeringai lebar lalu tertawa kencang melihat ekspresinya.

Lantas gua mengeluarkan berkas OSIS itu dari dalam tas dan memberikannya pada Dio yang hampir marah-marah. Hahaha... kena kamu.

Dio mengambil berkasnya dengan kasar lalu memalingkan wajahnya dari gua menuju ponsel miliknya. Dia marah, tapi gua yang gemas. Wajahnya itu lho, nggak ada mature-nya sama sekali, sumpah. Baby face banget. Tapi suaranya dia kayak Chanyeol, berat. Sifatnya yang dingin dan pendiam namun baiknya minta ampun adalah alasan yang membuat gua sedikit sayang sama ini anak.

Nggak lama kemudian seseorang baru saja datang menggunakan motor Vespa sprint oranye dan memakai hoodie abu-abu polos miliknya. Ia memarkirkan motornya di tempat parkir motor yang kebetulan sampingan dengan TU. Anak itu membuka helm lalu merapikan rambutnya dengan jari kemudian berjalan keluar parkiran menghampiri kami.

My Annoying Neighbor -Park ChanyeolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang