40. Rasa sakit

1.8K 217 19
                                    

"Jika ada pilihan, dia atau pergi. Gua lebih memilih pergi dan tak pernah kembali."

***

Gua menyibak selimut yang menutupi setengah badan, beringsut dari kasur dan berusaha berdiri walau masih sedikit pusing dan memberat di kepala. Gua harus mengejar dan menjelaskan semuanya ke Chanyeol. Apapun yang terjadi!

"Va, mau kemana?" tanyanya. "Jangan kemana-mana, Va. Lu masih sempoyongan gitu," ujar Vernon yang terlihat cemas di tempatnya.

Gua nggak menggubris ujaran Vernon, yang ada dipikiran gua hanya Chanyeol. Gua berpegangan dengan lemari, badan gua lemas dan kepala gua mendadak kliyengan.

Vernon bangkit dari duduknya dan berlari cepat menghampiri gua.

"Va, lo nggak apa-apa?" Vernon membantu gua berdiri. "Udah, jangan dikejar. Lo mas—"

"BERISIK!"

Bentakan gua berhasil membuat Vernon terpaku dan bungkam. Gua menatapnya tajam dengan mata memerah dan berkaca-kaca.

"MENDING SEKARANG LU PERGI!"

Vernon memandangi gua sepersekian detik, mungkin kaget saat melihat gua membentak dan mengusirnya. Bubur yang dipegang Vernon diletakkan di atas nakas.

"Maaf." Hanya kata itu lalu ia segera beranjak pergi dengan tempo jalan melambat.

Gua merunduk, berusaha menahan tangis. Badan gua nggak sanggup menahan berat dan pusingnya kepala.

Sekarang apa yang harus gua perbuat? Apa yang harus gua lakukan agar Chanyeol mau mendengarkan penjelasan dan percaya sama gua lagi?

Gua memejamkan mata seraya berfikir dan menahan pusing yang sedari tadi menguasai kepala gua.

1 detik...

2 detik...

3 detik...

"Teras atas!"

Ya, Teras atas adalah tempat satu-satunya Chanyeol meluapkan amarahnya. Pernah sekali saat Chanyeol sedang bertengkar dengan papinya entah karena masalah apa Chanyeol nggak cerita. Hingga Chanyeol membanting pintu dengan keras bahkan melempar ponselnya ke dinding ruang tamu. Tak perlu waktu lama, papi Chanyeol marah besar dan mengatakan Chanyeol nggak bisa menghargai pemberian orang tua. Lalu berlari menuju teras atas rumahnya, merokok diam-diam sampai akhirnya dia memutuskan ke rumah gua untuk menenangkan diri.

Gua pun berjalan dengan gontai ke lantai atas yang isinya hanya gudang kecil dan juga teras luar untuk mama menjemur pakaian. Gua yakin Chanyeol sedang ada di sana saat ini.

TAP!

Langkah gua terhenti seketika di ambang pintu teras saat melihat Chanyeol yang memang sedang duduk di teras rumahnya. Sebelum benar-benar keluar, gua menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya sekali seraya menguatkan mental yang bisa saja akan bergelut dengannya.

"Chan," panggil gua sedikit kencang ke arahnya.

Anak lelaki itu terdongak dari tundukannya. Chanyeol memandangi gua, entah dengan tatapan apa karena keadaan gelap, tapi sepertinya, kedatangan gua tidak diinginkan olehnya.

Chanyeol berdiri secepat kilat dan membalikkan tubuhnya. Chanyeol berjalan pelan menuju pintu terasnya untuk kembali masuk ke rumahnya.

"Chan! Gua bisa jelasin semuanya!" teriak gua yang berhasil sampai ke telinga Chanyeol.

Chanyeol menghentikan langkahnya, namun tidak menoleh sedikitpun kearah gua.

"Chan, maafin gua," kata gua dengan nada sangat sangat lemah.

My Annoying Neighbor -Park ChanyeolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang