Prolog

42.1K 1.6K 384
                                    

  PROLOG

  Seorang cowok dengan perawakan tinggi itu terus saja mengecek jam tangan yang melingkar indah di tangan kirinya. Jam itu menunjukkan pukul 07.15.

Terlambat di hari Senin bukanlah suatu yang asing bagi seorang Velcho Aldevaro, atau yang kerap disapa Choco.

Terlambat di hari Senin seperti suatu kebiasaan yang tak dapat terelakkan lagi untuk Choco.

Di malam senin Choco akan bergadang untuk sekedar bermain play stationnya. Cowok itu memang aneh. Bukan, yang membuat nya terlihat aneh bukanlah karena ia sangat candu bermain play station, tapi yang membuat cowok itu terbilang aneh karena malam senin merupakan malam wajibnya untuk bermain play station. Entah apa alasannya, hanya Choco dan Tuhanlah yang tahu.

Pernah sekali sahabat karib Choco bertanya apa alasannya ia menjadikan malam Senin sebagai malam wajibnya untuk bermain play station, dan Choco menjawab jika di malam Selasa bahkan sampai malam Minggu ia akan menghabiskan waktunya untuk tenggelam pada tugas-tugas dan soal-soal mengenai UN.

Ya, Choco memang salah satu murid pintar kebanggaan para guru di sekolahnya, apalagi tahun ini Choco sudah menginjak kelas 3 SMA. Belakangan ini Choco juga menjadi lebih fokus pada sekolahnya.

  Tapi yang menjadi pertanyaan besar ialah, mengapa Choco tidak bermain play station pada malam Minggu atau malam Sabtu saja? Mengapa ia harus bermain play station pada malam Senin yang mana besoknya ia harus bangun pagi untuk sekolah. Padahal ia bisa bermain pada malam Sabtu atau pun malam Minggu karena besok harinya merupakan weekend dan ia tak diharuskan untuk bangun pagi karena proses belajar mengajar juga tidak ada di hari itu.

Tepat pada pukul 07.30 Choco sudah berada di depan gerbang SMAnya. Choco menatap gerbang coklat yang tinggi menjulang itu. Bahkan upacara sudah dimulai dari 15 menit yang lalu.

Perjalanan dari rumah Choco menuju sekolah memang memakan waktu 30 menit. Yang hebatnya Choco bisa sampai hanya dalam waktu 15 menit.

"Den, telat lagi, ya?" Sapa satpam sekolah yang memang sudah terbiasa melihat Choco yang selalu terlambat di hari Senin

"Hehe iya nih, Pak. Seperti biasa," Cengir Choco tak berdosa.
"Bukain dong, Pak, gerbangnya." mohon Choco lagi dengan wajah memelas nya yang selalu ia tunjukkan pada satpam sekolah untuk mendapat empati dari sang satpam.

"Bentar ya, Den. Biar Bapak cari kuncinya dulu." sahut pak Kifli yang memang selalu mempan dengan wajah memelas yang selalu Choco tunjukkan.

"Oke sip deh, Pak. Bapak memang selalu bisa mengerti saya." ujar Choco dengan wajah terharu yang sengaja ia buat.

Setelah mendapatkan kunci dari gembok yang sudah tertancap pada gerbang, Pak Kifli dengan berbaik hati langsung membukakan gerbang untuk Choco masuk.
Choco mengembangkan senyumnya saat pintu gerbang di hadapannya sudah terbuka.

"Pak Kifli thankyou so much, i love you, aishiteru, saranghaeyo, Ich liebe dich, Muach muach." cerocos Choco dengan tidak warasnya, Pak Kifli yang mendengarnya pun hanya mengeleng sembari terkekeh geli.
Selanjutnya cowok itu sudah membawa motornya masuk menuju parkiran sekolah.

-Nata the Choco-

TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA!❣️
Ini cerita baru aku HEHEHE.
Prolognya segini dulu yaa.

Sampai jumpa di Chapter 1!

Nata the ChocoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang