38. Perasaan Sebenarnya

7.9K 448 131
                                    

BAGIAN TIGA PULUH DELAPAN

"Selagi itu denganmu, cinta bertepuk sebelah tangan tak masalah bagiku."

-Nata the Choco-

"Lo udah putus sama Dylan?" Tanya Choco sembari memperhatikan Nata yang tampak sibuk dengan ponselnya.

Cewek itu menoleh sekilas dan mengangguk. Lalu kembali fokus pada ponsel di tangannya.

Ya, keduanya saat ini tengah berada di sebuah kafe yang dekat dengan kawasan sekolah mereka. Nata heran sendiri dengan Choco, padahal di dekat rumahnya terdapat banyak kafe, tapi cowok itu malah mencari yang dekat dengan sekolah mereka. Alasan simpelnya apa lagi jika bukan modus.

Katanya sih tadi cuma mencari makanan, namun sekarang malah menjadi menemani Choco makan. Sedangkan cewek itu sama sekali tak memesan makanan walaupun Choco sudah memaksanya. Nata hanya memesan minuman saja.

"Tentang perjanji gue sama Dylan-"

"Udah gak usah di bahas lagi. Gak penting!" Sahut Nata memotong ucapan Choco.

"Tapi lo harus tau. Biar semuanya jelas," Nata yang sedari tadi tak mengalihkan pandangan dari ponselnya, menoleh cepat pada Choco saat mendengar nada bicara cowok itu yang serius.

Nata menghela napas saat mendapati gejolak sakit saat Choco kembali mengungkit hal itu.

"Jelasin." Ujar Nata singkat. Cewek itu menaruh ponselnya di meja dan melipat kedua tangannya di depan dada. Memperhatikan Choco dengan seksama.

"Gue gak serius tentang itu semua." Choco memulai penjelasannya.

"Ya iyalah gak serius. Lo kan nganggap gue cuma mainan doang!" Balas Nata.

"Bukan gitu!" Elak Choco cepat.

"Lo kan tau gue suka gangguin lo. Tapi siapa sangka jika rasa penasaran gue berubah menjadi sebuah perasaan."

"Lo penasaran sama gue?" Tanya Nata tak percaya. Choco mengangguk sebagai jawaban.

Sekarang ia mengetahui alasan Choco suka mengganggunya sejak awal pertemuan mereka.

"Siapa sih yang gak penasaran sama adik kelas yang tiba-tiba aja nyapa gue di kantin setelah kejadian pelemparan bola itu. Seolah udah kenal lama sama gue. Kenalan aja belom. Dari situ gue bener-bener tertarik sama lo. Tertarik untuk lebih dekat dan mengetahui tentang lo lebih banyak lagi. Dan dengan bodohnya gue ngajakin lo tukeran hp. Dari situ sih awalnya. Gue tau Dylan suka sama lo. Keliatan banget dari sikapnya sama lo. Hari itu pertama kalinya gue bicara sama Dylan tentang lo. Waktu itu gue belum tau tentang perasaan gue yang belum pasti sama lo. Tapi yang jelas, lo berhasil buat gue jatuh cinta dalam waktu secepat itu." Choco menjeda penjelasannya dan menoleh pada Nata yang tampak mendengarkan semua yang ia jelaskan. Cowok itu tersenyum sebelum kembali melanjutkan kata-katanya.

"Gue terpikirkan untuk buat perjanjian sama Dylan waktu itu. Tanpa gue jelasin lo udah tau kan perjanjiannya? Gue cuma bercanda. Gue berpikir bahwa lo akan kembali nolak Dylan. Dan dengan itu Dylan akan menjauh dari lo. Tapi gue sama sekali gak mikirin resiko kalo lo nerima Dylan. Gue dengan sangat yakin lo akan nolak dia untuk yang kesekian kali. Keadaannya jadi rumit. Menyesali pun tak ada gunanya. Gue mencoba menempati janji gue buat jauhin lo. Gak mudah, Nat. Perasaan gue malah menjadi sangat nyata sama lo. Tapi gue tetap berusaha buat yakinin diri gue sendiri kalo hubungan lo sama Dylan gak akan bertahan lama. Jahat memang," Choco terkekeh kecil di akhir kalimat. Sedangkan Nata tetap bungkam. Sangat tersentak dengan semua yang Choco ucapkan.

Nata the ChocoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang