ExtraChapter •03•

1.9K 137 37
                                    

"No quotes for this chapter."

-Nata the Choco-

Setelah puas menikmati taman bunga yang fenomenal itu, Nata dan teman-temannya melanjutkan perjalanan mereka hingga hampir petang.

Ohiya, perihal Clara, gadis itu sudah pamit pulang sejak dari taman bunga siang tadi. Alasannya sih orang tua dia datang berkunjung. Tapi apa pun alasan yang sebenarnya, Latta dan Mine sangat bersyukur karena gadis itu sudah enyah dari pandangan mereka.

Saat ini mereka tengah membagi tugas, siapa yang akan membeli cemilan ringan malam ini. Dan Latta sangat antusias, begitu pun dengan tua temannya. Di karenakan dari jarak yang tak jauh dari tempat mereka, terdapat street food di sebuah pasar makanan yang buka malam hari.

"Ok, deal! Kalian yang beli." Putus Fernon.

"Yang, hati-hati ya," pesan Farren pada Latta yang membuat semua orang disana serasa ingin muntah.

"Apa deh ah! Kaya gue anak kecil aja," protes Latta karena malu pada yang lainnya. Padahal mah aslinya seneng.

"Ih kamu ini! Ini bukan wilayah kamu loh! Gimana kalo kesasar?"

"Enggak lah, orang deket kok!"

"Apa mau aku temenin?" Tawar Farren lagi.

Belum sempat Latta membalas, Fernon sudah lebih dulu menyela.
"Tapi ada benernya juga sih yang ni anak bilang," tunjuk Fernon ke arah Farren.

"Atau gimana kalo kita aja yang beli cemilannya. Kalian nunggu sini aja," cetus Fernon yang tentunya di tolak mentah-mentah oleh ketiga cewek itu.

"Kenapa sih parnoan banget? Gak lah, kita kan bisa jaga diri. Udah pokoknya kalian nunggu disini dengan tenang. Deket gini mana mungkin kesasar." Final Nata yang membuat semua lelaki itu mengangguk. Kecuali Choco yang pura-pura sibuk pada ponselnya.

"Kak Vin, gue nitip tas gue boleh?" Tanpa mendapat persetujuan Ravin, Nata langsung menyerahkan tas selempangnya pada Ravin. Beserta kameranya.

"Apa gak bagusan bawa aja Nat? Jadi nanti kalo lo ada apa-apa gampang ngehubunginya."

"Ada apa-apa gimana orang deket aja kok. Lagian Latta sama Mine kan bawa hp untuk jaga-jaga." Ravin pun hanya bisa mengangguk pasrah. Memang kalau sama Nata mereka akan selalu kalah.

"Hati-hati!" Teriak Farren saat mereka sudah menjauh. Yang di balas dengan acungan jempol oleh ketiganya.

"Cho, apa gak baiknya lo nyusulin mereka aja?" Ujar Ravin.

"Ngapain?" Heran Choco.

"Mereka kan cewek ogeb. Kalo di ganggui om-om Amsterdam gimenong? Lagian mereka juga gak hapal jalanan sini." Sambung Farren yang greget.

"Yaudah lah lo aja yang nyusulin," balas Choco acuh.

"Eh gila, lo pikir gue tau jalanan sini? Yang ada gue malah ikutan nyasar!"

"Udahlah. Lo pada parnoan banget. Sans aja. Lagian kan mereka udah besar, ya kali nyasar."

"Gila lo, cewe gue."

Nata the ChocoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang