18. Sebuah Pengungkapan

8.6K 395 12
                                    

BAGIAN DELAPAN BELAS

"Dinner romantis itu sudah terlalu biasa. Untuk seorang yang istimewa memperlakukannya juga harus berbeda."

-Nata the Choco-

Seperti hari Senin pada setiap minggunya, tak ada yang berbeda dengan hari Senin ini. Choco tetap telat bangun yang mengakibatkan ia telat juga datang ke sekolah.

Choco dengan santainya memakai sepatu sambil bernyanyi riang dengan suara falsnya, tak memperdulikan jam yang sudah menunjuk angka 7.

Selesai memakai sepatu conversnya, cowok itu melangkah santai keluar kamarnya. Saat hendak berjalan menuju meja makan, Choco langsung dihadiahi suara melengking dari Mamanya.

"CHOCO! CEPETAN KAMU! LIAT ITU UDAH JAM BERAPA!" Choco langsung menyuap tiga sendok nasi gorengnya setelah itu menyalimi tangan Vina dan bergegas keluar rumah.

Di halaman rumah, Choco mendapati Papanya yang tengah mencuci mobil kesayangannya. Papanya memang sangat sayang pada mobilnya yang satu itu, pria itu selalu merawat mobilnya dan mencucinya seminggu sekali. Yang herannya, Papanya dengan sukarela mau meminjamkan mobil kesayangnnya itu untuk Choco bawa malam minggu kemarin saat pergi dengan Nata. Bahkan papanya tetap memaksa saat Choco sudah menolaknya.

"Cho!" Panggil Vero-papa Choco- dengan senyum jahil. Choco menoleh dan mengangkat alisnya saat melihat Vero tersenyum jahil ke arahnya.

"Gimana? Lancar?" Tanya Vero lagi.
"Itu, ngedate malam minggunya lancar?" Perjelas Vero. Choco mengangguk dan balas melempar senyum jahil kepada Vero.

"Kemana kamu bawa si doi?" Tanya Vero dengan keponya. Sepertinya sifat kepo Choco memang menurun dari Papanya.

"Street food," jawab Choco seadanya. Sontak Vero langsung membelalak tak percaya. Pria itu tampak menggeleng sembari melihat anak bungsunya.

"Yakin kamu bawa dia kesitu?" Tanya Vero memastikan. Choco hanya mengangguk dengan polos.

"Aduh!" Vero menepuk jidatnya,
"Kamu ini kok gak ada romantisnya kayak Papa sih? Masa iya kamu bawa doi ke street food?! Kamu itu kalo PDKT-an modal dikitlah, ajak doi dinner romantis gitu!" Choco menggaruk tengkuknya. Niatnya dia ingin membuat kesan yang berbeda pada Nata. Karena percayalah dinner romatis itu bagi Choco sudah terlalu biasa. Choco juga sering mengajak mantan-mantan nya ngedate seperti itu. Untuk Nata, Choco hanya ingin memperlakukan secara berbeda. Niatnya hanya itu kok.

"ASTAGFIRULLAHALADZIM!!" Kedua bapak dan anak itu menoleh bersamaan ke sumber suara. Vina tegak di depan pintu rumah dengan se-ember air di tangannya. Niat hati Vina tadi ingin membantu sang suami mencuci mobil. Eh ternyata ia mendapati Choco yang sedang berbincang ria dengan sang Papa. Naik sudah emosi Vina. Padahal Choco sudah sangat telat.

"Ini lagi satu! Anak udah telat malah diajak ngegosip!" Tuding Vina sembari melangkah menuju bapak dan anak itu.

"Eh? Kok jadi aku yang di salahin?" Cetus Vero tak terima.

"Cepetan sana udah! Malah bengong!" Delik Vina pada Choco yang malah terdiam menyaksikan dia dan Vero, tanpa berniat beranjak menuju sekolahnya.

Choco bergegas menaiki motornya dan memakai helm. Sebelum benar-benar keluar dari pekarangan rumahnya,  Choco menyempatkan mengklakson motornya dan pamit dengan berteriak pada kedua orang tuanya.

-Nata the Choco-

Nata bergegas memasuki sekolahnya saat upacara akan di mulai 5 menit lagi. Ini kali pertama Nata telat di hari Senin. Biasanya, Nata akan selalu bangun lebih awal saat hari Senin. Agar ia tidak terlambat mengikuti upacara.

Nata the ChocoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang