BAGIAN LIMA
Pagi ini Nata datang ke sekolah dengan semangat 45-nya. Hari ini ia akan mulai melaksanakan misi nya.
Ya, misi pembujukan kepada Choco agar mau mengembalikan ponselnya. Hanya itu.Nata menuruni anak tangga untuk sampai di lantai 1 dikarenakan kamar nya yang berada di lantai 2.
Sepi, begitulah kata yang menggambarkan suasana di meja makan rumah Nata. Hanya tersedia beberapa helai roti gandum lengkap dengan selai coklat dan stroberi.Memang seperti itulah keseharian di rumah Nata. Nata hanya akan sarapan seorang diri atau terkadang ditemani oleh asisten rumah tangga di rumah nya. Tetapi entah mengapa hari ini Nata tidak melihat Bude Wati di meja makan.
Kedua orang tua Nata memang sibuk dengan karier masing-masing. Papa nya seorang pengacara yang hanya pulang sekali dalam seminggu. Sedangkan Mama nya seorang desainer yang menetap di Singapura. Sesekali Mama nya akan pulang mengunjungi Nata. Selebihnya Nata hanya seorang diri berada di rumahnya. Ditemani oleh ART dan supir pribadinya.
Nata berniat untuk tidak sarapan dan langsung berangkat ke sekolahnya. Tetapi bunyi perutnya membuatnya mengurungkan niatnya.
Gadis itu kembali berbalik menuju meja makan. Nata mengambil satu lembar roti gandum dan mengolesinya dengan selai coklat.
"Eh, Ra," sapa sebuah suara dari arah belakang yang mengintrupsi Nata. Nata melihat kearah belakang nya dan tersenyum pada sosok yang baru menyapanya. Bude Wati.
"Udah siap kamu Ra? Tumben banget jam segini udah rapi," tanya Bude Wati mengambil posisi duduk disebelah Nata. Bude Wati memang memanggil Nata dengan nama Rara. Berasal dari nama Vierra yang merupakan nama lengkap Nata. Nata yang di panggil Rara pun tak mempermasalahkan nya, justru ia merasa senang dengan panggilan itu. Panggilan khusus Bude Wati kepadanya karena hanya Bude Wati lah yang memanggil nya dengan nama itu.
"Hehe iya nih, De," jawab Nata tersenyum polos.
"Bude dari mana?" Lanjut Nata bertanya."Bude habis dari pasar, Ra. Tadi Bude pikir kamu belum siap jam segini. Makanya Bude pergi kepasar dari tadi, maksudnya biar bisa nyiapin sarapan kamu. Eh tau nya kamu udah siap aja." Terang Bude Wati tak enak hati.
"Yaudah Bude. Gapapa kok," ujar Nata memberi pengertian. Bude Wati pun hanya membalas dengan senyuman.
"Oh iya, Ra. Tadi malam Papa kamu nelpon Bude, katanya tolong sampein sama kamu kalo nanti malam dia gak bisa pulang. Ada kasus mendadak yang harus diurus nya." senyuman di wajah Nata sirna ketika mendengar ucapan yang baru Bude Wati katakan. Tak bisa dipungkiri Nata teramat kecewa mendengar kabar itu. Padahal ia sudah sangat merindukan sosok Ayah nya.
Sejak kecil pembahasan mengenai kedua orang tua nya memang sangat sensitif untuk Nata.
"Kamu gapapa, Ra?" Tanya Bude Wati yang melihat wajah murung Nata. Nata pun langsung memaksakan seulas senyumnya agar membuat Bude Wati tak khawatir terhadapnya.
"Rara gapapa kok, De. Udah biasa." Jawab Nata meyakinkan Bude Wati.
Bude Wati menatap Nata dengan rasa ibanya. Sejak Nata berumur 3 tahun, Bude lah yang merawat dan menjaga Nata. Kedua orang tuanya terlalu hanyut dengan karier masing-masing tanpa pernah memikirkan apa yang Nata rasakan. Nata hanya tinggal seorang diri ditemani oleh Bude Wati. Nata tumbuh menjadi sosok yang kurang kasih sayang dari kedua orang tuanya.
Hebatnya Nata, ia mencoba menutupi perasaan nya dengan bersikap seolah baik-baik saja. Agar orang sekitarnya tidak mengkhawatirkan nya. Nata hanya akan bersikap manja pada orang-orang terdekat nya.
Sejak kecil Nata selalu ingin punya saudara. Ia hanya terlalu kesepian. Setidaknya ia tak akan sesepi sekarang jika mempunyai saudara. Sialnya, Nata merupakan anak tunggal. Bahkan sepupu pun ia tak punya karena kedua orang tuanya juga merupakan anak tunggal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nata the Choco
Teen Fiction(COMPLETE!) Pernahkah kamu bertemu dengan seseorang dalam suatu kejadian yang tidak disengaja? Jika pertanyaan itu di ajukan pada Nata, maka ia akan menjawab dengan mantap bila ia pernah mengalami hal itu. Kejadian yang tidak disengaja itulah yang m...