32. Disalahartikan

8.7K 444 35
                                    

BAGIAN TIGA PULUH DUA

"Bahkan rasa sakit yang kau torehkan berhasil terkalahkan oleh perasaan di atas sebuah pengharapan."

-Nata the Choco-

Choco saat ini sedang berjalan di koridor kelas 11 IPS. Bukan tanpa alasan Choco sekarang berada disini, ia memang di tugaskan menginformasikan semua anggota futsal mengenai turnamen yang akan di adakan lima hari lagi.

Hingga langkah kakinya terhenti tepat setelah tak sengaja melihat sosok di balik jendela. Ya, Nata. Cewek itu tampak sangat pulas tertidur di kelas. Dan jika di lihat dari jendela luar kelas, Nata akan tampak sangat jelas karena jendela yang transparan.

Choco mengulas senyumnya melihat pemandangan itu. Baginya Nata tampak sangat lucu saat tengah tertidur seperti sekarang. Choco terkesiap saat Nata dengan tiba-tiba membuka kedua matanya. Cewek itu tampak berusaha mengumpulkan kesadarannya. Merasa di perhatikan, Nata melihat ke arah jendela. Untuk beberapa detik Nata dan Choco saling tatap.

Choco yang merasa tertangkap basah tengah melihat Nata pun mencoba tersenyum dengan natural. Cowok itu melirik guru yang saat ini tengah mengajar di kelas Nata. Guru itu tampak santai dengan pekerjaannya yang tengah menyalin berkas yang Choco tak tahu itu apa. Pantas saja, guru itu tampak tak peduli dengan keadaan kelas, makanya Nata bisa tidur tanpa ketahuan seperti tadi.

Choco kembali mengalihkan pandangan pada Nata yang masih setia melihat ke arah jendela. Ide aneh tiba-tiba saja terlintas di kepala Choco. Choco dengan iseng menunjuk ke sekitar sudut bibirnya, membuat Nata dengan refleks mengarahkan tangannya pada daerah yang Choco tunjuk. Saat mengetahui tak ada apa-apa di sudut bibirnya, Nata mengeram kesal pada Choco. Tadi ia pikir memang benar ada iler. Ternyata cuma akal-akalan Choco saja untuk mengerjainya.

Choco terkekeh melihat wajah Nata yang memberengut kesal. Sudah sangat lama rasanya ia tak menggangu Nata.

Choco memutuskan masuk ke kelas Nata. Namun niatnya bukan untuk menginformasi perihal turnamen futsal. Setelah meminta izin pada guru di depan kelas Nata, Choco mengutarakan yang ingin di sampaikannya.

"Saya mendapat tugas dari Bu Merta untuk memanggil Lenata. Apakah di kelas ini ada yang bernama Lenata?" Setelah Choco mengucapkan itu di depan kelas, seisi kelas mengarahkan pandangan mereka pada Nata.

Setelah mendapat kode-kode dari temannya, Nata mengangkat tangannya walaupun ragu.

"Oh kamu toh yang namanya Lenata itu. Ayo ikut saya!" Cetus Choco seakan ia tak mengenal Nata sebelumnya. Setelahnya Choco berterima kasih pada guru di depan kelas dan melangkah keluar kelas Nata. Namun sebelum benar-benar keluar dari kelas, Choco sempat-sempatnya mengedipkan sebelah matanya pada Nata.

Keraguan Nata bertambah. Apa memang benar ia di panggil Bu Merta? Melihat gelagat Choco ia jadi tak yakin. Apa lagi Choco tadi sempat mengedipkan matanya pada Nata. Apa-apaan coba? Tak mau ambil pusing Nata pun melangkah keluar kelas menyusul Choco.

"Kenapa, kak?" Tanya Nata sembari mensejajarkan langkah Choco.

"Gak kenapa-kenapa," sahut Choco santai. Nata mengernyitkan dahinya mendengar itu.

"Katanya gue di panggil Bu Merta?" Choco berhenti di salah satu kursi panjang yang terletak di koridor. Cowok itu melipat kedua tangannya di depan dada.

Nata the ChocoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang