09. Notifikasi Misterius

11.2K 509 41
                                    

BAGIAN SEMBILAN

"Memang benar, kebetulan yang tidak di sengaja itu kadang memang sudah di rencanakan tuhan."

-Nata the Choco-

Bel istirahat pertama baru saja berbunyi dengan nyaringnya. Membuat Choco bergegas mengemaskan barang-barangnya untuk bisa cepat ke kantin yang letaknya satu lantai di bawah kelasnya.

Jika kalian mengira Choco bergegas ke kantin karena lapar, hal itu salah besar. Karena nyatanya cowok itu mempunyai maksud dan tujuan lain ke kantin.

Niat Choco ke kantin tak lain tak bukan untuk menjumpai Nata. Cowok itu berencana akan meminjam ponselnya sebentar pada Nata.

Bukan, bukan Choco mau menyudahi perjanjian mereka bertukar ponsel selama seminggu. Bahkan ini masih terhitung tiga hari. Ia hanya meminjam sebentar pada Nata untuk memastikan suatu hal. Ya, Choco harus memastikan hal tersebut.

Choco berjalan dengan ketiga sohibnya di koridor kelas 12 IPA. Sesekali cowok itu menegur atau membalas senyum dari beberapa temannya sesama anak IPA. Tak jauh berbeda, saat melewati koridor kelas 11, cowok itu masih juga tersenyum pada beberapa adik kelas yang melintasinya.

"Hai kak Choco!" Kan? Baru saja di bilang, sudah ada lagi adik kelas yang menyapanya.

"Hai dekku! Apa kabar? Sehatkan?" Balas Choco menyapa adik kelas itu. Cewek dengan rambut sebahu lengkap dengan poninya. Cukup imut.
Sebenarnya Choco tak terlalu mengenali cewek itu. Ia hanya mencoba menghargai dengan bersikap seolah sudah kenal akrab dengan adik kelas itu. Walau kadang cara Choco terkesan lebay dan berlebihan.

Ramah dengan setiap orang walaupun tak terlalu mengenalinya tak salah bukan? Ini salah satu kelebihan Choco, cowok itu tak pernah bersikap sombong pada siapapun. Sekali pun Choco tak mengenal orang itu, ia akan tetap berusaha bersikap seolah sudah akrab dengan orang. Sifat easy going inilah yang menjadi daya tarik sendiri dari diri Choco.

"Lo berasa kayak artis yang lagi jalan di red carpet dan disapa para fans ya, Cho?" Cetus Farren terheran. Walaupun pemandangan seperti tadi sudah tak asing di mata Farren.

"As you know, Ren. Menjadi seorang Choco bukanlah hal yang mudah. Penggemar gue banyak, Ren," Choco menepuk dadanya bangga. Disertai kekehan di akhir kalimatnya. Tentunya itu hanya berupa kalimat candaan. Choco tak serius mengatakan itu.

Farren yang mendengar memutar bola matanya malas. Tapi tak ayal cowok itu juga tertawa sembari menoyor kepala Choco.

Choco langsung memberhentikan tawanya saat mendapati kepalanya di toyor oleh Farren. Tentunya ia tak tinggal diam. Choco kembali membalas menoyor kepala Farren.
Dan terjadilah aksi toyor-menoyor hingga mereka menginjakkan kakinya di depan pintu kantin. 

Ravin dan Fernon? Kedua orang itu sudah meninggalkan Choco dan Farren saat terjadi aksi toyor-menoyor tadi. Menghentikan keduanya pun tak mudah. Alhasil mereka memilih berjalan mendahului kedua sohibnya yang gila itu.

Choco yang sudah berada di kantin langsung saja mencari keberadaan dua teman laknatnya yang sudah meninggalkan-nya. 
Cowok itu tersenyum puas saat mendapati dua temannya duduk di bangku yang terletak di ujung kantin, dekat dengan jendela kaca.

Cowok itu langsung menghampiri meja di ujung kantin dengan cengiran khasnya. Choco terdiam saat menyadari di meja itu bukan hanya ada Ravin dan Fernon, melainkan ada tiga orang lainnya.

Nata the ChocoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang