BAGIAN EMPAT BELAS
"Jangan memperbesar harapan jika kamu tidak bisa menjanjikan sebuah kepastian."
-Nata the Choco-
Nata mengernyit saat Choco menghentikan motornya di depan sebuah kafe yang tak jauh dari kawasan sekolah. Cowok itu membuka helmnya dan langsung turun dari motor.
"Turun lo!" Seru Choco dengan nada nyolot saat melihat Nata masih berdiam di atas motor.
"Kok lo nyolot sih?" Balas Nata dengan nada yang tak kalah nyolot. Ia segera turun dari motor Choco dan menghampiri cowok itu.
"Hehe, canda say," cengir Choco bak orang bodoh.
"Gak jelas banget." Gumam Nata.
"Yaudah ayok!" Choco menggenggam tangan Nata berniat membawa Nata masuk ke dalam kafe.
"Kemana? Ngapain coba pake pegang-pegang segala?" Sewot Nata. Ia mencoba melepaskan tangannya dari genggaman Choco, tapi cowok itu semakin kuat menggenggam tangan Nata.
"Mau ke pelaminan!" Balas Choco asal. Langsung saja ia melangkah tanpa memperdulikan Nata yang bingung dalam genggamannya.
"Kak jangan ngaco!" Kesal Nata. Mau tak mau ia pun harus menyeimbangi Choco karena tangannya yang berada di genggaman cowok itu. Choco tetap melangkah tanpa menjawab pertanyaan Nata.
Saat sudah sampai di dalam kafe, Choco melepaskan genggamannya pada Nata dan beralih menarik sebuah bangku.
"Silahkan tuan putri," ujarnya pada Nata. Cewek itu menggeleng tapi ia juga menuruti perintah Choco untuk duduk. Choco pun juga langsung duduk pada bangku di depan Nata.
"Mau makan apa?" Tanya Choco menyerahkan buku menu ke arah Nata.
Melihat Nata yang hanya diam membuat Choco jadi jengah sendiri."Tenang. Gue bayarin," cetus Choco yang membuat Nata memutar bola mata malas. Ia hanya bingung, ada gerangan apa Choco mengajaknya ke kafe ini? Setidaknya Choco bilang dulu tadi, ini tiba-tiba bawa Nata kesini. Kan jadi heran sendiri.
"Ada apa pake acara ngajakin gue makan?" Tanya Nata saat mereka sudah memesan makanan.
"Gue gak ada ngajakin lo kok," sahut Choco santai. Astaga! Nata lupa. Kan Choco memang nggak ada ngajak dia makan. Cowok itu dengan tiba-tiba membawanya kesini. Memang aneh!
"Oh oke gue ralat pertanyaan gue! Kenapa bawa gue kesini?" Nata menopang dagunya.
"Bagi-bagi rejeki," balas Choco. Cowok itu memainkan ponsel Nata. Nata jadi rindu sama handphone-nya itu.
"Maksudnya?" Nata baru menyadari kalau bicara sama Choco itu menguras energi. Choco nggak pernah jelas menjawab apa yang di tanyakan. Yang menanya juga harus kembali menanyakan apa arti dari jawaban yang Choco beri.
"Neraktir lo makan kan bagi-bagi rejeki," balas Choco.
"Gak jelas banget sih! Yaudah gue bayar sendiri. Gak butuh di traktir!" Nata mengambil novel dari dalam tasnya. Capek juga ngomong sama Choco terus. Mending baca novel.
"Baperan banget lo say. Sok gak mau di traktir," Choco melihat Nata yang sedang membaca. Nata seolah tak lagi memperdulikannya karena sudah asik dengan dunianya.
"Say," Choco mendekatkan diri pada Nata yang bermaksud mengganggu cewek itu.
"Baby," Choco masih mencoba membuat Nata terusik. Padahal cewek itu masih fokus pada novelnya. Tanpa sedikitpun terganggu.
"Di panggil say gak noleh, di panggil baby masih gak respon. Yaudah deh degem aja biar lo seneng!" Celetuk Choco yang mengomel sendiri. Nata sama sekali tak bergeming. Sia-sia juga Choco menggangunya. Toh Nata tak peduli!
KAMU SEDANG MEMBACA
Nata the Choco
Teen Fiction(COMPLETE!) Pernahkah kamu bertemu dengan seseorang dalam suatu kejadian yang tidak disengaja? Jika pertanyaan itu di ajukan pada Nata, maka ia akan menjawab dengan mantap bila ia pernah mengalami hal itu. Kejadian yang tidak disengaja itulah yang m...