41. Hujannya Orang Pacaran

7.1K 397 28
                                    

BAGIAN EMPAT PULUH SATU

"Apa yang saat ini kau lihat belum tentu kejadian yang sebenarnya. Bisa saja hal itu hasil dari sebuah perubahan. Seperti seorang murid  yang terkenal dengan kenakalan yang berubah menjadi murid kesayangan. "

-Nata the Choco-

Udara dingin terasa menusuk di pagi ini. Awan terlihat gelap dari balik kaca jendela yang gordennya belum di buka. Sesekali terdengar suara kilat yang bergemuruh. Tumpahnya air dari awan tentunya menghambat aktivitas di pagi hari pertama setelah hari Minggu ini. Beberapa orang menghentikan kesibukan masing-masing sembari menunggu hujan reda.

Beruntungnya jam masih menunjukkan pukul enam lewat, sehingga masih ada waktu untuk bermalas-malasan. Seperti yang saat ini seorang cewek dengan piyama baby bluenya lakukan. Menarik kembali selimut hingga menutupi seluruh tubuhnya. Bersembunyi di balik selimut yang bewarna senada dengan piyamanya. Berusaha mencari kehangatan.

Dering ponselnya yang berada di nakas yang tengah bersahut-sahutan dengan ketukan pintu kamarnya seolah tak sedikit pun mengusik Nata. Cewek itu dengan santainya mengeratkan pelukan pada guling dengan posisi masih bersembunyi di balik selimut.

Kebiasaan Nata dalam mengunci pintu kamarnya saat tengah tidur terkadang
memang suka membuat kesal. Cewek itu sangat susah untuk di bangunkan.

Sebenarnya Nata memang sudah bangun, namun terasa berat untuk membuka kedua matanya dan tubuhnya terasa sangat susah untuk bangkit dari tempat tidur.

Ketukan pelan itu berubah menjadi kuat dan setelahnya berganti menjadi gedoran.

Dering ponselnya pun ikut terus berbunyi tak henti.

"Ini anak kebiasaan banget kalo tidur gak bisa di bangunin!" Terdengar suara samar-samar dari luar kamar yang Nata yakini adalah Bude Wati.

"Di telponin juga gak di angkat dari tadi. Kebo banget dia ya sampe gak kebangun dari tadi dengar ketukan pintu sama ponselnya." Suara lain ikut menyahut. Nata yang masih menutup kedua matanya mengernyit mendengar suara itu. Seperti tidak asing.

Kedua mata Nata langsung terbuka dan membulat sempurna saat menyadari suara siapa yang baru saja menyahuti ucapan Bude Wati.

Mata cewek itu bergerak mengarah pada jam dinding yang ada di kamarnya. Yang yang menunjukkan pukul 06.40. Sontak saja Nata bangkit terduduk dan bangkit dari tempat tidurnya.

"BUDE TUNGGU DI BAWAH AJA!!" Teriak Nata tepat saat ia akan masuk dalam kamar mandi bertepatan dengan pintu kamarnya yang kembali di gedor.

-Nata the Choco-

Saat kedua kakinya akan menginjak anak tangga terakhir, Nata langsung dapat melihat pacarnya tengah duduk di meja makan. Nata merutuki dirinya sendiri yang menyebut Choco dengan embel-embel 'pacar'. Yah, walaupun itu memang benar namun Nata masih belum terbiasa dan canggung dengan status mereka sekarang.

"Nah itu dia tuh pacar kamu!" Baru saja kakinya akan kembali melangkah, namun kembali terhenti dengan kedua mata membulat saat mendengar penuturan Bude Wati.

"Loh, kok ada dia sih De?" Tanya Nata sembari menunjuk Choco yang tengah meminum.

"Hush! Kok gitu sih sama pacar sendiri?" Tanya Bude Wati menggoda.

Nata the ChocoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang