27. Tak Terlihat

8.5K 321 8
                                    

BAGIAN DUA PULUH TUJUH

"Lalu jika kata maafku sudah tak perlu, apa lagi yang harus ku harapkan dari kenyataan semu tentang sebuah kesempatan untukku?"
-Dari Choco untuk Nata

-Nata the Choco-

Nata berjalan santai menuju lokernya. Belakangan ini ia selalu meninggalkan bukunya di sekolah. Ia hanya akan membawa pulang jika ada pr.

Nata membuka lokernya dan pandangannya jatuh pada benda kecil yang tergeletak di dekat pintu lokernya

Nata membuka lokernya dan pandangannya jatuh pada benda kecil yang tergeletak di dekat pintu lokernya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nata mengambil permen yang berbungkus warna biru itu. Dengan tulisan maaf yang tertera di baliknya. Dylan. Satu nama yang terlintas di pikirannya. Ya, memang sudah tiga hari ini Nata mendiami Dylan. Alasannya tak lain tak bukan karena masalah sepele tempo hari. Perkara Nata yang tak mengabari Dylan jika ia ingin pulang.

Hanya karena masalah sepele itu saja Dylan menjadi sangat marah pada Nata. Besoknya setelah kejadian itu, Dylan terus membahas perihal itu dan itu lagi. Membuat telinga Nata menjadi panas karena mendengar kalimat over possesive dari Dylan. Nata paling tidak suka diatur. Dan Dylan terkesan terlalu mengatur Nata. Dylan terlalu banyak menuntut Nata. Nata harus mengabari jika sampai rumah, Nata harus mengabari jika sudah makan. Ya, memang niatnya baik. Tapi lama-kelamaan Nata bosan dan capek juga. Dylan terlalu mengurusi segala hal tentang Nata. Bahkan hal yang sama sekali tak penting.

Sikap Dylan yang itulah yang membuat Nata susah jatuh padanya. Nata sulit untuk menjadi dirinya sendiri saat bersama Dylan. Sedangkan saat dengan Choco, Nata bebas melakukan hal yang ia inginkan. Perbedaannya sangat kentara.

Tapi kembali lagi, tak bisa di pungkiri jika hal kecil yang Dylan lakukan seperti sekarang cukup membuat Nata luluh. Setidaknya Nata sudah tak sekesal seperti dua hari belakangan ini.

Selesai mengambil buku yang ia perlukan, Nata kembali berjalan menuju kelasnya. Sekolah di jam sepagi ini masih sangat sepi. Membuat Nata seakan leluasa menjelajah lantai dua.

Saat sampai di kelas, yang pertama kali Nata lihat adalah Dylan. Cowok itu tampak dengan santai menyalin pr. Tak pernah-pernahnya Dylan tidak siap pr. Ia selalu mengerjakan pr. Dylan termasuk tipikal cowok yang rajin. Sangkin rajinnya bahkan kadang pr Nata pun ia kerjakan. Bukan Nata yang meminta, hanya Dylan saja yang menawari diri. Dan Nata pastinya tak bisa nolak. Kebaikan orang lain itu harus di sambut dengan senang hati lho.

"Sihiyyyy, yang di tunggu-tunggu akhirnya datang juga!" Heboh Aghas. Awalnya Nata sama sekali tak merasa jika dirinya yang sedang di sindir oleh Aghas. Hingga kalimat Aghas berikutnya membuat Nata sadar jika cowok itu sedang menyindirnya.

"Enak banget ya, Lan, punya pacar kek lo. Pacarnya belum siap pr di kerjain. Pacarnya belum makan di beliin makanan. Enak deh pokoknya!" Aghas masih melirik-lirik Nata. Membuat Nata berjalan mendekat ke meja Dylan. Nata menarik buku tulis yang sedang Dylan kerjakan. Hingga matanya sontak membulat. Tak salah! Itu buku tulis Nata! Ternyata yang sedang Dylan kerjakan adalah buku Nata?

Nata the ChocoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang