20. Berubah

8.4K 359 4
                                    

BAGIAN DUA PULUH

"Karena percayalah, sebelum mengenalmu aku tidak pernah percaya pada cinta pandangan pertama."

-Nata the Choco-

Nata memandangi handphone yang berada di hadapannya. Cewek itu baru saja selesai melaksanakan ibadah maghrib. Biasanya, sebelum di jam-jam segini, Handphone itu pasti akan berbunyi yang menandakan ada panggilan masuk. Tapi sekarang sepertinya tak akan ada lagi bunyi dari ponsel itu. Suatu kebiasaan saat pemilik ponsel hitam itu meneleponnya hanya sekedar untuk menyuruh Nata shalat. Walau awalnya sempat terganggu, tapi lama-kelamaan Nata menjadi terbiasa.

Padahal baru hari ini pemilik ponsel hitam itu tidak meneleponnya, tapi Nata sudah merasa ada sesuatu yang hilang. Perasaan apa ini? Nata sebelumnya tidak pernah merasakan sesuatu yang ganjil seperti sekarang.

Tak mau memikirkan lebih, Nata mencoba mengalihkan pikirannya dengan mencoba mengerjakan hal-hal yang bisa membuatnya lupa.

-Nata the Choco-

Choco baru saja selesai memarkirkan motornya, cowok itu berniat melangkah masuk ke dalam sekolahnya. Tapi netranya menangkap suatu objek yang berhasil membuat Choco memfokuskan perhatian ke objek itu. Seorang cewek yang sedang berjalan santai.

Choco berniat menghampiri cewek itu, tapi tiba-tiba Choco teringat bahwa keadaan tak lagi sama. Choco tak bisa memperlakukan cewek itu seperti hari-hari sebelumnya. Bahkan untuk menegur saja rasanya sudah berbeda.

Choco berjalan dengan pandangan lurus, bahkan saat melewati Nata pun ia tak melihat cewek itu sama sekali. Padahal awalnya Nata sudah mengira Choco akan menjahilinya seperti biasanya. Melihat Choco yang sekarang bagaikan orang yang tidak Nata kenali. Benar-benar bukan Choco. Walaupun berat, Nata harus menyadari ada sakit yang tak bisa di jelaskan.

Nata kembali melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti. Tadi, Nata sengaja mengalihkan pandangannya agar Choco tak melihatnya, ia hanya malas diganggu oleh Choco. Dan harapan itu terkabul, Choco tak mengganggunya, bahkan melihatnya pun tidak. Nata bagaikan makhluk transparan yang tak bisa dilihat.

Entah ada keberanian dari mana, sampai akhirnya Nata memutuskan mengejar Choco yang sudah berjalan jauh di depannya. Ia hanya penasaran dengan sakit yang di terimanya saat melihat Choco seolah menganggapnya tak ada.

"Kak Choco!" Panggil Nata. Choco berhenti berjalan namun masih tak membalikkan badannya. Nata pun memutuskan untuk menghampiri Choco saja. Cewek itu memberanikan diri menepuk punggung Choco.

Choco berhasil berbalik badan saat merasakan tepukan itu. Satu hal yang membuat Nata mengernyit, cowok itu memasang tampang datarnya. Tidak ada lagi wajah tengil Choco.

"Ada apa?" Tanya Choco masih dengan wajah datar yang sangat tidak cocok padanya.

"Lo kenapa sih? Mau berlagak cool? Bukan gini caranya!" Choco tak bereaksi apapun saat mendengar kalimat Nata tadi. Bahkan saat berbicara pun, Nata seolah berbicara pada angin. Hanya lalu tanpa ada yang merespon.

"Gak cocok! Image petakilan udah melekat di dirilo! Mau seberapa pun lo mencoba sok cool, itu gak akan berhasil," kali ini suara Nata lebih terdengar seperti gumaman. Tapi Choco jelas sangat mendengarnya.

"Lo kenapa, Lenata?" Tanya Choco dengan intonasi suara yang datar. Nata sontak mendongak menatap Choco.

"Gue?" Tanya Nata tak percaya. Bisa-bisanya Choco menanyakan pertanyaan itu padanya. Harusnya Natalah yang menanyakan itu pada Choco. Bukan sebaliknya.

Nata the ChocoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang