BAGIAN LIMA PULUH EMPAT
"Senja itu jahat, merebut warna indahnya sore. Senja itu jahat, hanya menetap sementara, sedangkan ia membuat orang lama untuk menunggunya. Ia pergi seenaknya tanpa memperdulikan orang yang menyukainya. Senja itu egois!"
-Nata the Choco-
"Mama!" Seru Nata girang ketika netranya menemukan sesosok yang sudah tak asing. Sosok yang setahun terakhir ini tak lagi ia jumpai.
Lita tersenyum hangat sembari menerima pelukan dari anak semata wayangnya itu. Tanpa Nata sadari, air mata turun bebas dari kedua mata Lita. Wanita itu mengusap sayang kepala Nata.
"Mama rindu kamu, Lenata."
"Nata lebih rindu mama." Nata melepaskan pelukannya saat sadar kedua mata wanita yang rupanya sangat mirip dengannya itu berair. Ibu jarinya mengusap lembut kedua sudur mama Lita.
"Kamu gimana nak? Baik baik aja? Gimana sekolah kamu?" Lita memberi pertanyaan bertubi.
"Semuanya baik-baik aja, ma. Yang gak baik cuma hati Nata yang rasanya kosong, hampa. Nata rindu mama."
Deg
Lita merasakan belati putih yang menusuk tepat ulu hatinya.
"Sst...mama minta maaf ya sayang." Lita kembali memeluk Nata yang saat ini terisak dalam pelukannya.
"Mama gak salah. Justru Nata yang harusnya bilang makasih karena saat ini mama ada di hadapan Nata. Makasih ma buat Nata tahu lalo mama sadar mama masih punya Nata. Nata bersyukur karena mama masih anggap Nata ada."
Lagi dan lagi ucapan Nata berhasil menohok hatinya. Menusuk sangat dalam hingga saat ini Lita rasanya tercekat untuk seperkian detik. Ia tak menyangkal atau pun marah saat Nata mengatakan kata-kata menyakitkan itu padanya.
Ia cukup sadar jika ia pantas mendapatkan ini semua. Kemana saja ia di saat Nata remaja yang sangat membutuhkan sosok ibu?
"Jika ada kata yang lebih pantas dari maaf untuk mengungkapkan seberapa besar rasa bersalah mama, maka akan mama gunakan. Salahnya cuma maaf yang bisa mama sampaikan."
Nata menggeleng lemah.
"Enggak. Dengan lahirnya Nata ke dunia ini aja udah buat Nata bersyukur. Nata bangga bisa lahir dari rahim perempuan sehebat mama."Air mata itu tak lagi dapat Lita bendung. Dadanya terasa bagai terhimpit saat ini. Sangat sesak rasanya mendengar kata demi kata yang keluar dari mulut Nata.
"Nata paling benci liat mama nangis. Apa lagi penyebabnya itu Nata. Nata gak suka itu." Bukannya berhenti, air mata itu semakin meluncur deras dari kedua mata hazel yang paling berarti di hidup Nata.
Lita mengusap air matanya. Mencoba menghentikan tetes demi tetes yang mengalir itu. Ia menarik napas panjang sebelum menatap Nata dengan sorot penuh kasih sayang.
"Udah ah sedih-sedihnya. Mata mama sampe bengkak nih!" Ujar Lita dengan kekehan di akhir kalimatnya. Membuat kekehan itu seolah ikut tertular juga pada Nata.
"Temenin Nata jalan ya Ma hari ini," pinta Nata yang langsung saja di angguki Lita tanpa keraguan.
"Everything you want." Kalimat yang membuat senyum Nata tambah mengembang.
"Sana gih kamu siap-siap dulu!""Siap bos!"
•••
Choco mengusap wajahnya kasar. Sudah berulang kali ia meminta izin pada Vina untuk kembali ke rumah sakit tempat Flara di rawat. Namun mamanya itu seolah keukeh untuk menolak sebanyak Choco memohon padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nata the Choco
Teen Fiction(COMPLETE!) Pernahkah kamu bertemu dengan seseorang dalam suatu kejadian yang tidak disengaja? Jika pertanyaan itu di ajukan pada Nata, maka ia akan menjawab dengan mantap bila ia pernah mengalami hal itu. Kejadian yang tidak disengaja itulah yang m...