19. Tak Diharapkan

8.3K 369 6
                                    

BAGIAN SEMBILAN BELAS

"Menjalani sesuatu yang tidak kita sukai itu tidak mudah. Menjalaninya tidak dari hati karena kita melakukannya terpaksa."

-Nata the Choco-

"Hai pacar! Gue boleh duduk sini, kan?" Nata tersentak dan segera menoleh ke sampingnya. Nata sempat heran saat tak mendapati Mine di sebelahnya. Entah mengapa, sejak tragedi saat upacara tadi Nata menjadi orang linglung. Cewek itu bahkan sama sekali tak menyimak pelajaran sejak tadi.

Nata menyadari saat ini sedang free class. Pantas saja, pasti Mine dan Latta sedang ke kantin sekarang. Sebenarnya tadi Mine dan Latta sudah mengajak Nata ke kantin, tapi cewek itu saja yang tidak mau ikut.

"Nat?" Tepukan di bahu Nata lagi-lagi membuat cewek itu tersentak. Dylan sudah duduk di sampingnya sekarang. Menempati bangku Mine yang sedang tidak ada pemiliknya.

"Kamu kenapa?" Tanya Dylan khawatir. Karena sejak tadi jiwa Nata seperti entah kemana. Cewek itu kebanyakan melamun.

"Lo manggil gue apa? Kamu?" Kejut Nata. Nata menggeleng tak percaya. Bahkan Dylan secepat itu merubah panggilannya. Dylan yang di tanyai seperti itu hanya mengangguk kaku sembari menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"K-A-M-U?" Tanya kembali bertanya dengan mengeja kata 'kamu'

"Iya, Pacar!" Dylan tersenyum senatural mungkin. Mencoba menutupi kegugupannya atas keheranan Nata.

"Gue gak bisa, Lan," kata Nata. Dylan mengernyit heran mendengarnya.
"Gue gak bisa ngerubah panggilan gue ke lo. Panggilan itu terlalu asing buat gue," Dylan mengangguk paham.

"Jangan di paksa. Lo mau nerima gue aja udah cukup." Dylan mengulas senyumnya. Nata sempat tertegun melihatnya. Senyum itu, Nata tau jika itu sangat tulus.

"Seharusnya lo gak usah nerima gue tadi," Dylan bergumam pilu. Walaupun itu hanya berupa gumaman tapi Nata mendengarnya dengan jelas.

-Nata the Choco-

"Cho! Lo kebayakan ketawa! Kayak orang gila tau gak?!" Teriak Justin dari depan kelas. Saat ini kelas Choco sedang tidak ada guru. Entah ada apa dengan para guru-guru yang saat ini tak mengajar.

Seperti suatu kebiasaan, saat sedang free class begini, biasanya Justin dan Choco akan mengacaukan kelas. Mereka biasanya akan berjoget ria di depan kelas sambil menghidupkan lagu dangdut. Tapi sekarang berbeda, hanya Justin yang asyik bergoyang. Sedangkan Choco hanya duduk di bangkunya sembari terus memperhatikan Justin.

Choco, cowok itu sedari tadi terus tertawa. Benar kata Justin, Choco sudah seperti orang gila. Tak pernah-pernahnya Choco tertawa seperti ini.

"Lo pernah gak sih mikir, sesuatu yang lo kira gak bakal jadi kenyataan nyatanya malah kejadian?" Choco kembali tertawa sumbang. Seisi kelas mengernyit bingung mendengar ucapan Choco. Justin sadar, cowok itu tahu betul, kalau sedari tadi Choco tertawa bukanlah karena ulah Justin. Tapi Justin tidak tahu pasti apa yang membuat Choco mendadak jadi gila seperti sekarang. Walaupun Choco memang agak gila, tapi yang ini beda!

Dari bangkunya, Ravin dan Fernon saling bersitatap. Seolah dari tatapan itu mereka saling berbicara.
"Nata?" Tanya Fernon pada Ravin. Walaupun sepikiran dengan Fernon tapi Ravin lebih memilih mengedikkan bahunya tanda tak tahu.

Nata the ChocoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang