BAGIAN SEPULUH
"There are few reasons for telling the truth, but for lying the number is infinite." — Carlos Ruiz Zafón
-Nata the Choco-
"Green tea! Green tea!" Teriak seorang
cowok yang berjalan di belakang Nata.
Nata yang mendengar panggilan itu sontak berhenti. Tanpa menoleh ia sudah tahu siapa orang yang barusan memanggilnya dengan sebutan green tea.Cowok itu adalah Aghas. Orang yang Nata anggap lebih dari teman, Tapi sahabat maksudnya. Aghas ini memang sudah bersahabat dengan Nata dari zaman mereka SMP dulu. Bahkan Aghas rela pindah sekolah hanya agar bisa satu sekolah lagi dengan Nata.
Bisa bayangkan kan seberapa dekatnya mereka?Persahabatan keduanya bisa terbilang aneh dan cukup unik. Mereka itu punya janji salah satu di antara mereka tidak boleh ada yang berpacaran. Ah ralat! Lebih tepatnya Aghas yang melarang Nata untuk tidak boleh berpacaran.
"Apa Milk tea?" Sahut Nata pada cowok si pecinta milk tea itu. Ah iya, salah satu alasan Aghas memanggil Nata dengan sebutan green tea adalah karena cewek itu sangat menyukai green tea. Kalo kata Nata dia itu matcha lovers. Dan kebetulannya lagi, Nata mempunyai nama tengah Greene. Mama Nata pernah bilang pada Nata bahwa arti dari nama Greene adalah warna hijau yang berarti kesejukan. Ya, itu adalah arti yang Mama Nata buat-buat sendiri.
"Nyokap kangen lo katanya. Veela juga nanyain lo terus," lontar Aghas. Ia memang mempunyai adik yang umurnya berjarak cukup jauh dari Aghas. Veela-adik Aghas- masih berumur lima tahun dan baru memasuki Taman Kanak-kanak tahun ini. Sejujurnya Aghas tidak ingin memiliki adik, wajar saja cowok itu sempat menjadi anak tunggal. Tentunya hal itu terjadi sebelum Mami Aghas melahirkan anak perempuan lima tahun lalu. Tapi saat tahu Maminya memberikan adik perempuan untuknya, Aghas sangat senang dan cowok itu juga sangat menyayangi Veela.
"Gue juga kangen Mami Ghas, Hehe. Rindu main bareng Veela juga."
"Makanya! Main dong ke rumah. Lo udah jarang ke rumah sekarang,"
"Yah gimana dong, lo tau lah gue sekarang sibuk banget sama ekskul jurnalistik," keluh Nata. Akhir-akhir ini memang cewek itu sangat sibuk dengan ekskulnya. Walaupun Nata tidak memiliki jabatan di ekskulnya, tapi ia berperan penting di ekskul jurnalistik.
Di awal semester kelas 11 ini Nata di sibukkan dengan hunting berita. Belum lagi cewek itu yang bertugas mengumpulkan puisi dan karya tulis lainnya untuk di tempelkan di mading sekolah.
"Berarti saran gue yang nyuruh lo keluar dari OSIS gak salah kan ya? Lo aja udah sibuk banget sama ekskul lo." Nata mengangguk mengiyakan ucapan Aghas.
Nata memang awalnya anak OSIS, tetapi cewek itu keluar dari organisasi itu saat baru menginjak kelas 11. Tentunya atas saran Aghas. Melihat Nata yang sibuk dengan ekskulnya membuat Aghas memberi saran pada sahabatnya itu.
Dulu, Nata sangat mengimpikan menjadi anak OSIS. Mungkin terpengaruh dari novel teenfiction yang sering di bacanya. Di mana kebanyakan menceritakan tentang kehidupan OSIS anak SMA. Ditambah lagi sering sekali cowok dari cerita itu merupakan ketua OSIS.
"Iya Ghas. Thank you deh!" Balas Nata dengan nada meledek walaupun tersirat ketulusan dari ucapannya.
"Jadi kapan nih lo mau main ke rumah? Kalo hari ini aja bisa nggak?"
"Eng... nggak deh kayak nya. Kalo besok gue bisa. Hari ini gue mau namatin drakor gue dulu. Mau quality time sama kamar gue." Aghas yang mendengar alasan Nata hanya mengangguk mengerti. Cowok itu sangat paham dengan alasan yang Nata berikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nata the Choco
Teen Fiction(COMPLETE!) Pernahkah kamu bertemu dengan seseorang dalam suatu kejadian yang tidak disengaja? Jika pertanyaan itu di ajukan pada Nata, maka ia akan menjawab dengan mantap bila ia pernah mengalami hal itu. Kejadian yang tidak disengaja itulah yang m...