43. Ucapan Tersirat Harapan

6.2K 405 42
                                    

BAGIAN EMPAT PULUH TIGA

"Karena sejatinya, tak ada yang lebih penting dari sebuah pembuktian dari setiap kata yang di ucapkan dan kalimat yang di janjikan."

-Nata the Choco-

  Choco menyembulkan setengah kepalanya ke sebuah ruang kelas yang tampak masih sangat sepi. Matanya menjelajah ruang kelas itu. Hingga netranya terhenti pada seorang cewek yang tengah membaca sebuah novel dan menutupi seluruh wajahnya dengan novel yang sedang cewek itu baca.

Dengan santai langakah Choco memasuki kelas itu. Membuat dua orang cewek yang tengah membersihkan perpustakaan kelas dan yang satunya lagi tengah menyapu menghentikan kegiatan mereka. Menatap Choco dengan pandangan yang aneh dan sulit di artikan. Jelas saja, cowok itu dengan santainya melangkah masuk tanpa rasa bersalah sedikit pun.

"Oh, lo kelupaan nyebutin satu lagi kesukaan lo. Suka baca novel." Nata yang awalnya fokus pada novel yang tengah ia baca dan menutupi seluruh wajahnya, mendongak menatap orang yang baru saja berbicara padanya.

"Sejak kapan lo disitu?" Tanya Nata dengan jari telunjuk mengarah pada bangku yang ada di hadapannya.

"Sejak lima menitan yang lalu." Balas Choco mengangkat kedua bahunya.

"Maksud tujuan lo kesini apa?"

"Emangnya salah kalo gue ke kelas pacar gue sendiri?" Nata langsung memelototkan matanya tajam karena suara Choco yang lumayan keras saat mengucapkan kata pacar. Sontak saja dua teman kelas Nata yang tengah piket menoleh pada dua orang itu.

"Volume suara di kecilin!" Ujar Nata dengan nada pelan serta matanya yang masih mendelik. Tanpa keduanya sadari, kedua teman Nata itu sudah memperhatikan mereka sejak ucapan Choco yang menyebut-nyebutkan kata pacar dengan volume kuat tadi.

"Jangan bilang kalo temen-temen kelas lo belum tau kita uda pacaran?" Mata Choco memicing curiga menatap Nata. Choco dapat melihat raut terkejut dari dua teman kelas Nata itu saat ia bicara tadi.

Nata mengangguk mengiyakan.
"Memang belumlah. Yang tau cuma Mine sama Latta doang. Lagian ngapain coba harus gue kasih tau segala masalah itu? Gak penting juga mereka tau."

"Lo gimana sih? Harus Nat! Mereka harus tau! Kalo perlu satu sekolah juga harus tau." Balas Choco tak terima dengan penuturan Nata barusan.

"Jangan gila, kak." Sahut Nata dengan nada jengah namun ia mencoba untuk serius, karena ia tahu Choco bagaimana. Cowok itu nekad. Bisa saja Choco dengan lantang mengumumkan pada satu sekolah perihal hubungan baru mereka. Dan Nata tidak mau hal itu terjadi. Bahkan satu sekolah juga belum ada yang tahu jika ia dan Dylan telah putus. Mereka mengira jika Nata masih berpacaran dengan Dylan.

"Terus gimana? Sedangkan waktu lo pacaran sama Dylan, satu sekolah bahkan guru-guru udah tahu."

"Itu karena Dylan nembak gue waktu upacara."

"Yah tapi gue gak terima. Kalo gitu hubungan kita juga harus di umumin. Gue gak mau hubungan kita di sembunyiin!"

"Mereka pasti tau sendiri kok nanti. Tanpa harus di kasih tau. Percaya deh."

"Enggak Nat. Enggak. Gimana mereka bisa tau kalo kita aja nutup-nutupin?"

"Ya makanya kita juga harus nunjukin. Gak perlu nutup-nutupin. Tapi juga jangan di umumin. Biar aja mereka tau pada waktunya." Choco tersenyum misterius saat Nata menyelesaikan ucapannya.

Nata the ChocoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang