07. Pilih Dylan atau Choco?

13.1K 605 103
                                    

BAGIAN TUJUH

"Namanya juga gak rejeki. Mau gimana juga gak bisa di dapati."

-Nata the Choco-

Choco sangat menyesal mengajak Ravin ikut dengannya tadi. Kawannya itu terus merengek mengajak Choco makan ayam katsu. Jika Choco menuruti permintaan Ravin, bisa-bisa dia lupa dengan niat awalnya kesini.

Kadang Choco heran, sudahlah dia abnormal, punya kawan pun sama anehnya. Farren dan Ravin tak memang tak ada bedanya dari Choco. Mereka mempunyai sifat yang tak jauh beda.

Diantara ketiga teman Choco, hanya Fernon lah yang paling waras. Cowok itu juga dewasa, tidak seperti ketiga temannya yang childish. Tapi satu kekurangan Fernon, dia itu playboy cap ayam!

"Choco kampret! Gue keroncongan woi! Ngapain sih lo dari tadi muter-muter terus?!" Kesal Ravin. Sejak tadi Choco tak menanggapi rengekan Ravin yang terus mengajaknya makan.

"Heh orang gila! Udah diem aja!" Choco hampir frustasi. Niatnya dia mau nyusul Nata sama Dylan tadi. Eh sudah 20 menit keliling mall tidak juga menemukan keduanya.

Sampai dia teringat sesuatu. Kenapa dia melupakan tempat itu? Nata bilangkan tadi dia memang mau ke gramedia. Bisa-bisanya Choco lupa.

"Eh dung-dung lo, Vin! Gue kan mau ke gramedia! Lo kok gak ngingetin sih?" Ravin terdiam berapa detik mendengar pertanyaan Choco. Dia bahkan tak ingat sama sekali dengan tujuan Choco kesini tadi.

"Mengapa kau benar dan aku selalu salah, Cho?" Dramatis Ravin.
"Gue aja gak inget lo mau ke gramedia!" Lanjutnya tak terima.

Choco melirik sekilas arlojinya. Pukul setengah lima sore. Bagaimana bila Nata sudah pulang atau tidak jadi ke mall ini. Walaupun tak yakin dengan pemikirannya tapikan kemungkinan itu pasti ada bukan? Mungkin Nata bisa saja juga baru sampai.
Jika benar Nata tak jadi ke mall ini, sia-sia Choco udah jauh-jauh kesini.

Daripada berasumsi dengan pemikirannya, Choco langsung saja mengajak Ravin untuk naik ke lantai 5 dimana gramedia berada.

-Nata the Choco-

Nata menyusuri rak bergenre fiction dengan Dylan yang terus mengekor di belakang.

"Ada novelnya, Nat?" Tanya Dylan yang sejak tadi melihat Nata tak kunjung menemukan novel yang dicarinya.

"Belum nemu nih," jawab Nata dengan wajah sebalnya. Padahal novel yang dicarinya baru saja rilis. Apa mungkin belum ada di toko buku ini?
Melihat pegawai yang lewat, Nata langsung menanyakan perihal novel yang dia cari.

"Tunggu ya, Dek. Biar saya lihat dulu di daftar barang novel itu ada atau tidak." Ujar pegawai perempuan itu ramah. Setelahnya dia mengecek apakah novel itu ada di daftar barang.

Tak berselang lama pegawai itu datang kembali dengan senyuman ramahnya.

"Oh maaf, Dek. Novel itu sudah sold out kemarin. Kalo adek mau mungkin lusa sudah datang lagi dari penerbit." Terang sang pegawai. Nata mendadak kecewa mendengarnya. Ia sudah sangat lama menunggu novel itu rilis. Novel itu memang banyak peminatnya sehingga cepat habis di pasaran.

"Oh gituya, Mbak. Yaudah deh, gapapa kok. Makasih ya Mbak." Ujar Nata tersenyum pada pegawai itu.

Selepas kepergian pegawai itu, Nata langsung merubah ekspresi wajahnya menjadi kesal.

Nata the ChocoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang