4

9K 487 18
                                    


Gelano terus melangkahkan kakinya dengan langkah besar. Bahkan bisa dibilang jauh dari kata melangkah. Melainkan berlari kecil.

Hatinya masih kesal dengan kejadian tadi. Di mana seorang cewek yang berani-beraninya menjawab setiap kemarahannya.

Disaat siswa mengenalnya sebagai cowok datar seperti bambu bergerak, cewek tadi seakan tidak pernah mendengar tentang rumor-rumor itu.

Dengan gampangnya dia menanyakan hal yang sangat dibenci olehnya. Yaitu menanyakan namanya.

Ini Gelano atau Galeno?

Karena setiap berpapasan dengan orang yang mengenalnya, mereka akan mengajukan pertanyaan seperti itu. Termasuk Kakek dan Neneknya.

Terkecuali Mama dan Papanya.

Sungguh! Gelano tidak suka mendengar pertanyaan itu. Jika saja dia diberi pilihan untuk memilih kembar identik atau tidak, maka pilihannya adalah tidak.

Terlalu risih rasanya jika harus mendengarkan pertanyaan seperti itu. Meski kembarannya sendiri, alias Galeno dengan senang hati menjawabnya.

Yah... kalian tahulah sikap Galeno seperti apa?

Memikirkan itu, Gelano sampai tidak sadar jika dia sudah berada di daerah ruangan OSIS. Bahkan dia terlewat cukup jauh dari depan ruangannya.

Sontak membuat Gelano mendengus kesal. Bisa-bisanya dia bersikap ceroboh seperti Galeno hanya karena memikirkan hal yang tidak penting.

Mau tidak mau, Gelano memutar tubuhnya lalu melangkah kearah ruangan OSIS.

Tangan Gelano bergerak untuk menyentuh knop pintu ruangan itu. Tapi, saat hendak memutar knopnya, tiba-tiba sebuah tangan menepuk bahunya.

Sontak membuat Gelano terjengkit kaget dan menoleh kebelakang.

Terlihat seorang cowok yang memiliki wajah sama sepertinya. Siapa lagi kalau bukan Galeno?

"Ck! Lo suka banget ngagetin orang!" Seru Gelano kesal.

Galeno menyengir kuda sembari mengaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Yah, gue gak niat mau ngagetin lo, Ge," balas Galeno.

Gelano tidak menyahuti perkataan kembarannya. Ia kembali melakukan gerakan membuka pintu yang sempat terhenti tadi karena terkejut dengan kedatangan Galeno.

Setelah terbuka, dia masuk kedalam ruangan itu yang diikuti oleh Galeno dari belakang.

"Serem muka lo, Ge!" Kata Galeno sembari mendaratkan bokongnya kekursi yang berada didekat meja Gelano. "Takut gue lihatnya, haha...."

Gelano menatap sengit kearah Galeno. Hanya dengan tatapan melalui ekor matanya, cukup membuat tawa Galeno terhenti dengan perlahan.

"Ngapain lo di sini?" Tanya Gelano disaat tangannya sibuk menyusun berkas-berkas tentang OSIS.

"Gue bosen di kelas," jawab Galeno. "Nyari Alula, dia gak ada di kelasnya. Yaudah, gue kesini, temenin lo yang kelamaan jomblo."

"Anjing lo!" Gelano melempar benda keras yang terpajang diatas mejanya kearah Galeno.

Benda itu terkena pas dijidad Galeno hingga membuatnya mengaduh kesakitan.

"Babi lo, Ge!" Serunya sembari mengusap-ngusap dahinya yang terkena lemparan maut Gelano. "Sakit bego'!"

"Mending lo keluar deh dari sini. Gue enek lihat muka lo!" Balas Gelano. "Di rumah muka lo, di sekolah muka lo lagi. Sakit mata gue lihat lo mulu!"

"Laknat lo, Gege! Gue sumpahin lo jomblo seumur hidup. Aamiin."

"Gue doain semoga omongan lo balik lagi ke tuannya. Aamiin."

Begitulah jika Gelano dan Galeno bertemu. Tidak pernah akur dan selalu beradu mulut.

Tidak akan ada salah satu dari mereka yang akan mengalah. Jika pun ada yang mengalah, sudah pasti ada campur tangan Mama mereka alias Gania.

Mau tidak mau pun mereka harus mengalah saat itu juga. Tapi saat tidak ada Mamanya, mereka akan kembali beradu mulut sampai mereka benar-benar kelelahan sendiri.

"Ge, lo tahu gak?" Ucap Galeno.

"Tahu apa?" Sahut Gelano.

Galeno membenarkan posisi duduknya terlebih dahulu sebelum melanjutkan ucapannya. Setelah nyaman dengan posisi duduknya, dia pun meletakkan kedua tangannya keatas meja.

"Gue denger-denger... bukan denger-denger sih, malah gue ketemu orangnya."

"Lo ngomongin apa sih, Ga? Kalau lo mau ngomongin orang, mending jangan sama gue. Sama geng kancut lo aja sana!" Potong Gelano sebelum kembarannya itu menuntaskan ucapanya. "Gue gak tertarik sama sekali sama gosipan lo!"

Galeno mendengus kesal. Belum juga selesai ngomong, kembarannya itu sudah mengambil keputusan.

"Gue belum selesai ngomong pe'ak! Dengerin dulu!" Seru Galeno.

Gelano tidak menghiraukan ucapan Galeno. Ia masih sibuk membereskan berkas-berkas lalu beranjak dari tempatnya menuju ke lemari yang tak jauh dari mejanya.

"Ini tentang Indah," sambung Galeno.

Satu nama itu berhasil membuat Gelano menghentikan gerakan tubuhnya. Tiba-tiba saja tubuhnya mematung mendengar nama yang baru saja Galeno ucapkan.

Indah?

"Gue yakin lo gak bakalan lupa sama sih cewek uler itu," ujar Galeno. "Gak lama lagi, lo bakal ketemu sama dia."

Lagi-lagi  Galeno mengantungkan ucapannya. Ia memandang raut wajah Gelano yang sejak tadi menunggu kelanjutan ucapannya.

"Karena dia, satu sekolah sama kita."






******





Segini dulu deh,
Selamat membaca.....

Jangan lupa vote dan comment ya...

Bye,bye......

Gelano keliatan pasrah aja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gelano keliatan pasrah aja... wkwk😄😄😄

TTS|| -I LOVE YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang