5

7.6K 460 18
                                    


"Kenapa diem? Kena penyakit bisu mendadak lo?!"

Gelano masih terdiam. Sama sekali tidak menyahuti perkataan Galeno. Bahkan niatnya yang hendak menyimpan berkas kedalam lemari pun tiba-tiba menghilang.

Mendengar nama yang baru saja diucapkan oleh Galeno mampu membuat dunianya seakan berhenti sesaat.

Hanya sebuah nama....

"Lo gak bohongkan, Ga?"

"Buat apa gue bohongin lo tentang keberadaan itu sih cewek uler itu Gelano putranya Keenan?!" Jawab Galeno.

Belum sempat Galeno melanjutkan ucapannya, Gelano sudah menoleh kearahnya dengan tatapan tajam seperti seseorang yang sedang marah.

"Dia punya nama, Ga. Jangan lo sebut dia dengan sebutan yang gak pantes gitu!" Seru Gelano.

Dahi Galeno mengerut. Apa salahnya menyebut cewek itu dengan sebutan 'cewek ular'? Memang pantaskan jika seseorang dinobatkan sebagai 'cewek ular' karena suka memanfaatkan kebaikan orang lain?!

"Dia emang pantes dapet panggilan itu, Ge. Gak cocok kalau dia dipanggil dengan sebutan Indah!" Balas Galeno. "Muka aja cakep, tapi kelakuannya... ugh mirip uler berbisa..... takyuttt!!!"

Galeno bergaya bak seseorang yang sedang takut akan keberadaan hewan bernama ular.

"Dia punya nama Ga! Dia punya nama!" Gelano masih tidak terima dengan sebutan yang diucapkan oleh kembarannya itu.

"Ck! Terserah deh!" Kata Galeno. "Gue kesini cuma mau mastiin lo baik-baik aja. Gue takut lo terperangkap lagi sama jebakan si cewek uler itu!"

"Ga, dia punya nama! Namanya Indah! Inget, Indah!" Gelano mendekat kearah Galeno. "I-N-D-A-H!" Gelano menekan setiap hurup yang diucapkannya.

"Suka-suka gue lah! Mulut, mulut gue, kenapa lo yang sewot?!"

Galeno mendorong bahu Gelano hingga membuatnya hampir terjengkang kebelakang. Untungnya, Gelano menahan bobot badannya untuk menyeimbangkannya.

"Gue nih kembaran lo, Ge. Apa yang lo rasain saat ini, gue juga ngerasain. Karena kita pernah hidup sama-sama disatu rahim yang sama. Yaitu rahimnya Mama," sambung Galeno dengan santainya tanpa memperdulikan pelototan mata Gelano yang sudah membesar akibat tidak terima dengan dorongannya tadi.

Gelano berdecak kesal. Ia pun mendaratkan bokongnya kekursi kebangganya sembari memikirkan tentang cewek bernama Indah itu.

Selama beberapa detik, tidak ada percakapan sama sekali antara kedua anak itu. Gelano tidak menyahuti perkataan Galeno dan lebih memilih sibuk dengan pikirannya.

"Gue percaya lo gak bakal terjerumus lagi sama jebakan cewek ular itu." Galeno beranjak dari tempatnya dan mendekat kearah Gelano.

"Indah, Ga! Namanya, Indah!"

Galeno memutar bola matanya jengah. Kemudian, dia menepuk bahu kembarannya itu.

"Iya, iya. Indah kan namanya?!" Kata Galeno. "Tapi kelakuannya gak ada indah-indahnya sama sekali," lanjutnya dengan volume yang kecil.

Namun Gelano masih bisa mendengar ucapannya. Sontak membuatnya mendongakkan kepala menatap tajam kearah Galeno.

"Jangan serem-serem gitu mukanya, gue takut!" Galeno mengusap wajah Gelano dengan gemas.

Hal itu membuat sang pemilik wajah semakin marah dengan menjauhkan wajahnya dari tangan Galeno.

"Taik lo, Ga!"

Galeno tertawa terbahak-bahak. Tidak memperdulikan raut wajah kesal yang ditunjukkan oleh Gelano.

"Yaudah, gue kekelas dulu. Bosen gue di sini. Gak ada pemandangan yang bisa buat mata gue jernih," pamit Galeno. Ia pun beranjak dari tempatnya menuju kearah pintu.

TTS|| -I LOVE YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang