10

7.2K 402 16
                                    


Naya mondar-mandir di kamarnya sembari membawa guling yang dipeluknya dengan erat. Mulutnya tak berhenti bergerak untuk menggigiti setiap ujung kukunya yang sedikit panjang.

Namun pikirannya melayang pada kejadian tadi bersama bersama Gelano. Kakak kelasnya itu.

Entah mengapa perasaannya sedikit tersingkung atas ucapan Gelano yang mengatakan bahwa dirinya adalah cabe-cabean.

Kalian bisa bayangkan bagaimana rasanya direndahkan dengan sebutan cabe-cabean yang sering keluyuran tak jelas dan berkumpul ditepi jalan?

Rasanya, harga diri Naya terjatuh serendah-rendahnya. Dan yang paling aneh adalah, ini pertama kalinya Naya tersinggung atas ucapan seseorang.

Biasanya juga Naya akan menanggapinya acuh tak acuh dan membiarkannya. Namun kali ini, dia merasa seakan ingin membalas dendam atas perbuatan orang itu.

"Lo kenapa sih, Nay? Pantat lo bisulan?" Tanya Karla yang sedari tadi bingung sendiri melihat Naya yang hanya mondar-mandir di kamarnya.

Naya menghentikan langkahnya. Lalu menoleh kearah Karla.

"Gue sakit hati tahu!" Jawabnya.

Karla memutar bola matanya jengah. Melihat tingkah Naya yang kelewatan lebay menurutnya, membuatnya ingin sekali segera pulang dari rumah sahabatnya ini.

"Sakit hati sama siapa? Pacar aja gak punya. Sok-sokan sakit hati," cibir Karla.

"Sakit hati gak harus punya pacar kali, Kar. Emang yang punya hati cuma orang lagi pacaran doang? Enggakkan!"

Karla hanya memangut-mangut paham sebagai tanggapan. Tanpa mengeluarkan kata, dia membaringkan tubuhnya dan mulai memainkan ponselnya.

Naya melangkah mendekat kearah Karla. Kemudian dia juga ikut berbaring tengkurap diatas ranjangnya itu.

"Kar, lo mau tahu gak kenapa gue sakit hati?" Ucap Naya.

Karla yang masih sibuk memain ponsel pun hanya berdehem sebagai jawaban 'iya'.

"Tadi, gue sama kak Gelano ketemu," kata Naya memulai ceritanya.

Nampaknya Karla tidak menghiraukan ucapan Naya. Ia masih saja fokus menatap layar yang berdiameter 0.5 cm itu.

"Terus ya, tadi gue bahas kejadian pas gue nembak dia."

"Terus?"

"Eh, malah dia marah-marah. Kan gue sebel ngelihatnya!"

Karla menoleh. "Udah? Itu doang?"

Naya menggeleng. "Belom! Makanya jangan main hp mulu, dengerin gue mau cerita!"

Karla mendengus. Ia tidak menghiraukan ucapan Naya dan kembali memainkan ponselnya.

Naya memanyunkan bibirnya kedepan. Tapi dia masih melanjutkan ceritanya yang sempat terhenti tadi.

"Eh, tiba-tiba nih ya, kak Gelano bilang sama cewek kalau gue pacarnya," kata Naya.

Mendengar itu sontak membuat Karla menolehkan kepalanya dengan mata yang membulat sempurna.

"Kan aneh! Awalnya nolak, eh ujung-ujungnya mau juga. Ck! Dasar!" Naya mengubah posisi tidurnya menjadi terlentang. Rasanya tidur dengan posisi tengkurap seperti itu membuat dadanya sedikit merasa sakit.

Karla pun langsung melempar ponselnya sembarangan dan memiringkan tubuhnya menghadap Naya. Ia menopang sisi kepalanya sebagai tumpuan agar bisa melihat kearah Naya.

"Lo gak bohongkan, Nay?" Tanyanya.

"Buat apa sih gue bohong, Kar? Kalau gak percaya, lo boleh tanya sama kak Gelano," jawab Naya. "Dan lo tahu siapa cewek tadi?"

TTS|| -I LOVE YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang