16

6.2K 377 16
                                    


"Nay?"

Lamunan Naya membuyar tatkala mendengar suara Hema memanggilnya. Secara otomatis, kepala Naya pun berputar kearah Hema.

"Dia pacar lo?"

Belum sempat Naya menjawab, Gelano sudah menjawab duluan.

"Kalau gue pacarnya kenapa? Mau nikung?" Kata Gelano. "Mending nikung diperempatan sana! Lebih tajem dan lebih banyak ceweknya!"

Hema tercengang mendengarnya. Seakan masih tak percaya dengan apa yang dikatakan teman sekelasnya itu, Hema menatap mata Naya dengan lekat.

"Bener, Nay?" Tanya Hema sekali lagi.

Naya menelan salivanya kasar. Ia tidak tahu harus menjawab apa pertanyaan Hema barusan.

Naya menoleh kearah Gelano. Matanya menyiratkan sebuah pertanyaan mengapa harus sekarang?

Sedangkan yang ditatapan, hanya menaikkan alisnya sebelah seperti seseorang yang tidak mengerti dengan bahasa tubuh. Padahal, Gelano mengerti dengan hal-hal seperti itu.

"'Lo gak percaya kalau gue pacarnya Naya?" Tanya Gelano.

Hema menoleh kearah Gelano. Dahinya mengerut tajam. Tapi dia tidak menjawab pertanyaan Gelano barusan.

"Apa perlu gue cium Naya didepan lo sekarang juga?"

Naya membulatkan matanya setelah mendengar penuturan Gelano barusan.

Apa? Menciumnya? Gak salah dengerkan?

"Eh, enggak usah!" Seru Hema. "Bukannya gue gak percaya. Cuma gue heran aja sama ekspresi, Naya."

"Heran kenapa?"

Sungguh! Ingin sekali rasanya Naya menarik rambut Gelano dan membenturkan kepalanya kedinding hingga membuatnya mengaduh kesakitan.

Sudah baik Hema menjawab dengan jangan, masih ditanya lagi dengan hal yang enggak-enggak!

Hema menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Sepertinya terlalu lancang membicarakan hal seperti ini pada mereka.

Dan sepertinya pun, Gelano tidak berbohong. Mereka sepertinya memang berpacaran.

Terbukti dari Naya yang sedari tadi hanya diam dan mengangguk pelan.

"Gue cabut dulu."

"Silahkan."

Hema beranjak dari sana meninggalkan Naya yang masih dirangkul oleh Gelano.

Sesekali, Hema menoleh kebelakang untuk memastikan jika pemikirannya adalah salah. Tapi nyata tidak, mereka masih saja berangkulan dengan mesra tanpa mempedulikan jika di sana masih kawasan sekolah.

Melihat punggung Hema yang mulai menjauh dan menghilang, Gelano langsung melepaskan rangkulannya hingga membuat Naya hampir terjatuh kelantai.

Naya terpekik kaget sembari menahan tubuhnya agar tidak terjatuh kelantai. Dengan perasaan marah, dia menoleh kearah Gelano yang sedang menepuk kedua tangannya keudara.

"Maksud kakak apaan, sih?" Serunya gusar.

Gelano meliriknya. "Apanya yang apaan?"

"Kakak sengajakan ngomong gitu biar Hema pergi dari sini?" Ucap Naya berapi-api. "Main cium-cium segala lagi."

Gelano memutar tubuhnya menghadap Naya. Melihat gerakan Naya yang sedang menghapus bekas ciuman tadi dipipinya.

Gelano tertawa samar. Ternyata cewek dihadapannya ini tidak seperti cewek kebanyakan.

TTS|| -I LOVE YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang