27

4.2K 255 13
                                    


Sama seperti kejadian beberapa menit yang lalu. Gelano masih saja terus menarik tangan Naya menuju kantin.

Sedangkan Naya yang ditarik tangannya, terus memberontak dengan berusaha melepaskan pegangan tangan Gelano dipunggung tangannya.

Gelano tak memperdulikan protesan Naya dan juga tatapan siswa-siswi yang dilewatinya saat ini. Yang penting sekarang, Naya bersama dirinya dan menjauh dari jangkauan Hema.

"Lepasin, kak!!" Seru Naya.

"Enggak!" Sahut Gelano. "Lo harus makan bareng gue!"

"Aku bilang lepas!!!"

Dengan sekali hentakan, Naya berhasil melepaskan pegangan Gelano ditangannya. Gelano pun menghentikan langkahnya dan otomatis memutar tubuhnya menghadap Naya.

Terlihat Naya sedang memegang bekas pegangan Gelano dipunggung tangannya. Wajah sedikit menunduk sembari meniupi bekas yang terasa sedikit perih itu.

"Lo harus ikut gue kekantin!" Kata Gelano dengan nada sedikit keras.

"AKU BILANG GAK MAU, YA GAK MAU!!!"

Gelano terkejut mendengar teriakan Naya. Ia terdiam seraya menatap wajah Naya yang saat ini juga sedang menatapnya.

"Aku gak suka dipaksa gini! Hiks... hiks..."

Terdengar suara tangis Naya yang ditahan. Sejujurnya, ia tidak suka dengan cara Gelano yang memaksanya.

Apa lagi suara bernada keras yang Gelano ucapkan kepadanya, membuat ia merasa sakit hati.

Siapa yang suka mendapati bentakan? Ia rasa semua orang benci akan hal itu.

Tapi mengapa Gelano dengan gampangnya berkata dengan nada suara kasar seperti itu?

"Aku juga gak suka dibentak! Hiks... hiks...."

Gelano terkejut. Ia tidak menyangka Naya akan menangis seperti ini dihadapannya. Emosinya yang tadi sempat memuncak pun tiba-tiba saja meluap begitu saja dalam benaknya.

Dirinya menyakiti Naya?

"Nay..."

"APA?!"

Gelano mengurungkan niatnya untuk mengeluarkan perkataannya. Ia menutup mulutnya rapat-rapat sembari menatap wajah Naya yang saat ini juga sedang menatapnya dengan air mata yang mengalir dipipinya.

"Mau maksa aku supaya mau ngikutin apa kata kakak? IYA?"

"Maksud gue engg---"

"Kalau gak gitu, terus gimana?!"

Lagi-lagi Gelano terdiam. Melihat kemarahan Naya seperti saat ini membuat nyalinya seakan bersembunyi untuk sementara waktu.

Tubuhnya terasa merinding. Bulu kuduknya terasa berdiri mendengar bentakan Naya yang bergema dalam telinganya.

Memang benar kata orang. Seseorang yang terlalu ceria, akan beringas jika ia sedang marah.

"Kalau aku punya salah, aku minta maaf. Kalau kakak gak mau maafin aku, kakak boleh balas dendam," lagi-lagi Naya bersuara dengan sengit. "Tapi kakak gak bisa seenaknya ngerusak suasana yang seharusnya gak dirusak, kak!!! Hiks... hiks..."

Naya kembali menangis. Ia merasa harga dirinya sudah direndahkan oleh Gelano.

Meskipun memang kenyataan dirinya sendiri yang dulu mau berurusan dengan Gelano, tapi ia tidak bisa diperlakukan seperti ini.

"Nay..."

Gelano berusaha menarik lengan Naya untuk mendekat kearahnya. Namun sayangnya, Naya segera menghindar hingga tubuhnya semakin menjauh dari jangkauan Gelano.

"Nay, dengerin gue dulu," ucap Gelano. "Gue gak bermaksud ngerusak suasana hati lo sama Hema."

Naya menggeleng. Ia tidak mau lagi mendengarkan apa pun yang akan diucapkan oleh Gelano.

"Enggak! Kakak emang sengaja supaya Hema gak suka sama aku," sahut Naya lagi.

"Enggak gitu, Nay--"

Lagi-lagi ucapan Gelano terpotong oleh teriakan Naya yang membuat hatinya hancur.

"AKU BENCI SAMA KAKAK!!!"







*****






Eh? Konflik?

TTS|| -I LOVE YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang