17

7.9K 429 64
                                    


Gelano masuk kedalam rumahnya dengan mengendap-ngendap. Tujuannya mengendap seperti ini adalah agar tidak bertemu dengan Mamanya.

Karena Gelano tidak mau mendengar berbagai macam pertanyaan atas fotonya tadi bersama Naya.

Meski pun tidak seratus persen Galeno akan menunjukkan foto tersebut kepada Mamanya, tapi lebih baik mencegah dari pada mengobatikan?

Gelano mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru rumahnya. Keadaannya rumahnya saat itu sedang sepi.

Tumben sepi? Pikirnya.

Setelah kembali memastikan jika saat itu keadaan rumahnya benar-benar sepi, Gelano menghela nafas lega.

Setidaknya dengan keadaan rumah yang sepi bisa membuat hatinya sedikit lega karena tidak bertemu dengan Mamanya.

"Alhamdulillah."

Gelano mulai mengrilekskan tubuhnya. Jujur. Berjalan mengendap-ngendap seperti tadi membuat tubuhnya sedikit sakit.
Apa lagi matanya yang bergerak hati-hati seperti para mata-mata negara yang sedang menjalani tugas berbahaya.

Gelano mulai melangkahkan kakinya dengan santai menuju tangga. Namun tiba-tiba langkahnya terhenti saat mendengar seseorang memanggil namanya.

"Galeno?"

Gelano membulatkan matanya. Meski orang tersebut salah memangil namanya, Gelano merasa sedikit takut.

Secara perlahan, Gelano memutar kepalanya kebelakang kearah sumber suara. Ternyata, Kakeknya yang sedang memanggil namanya itu.

Dalam hatinya mencibir. Pantas saja salah menyebutkan namanya.

"Opa?" Serunya.

Gelano pun langsung mendekat kearah Kakeknya dan mencium punggung tangannya sebagai tanda hormatnya.

"Opa di sini sama siapa?" Tanya Gelano.

"Opa sama Oma kesini. Yuk ketaman. Mamamu lagi buat acara makan-makan."

Mendengar kata Mamanya, membuat Gelano menelan salivanya secara otomatis. Jika dia ikut Kakeknya, sudah pasti dia akan bertemu dengan Mamanya saat ini juga.

"Yuk."

Gilang merangkul cucunya itu menuju taman belakang rumah Keenan. Namun sepertinya, Gelano menahan bobot tubuhnya.

"Eh, Gelano di kamar aja, Opa. Gelano belum mandi," ucap Gelano menolak secara tak langsung.

Gilang mengerutkan dahinya. "Loh, kamu bukan Galeno? Opa kirain kamu Galeno. Haha..."

Gilang tertawa hambar atas kesalahan konyolnya itu. Sudah terlalu sering dia salah menyebut nama cucunya. Efek wajah mereka yang sangat-sangat mirip.

"Eh, iya. Ini Gelano, bukan Galeno." Gelano ikut tertawa hambar. Seakan menghargai ucapan konyol Kakeknya itu. "Kalau gitu, Gelano keatas dulu."

Gelano mencoba melepaskan rangkulan Kakeknya dibahunya. Tapi sepertinya Gilang semakin mengeratkan rangkulannya itu.

"Udah, langsung aja ke sana. Oma kamu udah kangen banget sama cucunya."

Gilang langsung membawa Gelano dan mengiringnya ketaman belakang. Mau tidak mau pun, Gelano pasrah dengan apa yang akan terjadi selanjutnya nanti.

"Cucu Oma?" Mia berdiri dari kursinya tatkala melihat suaminya sedang merangkul salah satu cucunya. Ia pun langsung beranjak dari sana mendekat kearah cucunya.

"Oma kangen banget sama kamu, sayang." Mia mencium pipi Gelano dengan gemasnya.

Gelano menghembuskan nafasnya. Ia sudah biasa jika Neneknya akan berlaku seperti ini padanya.

TTS|| -I LOVE YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang