29

4.4K 257 6
                                    


Saat itu pagi terlihat cukup cerah. Gelano pun sudah datang dari tadi sebelum gerbang sekolah dibuka.

Bahkan saudara kembarannya pun rela ia tinggalkan hanya untuk menjalankan rencananya yang telah disusun baik-baik semalaman olehnya.

Gelano pun berdiri didepan ruangan OSIS. Menunggu seseorang yang sudah pasti akan lewat didepan ruangannya itu.

Mata Gelano menatap lorong koridor disebelah kanan. Tubuhnya bergerak gelisah menunggu kedatangan seseorang itu seakan kedatangan seorang Presiden negaranya sendiri.

Beberapa menit kemudian, akhirnya seseorang yang ditunggu-tunggu pun sudah datang. Terlihat penampakan tubuh mungil gadis itu berjalan sendirian dengan raut wajahnya yang sama seperti biasanya.

Ceria, senyum dan......

Cantik.

Senyum Gelano langsung mengembang. Punggung yang awalnya menyandar dipintu, langsung menegak secara otomatis seakan bersiap-siap berhadapan dengan gadis bernama Naya.

Langkah kaki Naya pun semakin mendekat. Hingga saat tinggal beberapa langkah lagi mendekat kehadapan Gelano, ia memperlambat langkahnya.

Tatapan Naya melirik kearah Gelano lewat ekor matanya. Rautkan wajahnya yang ceria, tiba-tiba saja menjadi kusut bagaikan pakaian yang belum disetrika.

"Nay..." Gelano mendekat kearah Naya. "Hai."

Naya menatap Gelano dengan tatapan sengitnya. Kedua matanya menyipit seakan sedang mencari sesuatu yang tersembunyi.

Naya kebingungan dengan tingkah Gelano saat ini. Mengapa Gelano tiba-tiba bersikap manis seperti ini?

"Lo ehm..... lo udah sarapan?"

Lagi-lagi pertanyaan Gelano barusan membuat Naya semakin kebingungan.

Mimpi apa semalam hingga mendapatkan perhatian yang aneh dari ketua OSIS berwajah datar itu?

"Belum, ya?" Tanya Gelano lagi. "Makan bareng gue, yuk!"

"Gak!"

Setelah menyahuti pertanyaan Gelano, Naya pun kembali melanjutkan langkahnya menuju kelasnya sendiri. Berlama-lama bicara dengan Gelano bisa membuat otaknya terasa pecah karena memikirkan sikapnya yang mudah berubah-ubah.

Gelano menghembuskan nafasnya berat. Ia bisa terima penolakan Naya kepadanya saat ini.

Tidak apa. Beberapa menit lagi, sesuatu yang besar akan terjadi.

Lihat saja.

******

"NAYA!!!!"

Naya menutup kedua telinganya saat mendengar teriakan melengking yang baru saja dikeluarkan oleh Karla. Sahabat kelasnya.

Karla yang selesai berteriak pun langsung beranjak dari tempatnya untuk mendekat kearah Naya yang saat itu masih berada diambang pintu kelas.

"Nay! Nay!" Seru Karla. "Lo harus lihat meja lo sekarang!"

Dahi Naya mengerut. Ia tidak mengerti yang dimaksud oleh Karla barusan.

"Meja gue kenapa?" Tanya Naya.

"Meja lo, Nay! Meja lo!" Karla masih seperti seseorang shok hingga tak bisa menjelaskan sesuatu yang dilihatnya.

"Apa sih?! Gue gak ngeh, deh!"

"Ck! Kelamaan!"

Karla menarik lengan Naya mendekat kemeja mereka. Hingga setelah mereka sampai dimejanya, mata Naya langsung membulat dengan apa yang lihatnya barusan.

"Karla. Ini..... punya siapa?"

"Punya lo, Nay," sahut Karla.

Naya menoleh. "Punya gue?"

"Iya. Punya lo, Naya."

Naya kembali menoleh kearah mejanya. Di mana diatas mejanya terdapat sesuatu yang sama sekali tak pernah didapatkan olehnya.

Sebuah buket bunga mawar merah dan putih lengkap dengan sebuah surat dengan kertas berwarna pastel.

Naya pun mengambil buket itu dengan tangan bergetar. Bahkan perlu waktu 10 detik untuk mengenggam sebuket bunga mawar itu ditangannya.

"Ini beneran buat gue, kar?" Tanya Naya lagi. Seakan tidak percaya buket itu diperuntukkan untuk dirinya.

"Iya. Coba lo lihat kartu ucapannya," ujar Karla.

Lagi-lagi tangan Naya bergetar mengambil kertas itu. Dengan buket yang masih digenggamnya, ia membuka perlahan lembaran kertas itu.

Sorry....

Gelano.

Mata Naya langsung membulat setelah membaca isi kertas itu.

"Gelano?!"

*****

Selamat pagi... eh siang deng wkwk

 eh siang deng wkwk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Eh abis mandi yeee

TTS|| -I LOVE YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang