8

7K 460 46
                                    


Setelah selesai upacara, Gelano sebagai ketua OSIS yang sangat-sangat patuh akan peraturan, segera masuk kedalam kelasnya tanpa singgah kekantin hanya untuk menghilangkan dahaganya.

Tidak seperti Galeno yang sebelum selesai upacara sudah berlari terbirit-birit kekantin.

Namun ditengah perjalanan menuju kelasnya, Gelano menghentikan langkahnya saat melihat orang yang paling dihindarinya berada tidak jauh dari tempatnya berdiri.

Siapa lagi kalau bukan Naya?

"Ck! Ngapain sih tuh bocah ada di sana?"

Gelano berdecak kesal. Mau tidak mau, dia harus menunggu Naya pergi dari sana. Dari pada dia melewat dihadapan Naya, yang ada nanti Naya akan berbuat yang tidak-tidak padanya.

Lebih baik menunggu dari pada memulai masalah.

Cukup lama Gelano berdiri di tempatnya sembari menunggu Naya selesai berbincang-bincang dengan salah satu siswa yang Gelano tidak tahu namanya.

Mungkin sudah hampir 10 menit dia menunggu. Tapi kelihatannya Naya masih belum mengakhiri pembicaraannya.

Lagi-lagi Gelano mengdengus sembari menyandarkan punggungnya kedinding. Ia pun menutup matanya sembari menarik nafas sedalam-dalamnya.

Tapi saat Gelano hendak menarik nafas, sebuah teriakan berhasil mengagetkan telingannya.

"Kakak kembar!"

Teriakan itu sontak membuat Gelano terjengkit kaget dan membuka kelopak matanya yang tadi sempat tertutup.

Dihadapannya sekarang, sudah ada seorang cewek dengan tidak malunya melemparkan senyum kearahnya.

"Ya Tuhan! Lo lagi, lo lagi!"

Gelano mengusap wajahnya dengan kasar. Melihat wajah Naya yang tersenyum tanpa dosa itu membuat kepalanya tiba-tiba terasa pusing.

Apa lagi mendengar suaranya. Jika saja membunuh tidak mendapatkan hukuman, mungkin Gelano akan membunuh Naya sekarang juga.

"Kakak ngapain di sini?" Tanya Naya sembari melihat kekanan dan kekiri. "Nungguin kak Galeno, yah?"

"Gue Galeno bukan Gelano!" Ucap Gelano membohongi Naya. Mungkin dengan ini, Naya akan pergi menjauh darinya sekarang juga.

Mata Naya menyipit mendengar ucapan seniornya itu. Ia pun memajukan tubuhnya agar lebih dekat dengan wajah senior gantengnya itu.

"Eh, lo mau ngapain?!"

Gelano memundurkan tubuhnya kebelakang. Tapi apalah daya? Dibelakangnya itu adalah dinding yang tak bisa dia tembus.

"Kakak..." Naya menahan ucapannya. "Kakak itu Gelano, bukan Galeno!" Setelah itu, Naya memundurkan tubuhnya dari jarak Gelano. "Naya mau dibohongin, ck!"

Gelano mengerutkan dahinya. Dari mana dia tahu bahwa yang ada dihadapannya ini adalah Gelano? Bukan Galeno?

Seingatnya, yang ingat wajah perbedaan Gelano dan Galeno itu hanyalah Papa dan Mamanya. Kenapa Naya bisa tahu tentang hal itu?

"Gue Galeno, bukan Gelano!" Gelano masih berusaha menyakinkan Naya bahwa yang dihadapannya ini adalah Galeno, bukan dirinya.

Naya menggeleng keras. "Kakak bohong!" Serunya. "Udah jelas-jelas kalau kakak itu Gelano, bukan Galeno!"

"Gue Galeno, bukan Gelano!"

"Bohong!"

"Gue gak bohong!"

"Bohong! Kakak bohong!"

"Gue bener!"

"Kakak bener!"

TTS|| -I LOVE YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang